Only Then
By KurooYuukii06
.
.
.
It's About HOPEKOOK
J-hope x Jungkook
.
.
.
T
(for this chapter)
Romance/Angst/Drama
.
.
.
WARNING!
Boys love/DLDR/Don't plagiarism/Don't be a silent reader/Typo(s)
(Rate M chapter selanjutnya)
.
.
.
CHAPTER 1
Jeda, Bukan Luka
Ketika sebuah kalimat keluar dari mulut manis namja kelahiran September itu, ruangan mendadak hening. Suara game yang sedari tadi menghiasi, mendadak terasa hilang begitu saja.
Hoseok mendongakkan kepalanya, menatap wajah kekasih lebih mudanya yang sedang berdiri di hadapannya. Wajah namja itu tampak sedang menahan sesuatu—air mata yang siap jatuh kapan saja, dengan bibir yang bergetar.
"Coba kau bilang sekali lagi." Ucap Hoseok.
Jungkook menghela nafasnya berat. "Putus. Kubilang, ayo putus, hyung."
Hoseok mengerutkan dahinya bingung, antara tidak terima dan bingung. Kenapa tiba-tiba?
Hoseok menaruh ponselnya begitu saja, lalu ikut berdiri dan menatap wajah Jungkook yang terlihat agak memerah. Rasanya ingin sekali ia mengelus pipi itu, mengusap mata Jungkook dengan ibu jarinya, meraih tengkuk sang kekasih untuk dicium lembut.
"Jungkook, coba jelaskan kenapa kau ingin putus." Ucap Hoseok kembali.
Jungkook mengusap wajahnya sendiri. Perasaannya terasa campur aduk. Mengingat sudah berapa lama ia diabaikan dengan Hoseok, tidak dianggap, dia sudah bukan prioritas utama Hoseok. Hoseok yang belakangan ini terlihat berbeda, seperti sedang menjauhinya atau apalah. Yang jelas ada banyak jarak di antara mereka.
"Bahkan hyung tidak menyadarinya." Suaranya lemah, agak begetar.
Hoseok makin mengerutkan dahinya. "Tidak, aku tidak tau. Makadari itu, jelaskan. Kita masih bisa membicarakan ini baik-baik."
Jungkook menengadahkan kepalanya, menahan air matanya mati-matian. Ingin sekali berteriak, mengutarakan keluhannya.
Hyung berubah.
Jangan abaikan aku.
Aku merindukanmu hyung.
"Aku…" Jungkook menggigit bibirnya, tidak bisa berucap. Karena pasalnya Jungkook bukan seseorang yang terbuka, tidak bisa mengatakan apa yang ia pikirkan begitu saja.
"Rasanya aneh, hyung. A-aku tidak bisa melanjutkan ini." Hanya itu kalimat payah yang bisa Jungkook ucapkan saat ini. Dan perasaannya semakin sakit saat menatap manik hitam di depannya.
"Tidak, aku masih tidak mengerti Jungkook. Katakan alasanmu yang lebih masuk akal."
Jungkook menggigit bibirnya, mengalihkan pandangannya ke arah lain—tidak ingin menatap Hoseok. Ia mengepalkan tangan kuat, menahan diri untuk tidak meledak begitu saja di depan Hoseok. Ia bisa saja menangis keras sekarang, atau membentak marah ke arah Hoseok karena kekasihnya yang tidak peka.
"Hey, Jungkook. Jawab aku." Ucap Hoseok.
Tatapannya tajam, menusuk tepat di hati Jungkook.
"Kau bosan?" Ceplos Hoseok. Sontak Jungkook membulatkan matanya lalu menggelengkan kepala dengan cepat.
"Lalu apa?" Tanya Hoseok lagi setelah itu.
Jungkook diam lagi.
"Aku hanya merasa… Cukup sampai di sini saja." Kalimat payah Jungkook kembali terucap. Berkali-kali Jungkook berfikir, tapi tidak ada kalimat yang mendukung. Ia hanya bisa mengucapkan alasan klasik tidak masuk akal pada Hoseok.
Sedangkan Hoseok sendiri malah tertawa remeh. "Cukup sampai disini? Bukankah itu sama saja dengan bosan? Kenapa tidak terus terang saja jika kau bosan?"
Jungkook menatap Hoseok tak percaya. "Aku tidak bosan, hyung." Ucap Jungkook penuh penekanan.
"Terus?" Tanya Hoseok.
Jungkook semakin bingung dibuatnya. Apalagi Hoseok. Jungkook hanya tidak bisa berkata-kata lagi.
Hoseok menghela nafas, lalu tertawa kecut. "Sudah lama kita bersama, mungkin sekarang memang waktunya untuk berpisah." Ucap Hoseok. Ia tersenyum lalu menepuk bahu Jungkook, dan berjalan melewatinya begitu saja.
Jungkook terdiam di tempatnya. Ia tersenyum kecil sambil menatap lantai di bawahnya. Menyerah tentang hubungannya, tentang bagaimana mereka dulu berjanji untuk saling mempertahankan. Kenapa Hoseok malah meninggalkannya begitu saja? Kenapa ia setuju untuk berpisah?
Bukankah dulu Hoseok yang berjanji untuk tidak akan membiarkan hubungan mereka berakhir?
Lalu kenapa begini?
Padahal…
Jungkook hanya ingin Hoseok mengetahui kesalahannya. Untuk memperbaiki masalah di antara mereka. Bukan bermaksud penuh untuk mengakhiri seperti ini.
Tanpa sadar air mata Jungkook jatuh begitu saja, mengisyaratkan bahwa ia sedang bersedih. Tangannya menggapai bibirnya, menutup rapat mulutnya ketika isakan mulai keluar.
"H-Hoseok hyung—hiks… Hyung… Hiks—hiks…"
Jungkook mendudukkan dirinya di lantai, memeluk lututnya dan menangis.
.
.
.
.
.
Itu kejadian 2 bulan yang lalu.
.
.
.
.
.
Hari ini hari terakhir rekaman MV Fake Love—tapi jika semua berjalan lancar sih. Semua staff tampak sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Anggota masih di rias, hari ini mereka mau membenahkan beberapa scene yang kurang.
Namjoon selesai di rias, ia berjalan santai dan duduk di sofa—sambil menunggu yang lain. Ia menatap Hoseok yang asik berkutat dengan ponselnya.
"Sudah 2 bulan kau dan Jungkook saling menghindar. Nggak capek?" Tanya Namjoon. Hoseok menatap Namjoon di sebelahnya dan menggeleng santai.
"Nggak mau baikan sama Jungkook?"
Hoseok diam sebentar, "entahlah, aku tidak terlalu memikirkannya. Setelah ini kita comeback, fokus aja sama gerakan tubuhmu. Dance mu masih terlalu kaku." Ucap Hoseok dingin.
Namjoon memutar matanya malas. Ia melihat sekilas ke arah Jungkook—teman sekamarnya yang selalu mengganggunya, tapi tidak lagi belakangan ini. Jungkook tampak lebih diam, terkadang ia seperti mayat berjalan. Bahkan Namjoon tidak jarang melihat Jungkook yang menangis dalam tidur, sambil mengigau memanggil-manggil nama Hoseok.
"Hari itu… Jungkook menangis tanpa henti di kamar. Semalaman." Ucap Namjoon sambil terus melihat Jungkook. Hoseok mendengarnya, hatinya sedikit goyah mendengarnya. Hoseok mencoba tidak peduli, tapi ia tidak bisa terus-terusan membohongi perasaannya sendiri. Hoseok masih mencintai Jungkook, bahkan ia menjadi lebih memperhatikan mantan kekasihnya itu. Seringkali mereka berpapasan saat ke dapur di tengah malam. Dan Hoseok bukan orang bodoh yang tidak menyadari mata bengkak Jungkook—ia tau bahwa kelinci itu barusaja menangis.
"Dia yang minta putus, kenapa dia juga yang nangis."
"Terus? Kau tidak ada niat minta maaf atau apa gitu? Ngajak balikan?"
"Jungkook masih hobi menangis belakangan ini?" Tanya Hoseok iseng.
Namjoon menganggukkan kepalanya, "bahkan semalam ia masih menangis,"
.
.
.
Dan kalimat Namjoon membuat Hoseok merasa bersalah.
.
.
.
.
.
"Kerja bagus semuanya!" Ucap Manager, dihadiahi tepukan tangan riuh dan balasan atas ucapannya.
Semua orang yang ada di sana bergegas membereskan barang-barang, begitu juga para member BTS yang mulai membersihkan wajah dan mengganti pakaiannya. Malam ini Manager akan mentraktir mereka makan malam, katanya ia sudah memesan tempat untuk itu.
"Aku lapar…" Ucap Jimin sambil memegangi perutnya.
"Kalau lapar, bergegaslah." Sahut Yoongi.
Dalam waktu yang tidak lama, mereka sudah selesai membereskan semuanya. Member BTS serempak berjalan menuju mobil mereka. Namjoon duduk di tengah. Seokjin, Taehyung, dan Suga duduk di belakang. Di susul Jimin yang duduk di tengah, serta Jungkook yang hendak masuk—tapi langsung ditarik oleh Hoseok hingga ia tetap berada di luar mobil.
"Ehh?!" Jungkook kaget. Begitu juga Jimin. "Loh? Jungkook?"
Hoseok menutup pintu mobil lalu menarik tangan Jungkook untuk membawanya menjauh.
Semua member terdiam bingung—tidak paham dengan kejadian barusan. Jimin tanpa pikir panjang melihat Yoongi dengan senyuman bodohnya.
"Hyung, duduk sama aku yuk." Jimin mengedipkan sebelah matanya.
Yoongi mendelik. "Ogah."
.
"Yakk, hyung. Lepaskan." Ucap Jungkook mencoba melepaskan genggaman Hoseok di pergelangan tangannya. Tapi Hoseok mengabaikannya dan tetap menarik tangan Jungkook. Hoseok berhenti dan menatap jalanan, menanti taxi lewat.
"Hyung."
"…"
"Hyung!"
"…"
"Hyung, setidaknya katakan kita mau kemana." Ucap Jungkook. Hoseok menatap wajah Jungkook dengan sedikit rasa kesal. Tapi Hoseok malah tertegun, sudah 2 bulan ia tidak melihat Jungkook secara dekat seperti ini. Rasanya tambah manis saja kekasihnya—eh mantan maksudnya. Sedangkan Jungkook yang ditatap lama, memerah gugup.
"I-itu, taxi!" Jungkook mengalihkan pandangan dan menghentikan taxi yang lewat. Hoseok segera sadar dari lamunannya.
Suasana mendadak canggung. Hanya ada suara radio yang menyetel lagu mereka—BTS, DNA. Lalu penyiar radio bercakap-cakap, hingga sebuah lagu membuat mereka lebih canggung.
Only Then – Roy Kim, yang di cover oleh Jungkook, BTS.
" nareul saranghaneun beobeun eoryeopji anhayo
jigeum moseup geudaero nareul kkok anajuseyo
uri najungeneun eotteohge doeljin mollado
jeonghaejiji anhaseo geuge naneun johayo
namdeuri mworaneun ge mwoga jungyohaeyo
seoroga eopseum jukgessneunde mworeul gominhaeyo
uri hamkke deo saranghaedo doejanhayo
nega dareun sarami johajimyeon
naega neo eopsneun ge iksukhaejimyeon
geuttaega omyeon geuttaega doemyeon
geuttae heeojimyeon dwae
The way to love me isn't hard
Just hold me tight like you are now
We don't know what will happen to us later
But I like that nothing's decided
Who cares what others say?
We can't live without each other, so what's the problem?
We can be more in love together
If you start to like someone else
If I get used to not being with you
When that time comes, when it's that time
Only then we can break up "
Jungkook mengumpat dalam hati sambil memalingkan muka ke arah jendela—pura-pura sibuk memandangi jalanan di luar mobil. Sedangkan Hoseok pura-pura asyik dengan ponselnya.
"Aish… Kenapa jadi begini, sih?" Batin Hoseok.
"Kita mau kemana sih, hyung?" Tanya Jungkook, lagi. Tanpa menatapnya.
"Ke apartemenku." Jawab Hoseok singkat. Jungkook kembali terdiam. Selama ini Jungkook tau jika Hoseok punya apartemen, karena jika suntuk Hoseok akan kesana sendiri. Dan Jungkook tidak pernah tau dimana letak apartemen itu, begitu juga dengan member lainnya. Hoseok bilang ia sengaja tidak memberitahu letaknya ke siapapun karena apartemen Hoseok memang ia buat untuk menyendiri.
Lalu kenapa Hoseok mengajak Jungkook ke sana?
Oh… Tentu saja untuk…
Berduaan.
"Sudah sampai."
Tanpa sadar mobil berhenti, Hoseok sudah keluar beberapa detik yang lalu dan membukakan pintu untuk Jungkook. Hoseok mengulurkan tangannya pada Jungkook sambil tersenyum. "Ayo." Dan Jungkook menggapai uluran itu.
Hoseok membawa Jungkook ke dalam gedung apartemennya, setelah naik lift, mereka pergi ke salah satu kamar dan masuk. Jungkook bisa lihat password yang Hoseok masukkan.
29062012
Tanggal mereka pacaran dulu.
Sudah lama ya, ternyata.
Hoseok masuk diikuti Jungkook. Hoseok menutup kembali pintu apartemennya, sementara Jungkook sibuk melihat sekeliling. Tampak mahal dan nyaman, Jungkook jadi kepingin juga punya apartemen pribadi. Langkah kaki membawanya ke ruang tengah, melihat televisi besar dengan terkagum. Saat hendak mengambil remote yang tergeletak di meja sebelah sofa, Jungkook merasakan dorongan—
"Huaaa!" Jungkook berteriak—Hoseok mendorong Jungkook hingga ia terjatuh ke sofa, berbaring di sana dengan Hoseok di atasnya.
"H-hyung…" Jungkook berucap gugup. "A-apa yang kau lakukan?"
Hoseok menatap Jungkook dalam.
"Ayo bicarakan lagi masalah kita 2 bulan yang lalu."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC or DELETE?
Hai hai hai! Saya kembali di FFn dengan membawa FF absurd (lagi) :"D
Berharap reader suka :D Lanjut gak nih? :v
Jangan lupa fav+follow, dan juga REVIEW yah! Karena review kalian yang buat aku semangat nulis :D
Pai Pai \(^o^)/~
5.20.2018
