You and I, Unfulfilled Feelings
:: I Etar Al Jenan I ::
Hallow,… ^O^ : Orenji disini,…
GOMENASAI NEE,…. :D Setelah sekian lama baru bisa muncul lagi… (- -")
Yah,…. Karena saya sadar telalu banyak kesalahan di chapter-chapter saya jadi saya melalukan pengeditan terlebih dahulu. (~ ~")\
Hehehe,…. Dan inipun hanya edit-an. Mohon kritik dan sarannya.
Disclaimer : Gundam Seed bukan punya saya... Semua Charakternya miliki Bandai.
Genre : Angst & Tragedy *digeplak* Romance & Angst *mungkin*
Entahlah,... saya gak kepikiran mau kasih genre apa...
Rating : T, Maybe,... (- -")\
The Cast :
Athrun Zala
Yang semua orang tahu tentang Athrun adalah pribadinya yang baik dan santun, smart, handsome, kaya, positif, gentleman, berkepala dingin dan dapat menyelesaikan semua masalah dengan sempurna. Tapi tak pernahkah seorangpun yang pernah berpikir bahwa Athrun juga memiliki sisi negatif yang mereka tidak ketahui. Awalnya Athrun sendiri tidak pernah berpikir dan menyadari bahwa dirinya memiliki sisi negarif yang sedemikian parah sampai mendengar Shinn mengungkapkan perasaan pada Cagalli dan benar – benar hilang akal, bahkan tanpa sadar menyentuh paksa Cagalli sebelum dimiliki oleh orang lain. Memang pada kenyataannya dia berhasil mengatur dan mengendalikan hidup Cagalli sampai membuat Cagalli begitu terobsesi hanya pada dirinya. Akan tetapi pernahkah terpikirkan olehnya jika suatu hari mereka berpisah bagaimana dengan Cagalli?
Cagalli Yula Athha
Cagalli adalah satu – satunya orang yang pernah melihat bagaimana raut wajah Athrun saat cemburu dan emosi dan merasakan akibat dari perubahan sikapnya itu. Hal inilah yang menjadi penyebab dia tidak ingin melihat dan merasakan untuk kedua kalinya sehingga selalu berusaha untuk tidak menentang semua perintah Athrun. Dengan penyesalan yang mendalam dia memutuskan hubungannya dengan Shinn dan membunuh semua perasaan cintanya, bahkan berkali – kali dia memungkiri suara hatinya walaupun ia tahu tidak akan mungkin dirinya melupakan Shinn. Tapi setelah Athrun menghilang dari kehidupannya, ia bukannya menjadi terbebas, malah semakin terpuruk kedalam jurang keputusasaan bahkan berkali – kali mencoba mengakhiri hidupnya.
Shinn Asuka
Shinn menyukai Cagalli sejak pertama kali mereka bertemu tapi baru berani mengungkapkan perasaannnya setelah 5 tahun mereka berteman. Shinn lebih mengenal Cagalli melebihi siapapun, perasaan cintanya benar – benar tulus hingga tidak ingin Cagalli sedih ataupun terluka dan senantiasa berada disisinya. Dia sama sekali tidak marah waktu Cagalli memutuskan hubungan mereka, bahkan tidak mau berbicara dan menjauhinya, akan tetapi dia sangat sedih melihat Cagalli yang tidak pernah tersenyum dengan tulus lagi. Karena itu dia sangat emosi mengetahui Cagalli telah disentuh paksa oleh Athrun.
Chapter 1
Suasana damai di Copernicus Academy. Yupz, ... benar-benar damai menurut saya *digeplak* mengingat ulangan nasional sedang berlangsung dan jangan harap kalian bisa pulang kerumah orang tua kalian masing-masing jika kalian tidak dinyatakan lulus dan melanjut ketingkat berikutnya alias dapat ujian tambahan.
Dikoridor sepi, entahlah benar-benar sepi atau tidak. Tapi yang pasti semua peserta ujian sudah keluar sejak sejam yang lalu. Namun sosok siapakah itu? Kenapa masih terlihat sosok pemuda dengan wajah yang terkesan khawatir menyembulkan kepala masuk dari jendela kelas paling sudut? Mungkin mengintip... Yup,... mengintip seorang gadis pirang yang sejak tadi terkesan sangat serius dengan pensil dan kertas ujiannya. Autis? Yah,... sipirang memang terlihat tenggelam dalam dunianya dan tidak memperdulikan sekelingnya, a.k.a tidak sadar sekarang hanya tinggal dia dan guru pengawasnya saja. 'Tuhan,... Lindungi dia.' Doanya setengah berbisik. Memang sipirang mau pergi perang apa? O_O *sayapun ikutan cengok*
Keseriusannya mengawasi membuatnya tidak sadar bahwa sosok pengawasnya sudah berdiri didepannya. Dia pikir semua orang seperti sipirang kali,... anak autis sampai gak sadar diintai terang-terangan gitu.
"Asuka kun~ saya rasa doamu itu berlebihan. Saya tidak sedang menyiksa gadismu." Godanya, bergaya ban*i..
"Weaght,... Mr. Flaga. Go... Gomenasai."
"Tidak perlu kaget begitu,..." Ujar Mwu tersenyum gentle, sembari mengacak-acak rambut Shinn.
"Tolong hibur dia, ya!"
Shinn cengok beberapa saat menyaksikan sosok Mwu yang berjalan melewatinya sampai sosoknya menghilang dari pandangannya. 'Sebenarnya mana karakter tu orang yang benar?'
" Gimana ? " Tanya Shinn semangat begitu sipirang keluar kelas menghampirinya.
"Buruk" Jawab Cagalli sempoyongan, rambutnya mencuat sembarangan dengan ekspresi putus asa.
"Lho! Kok bisa? Kamu main game lagi dan tidak belajar kisi – kisi yang sudah aku berikan ?"
"Bukan begitu! Tadi malam aku sudah belajar Matematika, tapi kenapa yang keluar malah Fisika? " Keluh Cagalli menerawang.
"Fisika ? ( coba mengingat kisi – kisi yang diberikannya ) Ups … ! Hei , jadi sekarang kau mau kemana ?" Tanya Shinn heran melihat Cagalli pergi kearah yang berlawanan.
"Perpus?"
" Apa ?" Tanya Shinn kaget tak percaya apa yang sedang didengarnya.
" Perpustakaan " Ulang Cagalli lagi.
" Gak salah nih! Kamu benar – benar mau ke perpustakaan?"
"Memang mau kemana lagi? Cuma kutu buku yang ada diperpustakaan kan? (maksudnya, tempat yang gak ada godaan untuk ngegame online* Kalau hanya dapat cerobong dan bebek lagi bisa – bisa ayah mengatakan 'tidak usah pulang lagi saja selamanya!'" Jawab Cagalli merinding, membayangkan ekspresi apa yang dilayangkan ayah tercintanya, dan masuk perpustakaan dengan linangan air mata.
Melihat Cagalli benar – benar masuk perpustakaan Shinn menghentikan langkahnya. 'berada disamping Cagalli hanya membuatnya tidak akan konsentrasi' pikirnya sendiri.
"Ganbatte, chi!" Semangat Shinn melambaikan tangannya, kemudian segera menghilang dari pandangan mata Cagalli.
"Umh,.. yeah... Ganbatte! " Ujar Cagalli lemas, memilih beberapa buku masih dengan linangan air mata.
Athrun terpaku melihat Cagalli ada diperpustakaan, padahal dia sudah mencari – carinya kesemua game centre dikota. Kira memintanya membantu Cagalli belajar, ekspresinya saat itu tidak jauh dengan raut Cagalli sekarang, putus asa seakan tidak ada matahari terbit untuknya esok hari. 'Bagai pinang dibelah dua' pikirnya.
"Aku rasa dia tidak separah yang Kira katakan !" Pendapatnya yakin begitu melihat Cagalli yang dengan seriusnya membaca. 'tidak seharusnya dia memasang tampang putus asa begitu, kan? Bikin panik saja!' cibirnya sendiri.
Hei Athrun,... bukan saatnya kamu sibuk dengan pikiranmu. Cepat segera kamu urus sosok pirang dihadapanmu! Sahabat baikmu berharap kamu dapat membantunya, ,khan!
" Tidak! " Teriak Cagalli histeris yang mengagetkannya dan semua penghuni perpustakaan, lebih tepatnya sih,... Penjaga perpustakaan dan dia saja, selebihnya buku-buku penghuni perpustakaan,... mungkin. ^3^
" Ada apa ? " Tanya sipenjaga perpustakaan, Ms. Natarle kaget.
" Besok ujian Matematika, tapi kenapa dari tadi aku belajar sejarah? " Jawabnya.
Ekspresi kekagetan Natarle langsung terlihat menderita begitu mendengar jawaban Cagalli, berusaha biasa meski dahinya berkerut menahan marah.
" Lakukan saja seperti biasa ! kirim lagi surat pada ayahmu mohon pengertiannya. Gampang kan! " cetus Natarle.
" Mana bisa begitu ! Ini sudah tahun ketiga aku gak pulang ! " Tangisnya menyesal.
.
.
.
Sudah jam delapan malam Cagalli masih ada di perpustakaan tapi dia sama sekali tidak mendapat titik terang untuk masalahnya. Dia masih terpaku pada soal pertama yang berusaha di selesaikannya.
" Kenapa gak bisa juga ? " Keluhnya.
" Harusnya sebelum kamu sampai disini kamu bagikan dulu nilai X nya batu kamu lanjutkan ke nilai Y! "
" Ah,.. iya! "
Cagalli kaget melihat sosok pemuda yang berdiri disampingnya dan terlebih lagi orang itu menawarkan diri mengajarinya belajar.
Belum juga Athrun menyelesaikan makan malamnya saat mendengar mendengar jendela kamarnya yang ada di lantai IV diketuk dilempari batu-batu kecil dan dengan sedikit ragu dia membuka jendela. 'siapa sih ngajak ribut malam-malam gini?' teriaknya dalam hati... *digeplak* (maksud saya itu resmi kata-kata selaku author disini)
"Cagalli" Ujarnya refleks meraih tangan Cagalli yang hampir jatuh saat melompat kejendela kamarnya.
" Aku pikir bakalan jatuh tadi " ujarnya setengah pucat.
"Bodoh! Kenapa tidak dari pintu saja! Kau bisa cedera tahu!" Bentak Athrun.
Cagalli tidak mendengarkan omelan Athrun dan menarik tasnya dari bawah dengan tali yang terikat di lengan kirinya. Dia pikir Athrun sedang menyanyikan lagu untuknya apa? O_O
" Arigatou ~nee, Shinn. Jemput aku besok pagi, ya ! " Teriaknya kebawah.
" Jangan berisik dong,... nanti ketahuan penjaga asrama ! " Seru Shinn setengah berteriak dari bawah.
" Hai, ^^ Wakatta ! " Ujar Cagalli mengerti,
Tapi apa kau sadar Cagalli kalau Athrun tidak mengerti. Terkadang, kejeniusan bukan segalanya...
Ada saja hal yang tidak dapat diterjemahkan oleh otak jenius, kan? Seperti kenyataan bahwa kamu sesungguhnya bukan penghuni asrama putra.
.
.
.
Cagalli heran dengan cara berfikir nya malam ini. Hal ini baru pertama kali ia rasakan. Entah kenapa perasaannya juga terasa tenang dan semua pelajaran terasa sangat mudah baginya. Biasanya juga dia tidak pernah menangkap penjelasan dari guru atau siapapun tutor yang membantunya belajar, karena itu Kira dan Shinn menyerah menghadapi Miss. Kitty eyes. Apakah dia tidak pernah menyadari kalau sebenarnya IQ-nya ada diatas rata-rata dan keterpurukan nilai-nilainya adalah karena dia hampir tidak pernah menyentuh buku-buku pelajarannya sekaligus menggubris penjelasan guru dan puluhan tutor yang dikirimkan oleh ayahnya?
"Arigatou !" Ujar Cagalli membuka jendela dan melemparkan tasnya begitu saja kebawah yang ternyata langsung ditangkap Shinn.
" Do,... Douita nee" Jawab Athrun refleks sesaat setelah Cagalli melompat dan mendarat di pelukan Shinn.
" Semoga berhasil " Ujar Athrun melambaikan tangannya, dia heran bagaimana Cagalli bisa sukses selamat? Memang dia beruntung atau Shinn hebat dalam urusan tangkap-menangkap?
" Jaa nee" Teriak Cagalli melambaikan tangan.
"Cepat ! Nanti terlambat !" Ujar Shinn menarik tangan Cagalli pergi, meninggalkan Athrun yang masih terpaku dengan keterkejutannya. 'Dia bukannya bodoh,...'
Yah,... Cagalli memang bukanlah gadis bodoh, Athrun. Dia adalah yang terbaik dari kaumnya. Cagalli adalah seorang Natural yang kemampuannya hampir mengimbangi Coordinator.
'He? Kenapa mereka memanjat gerbang?'
Hasil ujian sudah keluar sejak dua jam tadi dan Athrun menarik napas melihat papan pengumumannya. Dia benar – benar terkejut dengan hasil yang didapat Cagalli, pendapatnya sama sekali tidak salah,... Cagalli sama sekali tidak bodoh. Hanya saja dia tipe yang malas belajar dan selalu berkutat dengan game-game perangnya. Sebegitu menyenangkannyakah game itu? Atau malah dia lebih suka sensasi seru didalamnya. Memang game itu ada sensasinya? O_O
Yah,... Walaupun mendapatkan nilai sempurna ditiga mata ujian terakhir, tapi tetap tidak mungkin berhasil kalau di lima belas mata ujian lainnya hanya mendapat angka bebek. Tidak semuanya sih,... kali ini ada sedikit rekor karena nilainya tidak ada cerobong asapnya dan,... em.,.. er... yah,... lumayanlah. Keautisannya saat mengerjakan fisika ternyata cukup berbeda dari deretan angkabebek dibelakangnya, kursi terbalik gitu. (-'_'-)
" Haahh ! " Suara tarikan napas panjangnya.
.
.
.
" Jangan sedih, masih ada tahun depan kok! " Hibur Shinn saat Cagalli menangis dipunggungnya.
" Tapi aku sama sekali tidak puas ! harusnya aku lulus ! Kenapa sih aku begini bodoh ! " tangis Cagalli menyeka air matanya dengan punggung Shinn.
" Cagalli tidak bodoh ! Buktinya ditiga mata perlajaran terakhir kamu mendapat nilai sempurna ? Mungkin dirimu lagi sial saja ! "
" Sama saja. Kesialan datang karena kebodohan ! " Ujar Cagalli.
" Tidak ada pepatah yang mengatakan orang sial itu bodoh ! " Ujar Shinn menenangkan Cagalli.
" Tapi tetap saja aku tidak lulus. "
" Jangan menangis gitu ! Jika bukan karena liburan ini bertepatan dengan ulang tahun Mayu aku pasti tidak pulang " Ujar Shinn melihat Cagalli diam saja.
" Nggak nangis kok ! Udah cepat pergi sana ! " Ujar Cagalli menghapus air matanya dan mendorong Shinn pergi. 'masa gara-gara aku Shinn ikutan gak pulang lagi.'
" Jangan merajuk dong,..." bujuk Shinn melihat senyum palsu Cagalli yang dikenalinya sangat dibuat-buat.
" Siapa yang merajuk? PERGI KAU SANA!" Teriak Cagalli sebelum pintu bis tertutup.
.
.
.
" Jadi ayah tidak jadi pulang ? " Tanya Athrun ditelephon.
" Masih banyak urusan di parlement dan ayah masih ada pertemuan lagi. "
" Jadi,... untuk apa aku pulang ? " Tanya Athrun sendiri karena ayahnya sudah terlanjur mematikan hpnya.
.
.
.
Langit sangat cerah hari ini. Shinn juga sudah pulang kekampung halamannya di Orb lalu tinggallah Cagalli sendiri ditempat rahasianya. Tempat yang menurutnya adalah tempat yang dapat menyedot semua kesedihannya.
" Siapa ? " Tanya Cagalli terbangun menyadari ada orang yang dari tadi berdiri disampingnya dan silaunya matahari menggelapkan pandangannya sementara.
" Aku pikir kamu mati kepanasan " Ujar Athrun.
" Athrun,... (kagetnya). Mana mungkin aku mati kepanasan ! " Spontan Cagalli.
" Memangnya kamu tidak merasa panas ? "
" Di Orb tuh, panas segini belum seberapa. "
" Orb ? kamu tinggal di Orb ? " Tanya Athrun heran karena jarang ada Coordinator yang tinggal dibumi.
" Iya ! " Tegas Cagalli.
" Aku dengar Orb itu negara yang indah " Tanya Athrun dan duduk disamping Cagalli.
" Tentu. Apalagi disana tidak membeda – bedakan siapapun. "
" Jadi kamu suka tinggal di Orb ? "
" Hm " Senyum Cagalli ceria dan menceritakan Orb lebih banyak lagi.
" Sudah lama kita bicara tapi belum tahu tentangmu. Kamu dari jurusan apa? "
"Te,... Teknik mesin." Jawab Athrun sweetdrop karena selama ini Cagalli tidak tahu jurusannya.
" Kita berteman ya, Athrun ! " Ujar Cagalli dengan wajah polosnya.
" I,... Iya ! " Athun berblusing-blusing ria
" Kenapa kamu masih ada disini ? Bukankah semua orang sudah pulang ? "
" Untuk mengajarimu "
" Mengajariku ? " Tanya Cagalli kaget.
" Kira minta tolong padaku untuk mengajarimu. "
" Kira ? "
" Kira Yamato. Dia sahabatku. "
" Ya, ampun. Jadi semua ini ulah Kira! Dasar Kira, Padahal sudah aku bilang jangan mengkhawatirkan aku. "
" Kira memang sangat baik. Jadi kamu tidak boleh mengecewakannya. "
" Tapi,... " Ujar Cagalli sedih.
" Kenapa ? "
" Karena aku kamu jadi tidak bisa berkumpul dengan keluargamu ! "
" Jangan dipikirkan ! Ayahku juga tidak ada dirumah jadi tidak akan ada masalah. "
" Wakatta. " Semangat Cagalli memberikan hormat.
" Shinn " Panggil Cagalli begitu Shinn turun dari bus.
" Cagalli ? ... " Tanya Shinn heran melihat Cagalli yang langsung memeluknya dengan riang dan Athrun yang berdiri dibelakangnya. Karena rindu itu jelas tidak mungkin. Dia baru pulang 5 hari saja kan?
" Coba tebak kenapa aku sampai sesenang ini ? "
" Kenapa ? yang pasti bukan karena aku khan ? "
" Luar biasa. Aku lulus. "
" Lulus apa ? "
" Lulus ujian. Aku bakal sekelas denganmu. "
" ... " Shinn diam seakan tidak mengerti apa yang didengarnya.
" Sungguh? "
" Yup. " Jawab Cagalli riang dan Shinn memeluk Cagalli serta mencium keningnya.
" Deg " Athrun terpaku diam melihat mereka dan entah kenapa jantungnya terasa tertusuk duri.
" Rasanya terima kasih saja tidak akan cukup untuk membalas jasamu, tapi jika kamu butuh bantuan aku siap kapan saja " Ujar Shinn bahagia dan memberikan hormat.
" ... Ya ! " Jawab Athrun sinis.
"Athrun!" Panggil Meer manja, begitu turun dari bis dan melihat Athrun disana.
"Me,.. Meer? Kenapa kamu sudah kembali?" Tanya Athrun kaget, merasa risih akan pelukan Meer.
"Paman bilang kamu tidak pulang waktu aku datang mengajakmu kencan..." Jawab Meer manja sembali menggembungkan pipinya.
"Aku disini mengajari Cagalli."
"Cagalli?" Meer terlihat terkejut, dia tidak menyangkan Athrun mengenal Cagalli sebelumnya.
"Iya! Cagalli!"
Meerpun langsung melepaskan pelukannya, memasang ekspresi marah dan mendorong Cagalli hingga terjatuh.
"Cagalli." Sontak Athrun menghambur kearah Cagalli.
"Are you okey, chi?" Tanya Shinn khawatir, membantu Cagalli bangkit dari posisinya yang mencium tanah.
"Apa yang kau lakukan?" Lanjut Shinn membentak Meer begitu tahu Cagalli hanya mendapat lecet ditelapak tangan kanannya.
"Berani sekali kamu menggoda Athrun, Jalang?"
"Whats,...? Siapa yang kau panggil jalang, huh?" Tanya Cagalli berang. Seumur hidup baru kali ini dia disebut jalang dan tidak heran jika dia emosi.
"Siapa lagi kalau bukan kau! Berani sekali kau menggoda Athrun? Dasar wanita murahan."
PLAAK
Sebuah tamparan sukses mendarat dipipi kiri Meer. Shinn menamparnya, membuat Cagalli cengok dan melupakan emosinya begitu saja, memarahi Shinn karena tidak seharusnya dia berlaku kasar pada wanita, lalu Athrun yang masih belum menangkap arah pembicaraan Meer kemana.
"Meer,... Apa maksudmu? Cagalli tidak menggodaku."
"Lalu apa? Mana mungkin kamu tertarik dengan perempuan tomboy macam dia, kan?"
"Pe,... Perempuan?"
Seminggu berlalu sejak itu, aktivitas di Copernicus Academy kembali normal, meski sedikit ramai dengan akan diadakannya festival musim panas. Dari atap gedung Academy, Cagalli dan Shinn memperhatikan pemandangan disekitarnya. Ekspresi Cagalli terlihat menerawang memikirkan kejadian lalu dan benar – benar tidak mengerti mengapa Athrun marah padanya. Memangnya setiap berkenalan dengan orang lain dia harus mengatakan " Namaku Cagalli dan aku seorang perempuan ! ". Lagipula kenapa kalau perempuan ? Bukankah semuanya manusia dan semua manusia itu sama.
" Jangan terlalu dipikirkan ! " Hibur Shinn.
" Memangnya aku salah ya kalau aku ini perempuan ? "
" Tentu aja tidak, Chi ! " Jawab Shinn menyakinkan.
" Lalu kenapa dia marah dan tidak mau bicara denganku ? melihat aku saja tidak mau ! "
" Dasar dianya aja yang gila ! Sudahlah,... Jangan pedulikan orang seperti dia lagi. "
Shinn kaget dirinya tiba – tiba ditampar Cagalli dan ekspresi wajah Cagalli yang belum pernah dilihatnya selama ini.
" Jangan pernah jelek – jelekkan dia lagi ! " Bentak Cagalli.
" Ma,... af " Ujar Shinn pelan.
Cagalli tersentak kaget dan menangis dipunggung Shinn.
" Tidak ! Aku yang salah, kok ! " Isaknya.
" Tidak apa kok. Chi. Aku tahu kamu paling gak suka kalau ada temanmu yang dihina."
" Jadi mau pergi ke party, gak ? " Lanjut Shinn sedikit menyeringai.
" Mau ! " Jawab Cagalli manja.
" Dasar. Oh, iya ! ke partynya kamu lebih baik pakai gaun saja ! " Ujar Shinn menarik napas.
" ... " Cagalli cemberut.
" Ini penting, lho ! Jika kamu mengenakan gaun semua orang pasti tahu kalau kamu adalah perempuan dan tidak ada kesalahpahaman lagi! " Bujuk Shinn memberi pengertian.
" Tapi aku tidak punya gaun "
" Kita beli saja ! ! Let's go! " Teriak Shinn, menarik Cagalli pergi.
.
.
.
Shinn mengajak Cagalli seharian keliling kota mencari gaun. Dari satu toko ke toko lain hingga mendapat gaun yang tepat, lalu sepatu, tas dan bermacam – macam acsesoris lainnya.
" Tunggu " Panggil Cagalli sesak napas.
" Cepetan dikit dong, Chi ! Sudah jam enam ! " Seru Shinn memanggil.
" Aku tahu ! Tapi aku udah gak sanggup jalan lagi ! " Jawab Cagalli dan duduk diemperan toko mirip anak jalanan.
Shinn menarik napas panjang. Dia tahu itu cuma alasan Cagalli untuk minta gendong. Itu memang MO-nya.
" Dasar manja ! " Cibir Shinn dan Cagalli tertawa senang memeluk punggung Shinn.
.
" Athrun " Panggil Lacus heran melihat Athrun yang terus memperhatikan Cagalli dan Shinn dari mobilnya.
" Ah, ... tidak ! " Sahut Athrun dan berlalu melewati mereka dengan kecepatan mobilnya.
Malam itu semua pandangan terarah padanya dengan gaun hijau muda yang menyapu lantai. Tiada satupun orang yang menyangka kalau seorang Cagalli bisa terlihat serasi dengan gaun yang elegant. Aneh rasanya Cagalli bisa terlihat begitu pantas mengenakan gaun dan dia sungguh terlihat seperti layaknya seorang putri kerajaan.
" Cagalli " Sentak Kira kaget.
" Kira ! ,.. Ouch " Panggil Cagalli semangat tapi dicubit Shinn dan Kira tersenyum kecil melihatnya.
" Hmm,... ya ! Saya Cagalli ! "
Shinn tertawa terpingkal – pinkal mendengar Cagalli berbicara sopan apalagi dengan gaya mengulurkan tangan didepan Kira layaknya seorang gadis.
" Senang bertemu dengan anda putri. " Ujar Kira mencium punggung tangan Cagalli.
" Memangnya ada yang salah ? " Tanya Cagalli heran dengan nada altonya tidak tahan mendengar tawa Shinn yang dari tadi tidak berhenti.
" Hmmp. Tidak kok. Cuma,... Khhh " Shinn mencoba biasa tetapi tidak sanggup menahan tawanya.
" Arghh! " Teriak Cagalli frustasi, mengangkat kedua tangannya bersiap mengacak-acak rambutnya, akan tetapi Shinn dengan sigap menahan tangannya.
"Tidak pantas seorang Lady mengacak rambutnya, kan?" Ujar Shinn dengan ekspresi Cool dan bling-bling gitu, Cagalli sampai cengok dibuatnya.
" Mau berdansa ? " Tanya Kira mengulurkan tangannya.
" Mau, Tapi,... "
" Aku akan mengajarimu. " Ujar Kira meyakinkan Cagalli yang terlihat ragu, alias... Dia tahu Cagalli tidak pandai berdansa,... (¬_¬)
Kira mengajari Cagalli berdansa dengan sabar, Shinn tertawa memperhatikan Cagalli yang berkali – kali menginjak kaki Kira, sementara Athrun terus memandang tajam Cagalli dan tidak memperdulikan para fans girl-nya yang mengajaknya berdansa tanpa hentinya.
" Ada apa Athrun ? " Tanya Lacus heran.
" Tidak " Jawab Athrun dingin dan mengajak Lacus berdansa.
.
.
.
Melihat Cagalli dan Shinn keluar, Athrun langsung menghentikan dansanya dan mengikuti mereka.
" Shinn ! ada apa ? " Tanya Cagalli heran meninggalkan ruang pesta.
" Ada yang ingin kusampaikan padamu. Sebenarnya sudah lama aku memendamnya, tetapi aku sudah tidak bisa lagi menyimpannya. "
" Aku menyukaimu. " Lanjut Shinn serius.
Wajah Cagalli memerah, tidak menyangka Shinn bisa-bisanya ditembak langsung seperti ini. Tapi, yah,... Cagalli juga super sangat senang sekali.
" Aku juga menyukaimu, Shinn ! " Jawab Cagalli malu dan disaksikan sang bulan mereka berciuman.
Tunggu,... bukan cuma sang bulan. Dibalik semak juga ada Athrun yang mengikuti mereka. Ekspresi wajahnya yang tersentak kaget sangat menyeramkan begitu pikirannya kosong tidak percaya apa yang didengar dan dilihatnya sekarang, ekspresinya juga sangat menyeramkan dan begitu melihat Cagalli sendirian dia langsung menyergap tiba – tiba.
Cagalli perlahan membuka mata, ia merasa asing dengan apa yang dilihatnya, aroma tubuh seseorang dan sangat terkejut dirinya tengah dipeluk dengan erat oleh seseorang.
" Si,... Siapa kau? Apa yang kau lakukan padaku? " Kagetnya meronta, namun apa daya tenaga Athrun jauh lebih besar darinya.
" Tolong lepaskan aku, A.. thrun " Pinta Cagalli gemetar dan menangis mengetahui orang yang sedang memeluknya itu Athrun.
Bukannya dilepas, Athrun malah mencium bibir Cagalli dengan lembut.
" ... "
Malam terus berjalan, Athrun sama sekali tidak sadar apa yang tengah dilakukannya. Semua kelembutannya diawal berubah menjadi kasar dan suara tangisan, permohonan bahkan jeritan Cagalli sama sekali tidak terdengar olehnya. Harusnya Athrun tahu apa yang dilakukannya ini adalah sebuah kesalahan, Cagalli adalah natural dan tidak seharusnya dia menyentuhnya, apalagi dengan cara paksa seperti ini.
To be Continued
YAY! Akhirnya edit Chapter 1 selesai juga. Mohon kritik dan sarannya. |(^o^)/
Tentang editan di Chapter 2,... +_+,... mungkin baru minggu depan saya rampungkan... Jaa nee... ^0^
