Phi Brain (c) Sato Junichi
Digimon (c) Hongo Akiyoshi

A/N: Headcanon abadi kalau Kaito dan Masaru pasti punya hubungan darah! PASTI! #udah

by St. Chimaira (id: 1658345)

.

.

.


Orang bilang; saudara sering sekali dibanding-bandingkan―dan selentingan itu memang sebuah hal nyata.

Siapapun yang mengenal Daimon Kaito, pasti paham sekali kalau pemuda berbalut kostum sewarna bara tersebut lebih nyaman berlaga menggunakan otaknya.

Bertentangan dengan sang adik yang menggunakan kelumun bernuansa color scheme serupa, Daimon Masaru lebih senang bersiaga dengan kemampuan ototnya.

Terlalu jauh berbeda―tuduh mereka yang tidak biasa.

Rumor itu diperkuat dengan keputusan keduanya yang sekarang sibuk berkelana. Kaito menjelajahi belahan bumi untuk memuaskan hasratnya memecahkan misteri kepingan puzzle, sementara Masaru pergi ke dunia digital untuk menjadi petarung terkemuka.

(Anak laki-laki di rumah ini jarang sekali ada di rumah, ibu mereka sering mengeluh.)

Fakta lain; sang kepala keluarga merupakan Yggdrasill.

Sebagai medium 'Tuhan' dari dunia yang dihuni anak laki-laki bungsunya kini, pekerjaan Daimon Suguru seakan tidak pernah habis. Mengontrol satu lusin Royal Knight juga mengatur bermacam hal di dunia digital bukanlah hal mudah, siapapun tahu.

Tetapi ada saat di mana mereka diminta untuk pulang ke rumah, sekedar duduk berkumpul mengelilingi meja makan sambil menyantap santapan luar biasa kreasi bunda tercinta.

"Aku mau tambah!"

"AKU JUGA!"

Tidak terlalu berbeda sebenarnya. Di antara mereka berdua yang terpaut sekitar tiga tahun, tersaji potongan tamagoyaki terakhir di atas piring―berebut untuk dinikmati.

(Meskipun Agumon tampaknya berhasil mendapatkan apa yang sedang diperebutkan.)

"Kakak-kakakku begitu memalukan…" Daimon Chika mengunyah tamagoyaki bagiannya dengan tidak antusias, mengundang jari-jari lihai sang ayah untuk menari lembut di antara helai putri bungsunya kemudian.

"Kau juga harus tumbuh bersemangat seperti mereka."

"Ayah bercanda, kan?"

Penyangkalan yang berujung pecah tawa dari yang bersangkutan disusul gelak anggota keluarga lain. Membuat hangat di sana berlangsung kurang lebih dua jam lamanya.

Namun setelah bangun pagi hari setelahnya, semua sosok terlanjur lenyap. Setiapnya kembali berpetualang dengan membawa cerita masing-masing. Daimon Sayuri―sang Ibu memutuskan kembali menunggu.


(Cuaca semakin dingin. Menu selanjutnya mungkin saja cawanmushi atau nabe.)


END