Kanbyou—KaKuro Hen

Desclaimer :

黒子のバスケ 藤巻忠利

Pairing : KaKuro

Warning :

Sho-ai, BoyxBoy, typo (s), OOC (maybe), dll

###

Pagi yang baru telah bergulir menggantikan hari kemarin. Akan tetapi kegiatan pemuda itu tidak banyak berubah. Bangun pagi dengan alarm yang diset pukul enam pagi, mempersiapkan diri sebelum berangkat ke sekolah, menyambar bekal makanan buatannya sendiri sebelum berlari mengejar waktu yang membuatnya hampir terlambat mengikuti latihan pagi klub basket Seirin.

Sungguh kegiatan yang sama dengan hari-hari kemarin. Dia bahkan bisa menebak bahwa setelah ini dirinya pasti akan disapa oleh teman setim—merangkap kekasihnya—secara tiba-tiba. Kemudian mereka akan berlatih bersama setelah dia memarahi pemuda itu, lalu keduanya akan makan pagi sebelum kelas jam pertama dimulai.

Tapi...

"Huh? Dia tidak ada?"

Prediksinya meleset. Ucapan selamat pagi dadakan yang selalu diucapkan spesial untuknya tidak ia dapatkan. Ia bahkan tidak menemukan sosoknya selepas latihan dan kelas dimulai. Sampai ketika sang Guru mengabsen para siswanya,

"Ah, hari ini Kuroko kun izin, ya."

Eh, dia tidak berangkat? Surai merahnya bergerak mengikuti kepalanya yang menoleh ke belakang—pada kursi yang biasa diduduki Kuroko Tetsuya.

(*˘︶˘*).。.:*

Ting tong! Ting tong!

Suara bel yang ditekan berkali-kali menganggu tidurnya yang sejak awal tidak nyaman. Kelopak matanya mengerjap enggan, tapi suara bel rumahnya yang berdering memaksanya untuk bangun. Ia mendudukkan diri di pinggiran kasur sebelum berdiri. Kepalanya terasa berat karena rasa pening yang tak tertahankan.

Ting tong!

Bel rumahnya kembali ditekan. Dia mengerang sebal karena sepertinya tamunya bukan orang yang sabar. Tubuh kecil yang sedang ringkih itu akhirnya berdiri. Langkahnya pelan menuju pintu.

"Iya, sebentar," suaranya parau. Ia bahkan tidak yakin suara itu akan sampai di telinga tamunya. Tangannya yang lemas akhirnya sampai pada gagang pintu. Digeretnya slot yang menjadi kunci kedua setelah memutar kunci pertamanya.

Pemandangan yang menyapa iris birunya ketika pintu itu terbuka, adalah sesosok pemuda berambut merah dengan badan yang lebih besar darinya. Napas pemuda itu tidak beraturan, seakan dia baru saja melakukan lari maraton. Atau memang dia baru saja berlari?

"Ku.. roko.. hah.. hah.." Pemuda itu menunjukkan wajah panik. "Kau.. baik-baik saja?"

Kuroko tersenyum begitu kekagetannya lenyap. Ia sedikit geli melihat melihat keadaan kekasihnya saat ini. "Masuklah dulu, Kagami kun," katanya pelan, tidak bisa menyembunyikan suaranya yang parau.

Kagami menurutinya. Namun, mulutnya masih menggerutukan sifat Kuroko yang tidak menghubunginya saat keadaannya sedang tidak baik seperti ini.

" Sudah kubilang, hubungi aku kalau kau sedang kenapa-napa! Kenapa kau diam saja? Berapa kali harus kukatakan kalau kau bisa bergantung padaku, Ku.."

Bruk!

Saat itu, Kagami menghentikan ucapannya. Badan ringkih di belakangnya oleng, dirasakannya kepala bersurai biru muda itu jatuh tepat di punggung lebar miliknya. Rasa panas yang ia yakini sebagai demam yang sedang menyerang si pemuda merembet padanya dari balik seragam yang dikenakannya.

"Oi, Kuroko..?" Kagami memanggilnya tanpa berbalik. Takut badan yang tengah bersandar padanya itu jatuh ke lantai karena kehilangan sandaran.

Kagami menjatuhkan plastik bawaannya saat si empunya nama tidak menjawab. Dengan hati-hati tangannya meraih tubuh yang lebih kecil darinya, membawanya ke dalam dekapan lengannya. Panas badan Kuroko semakin dirasakannya saat ia membopong tubuh mungil itu. Napas panas tak beraturannya pun ia rasakan ketika dengan hati-hati ia menidurkan badan ringkih itu di atas kasur.

"Kau panas sekali," Kagami berujar khawatir. Kuroko tidak membalasnya dengan suara, hanya matanya yang sayu membalas tatapan Kagami.

"Obatmu? Kau sudah makan?"

"Belum," suaranya lirih. Kepalanya tak sanggup menggeleng karena rasa pening yang tak berkurang.

"Sudah kuduga."

Lelaki dengan surai merah itu meninggalkan kamarnya setelah mengatakan itu. Tidak lebih dari satu menit setelahnya dia kembali dengan kantong plastik di tangannya.

Plak!

Satu tamparan kecil Kuroko rasakan di dahinya. Ia kemudian merasakan dingin yang nyaman mengalir perlahan dari kepalanya.

"Kimochi ii.." respon naluriah keluar dari bibir Kuroko ketika rasa dingin menjalar perlahan dari dahinya. Kagami mendengus mendengarnya.

"Itu plester penurun panas," kata Kagami. "Tunggu sebentar. Akan kubuatkan makanan untukmu."

Kagami mengelus kepala Kuroko dan mengecup pipinya sebelum kembali keluar dari ruang tidur menuju dapur.

(*˘︶˘*).。.:*

Kuroko tidak tahu sejak kapan ia terlelap. Ia mengerjap ketika goyangan-goyangan ringan mengenai badannya, mengganggu tidurnya. Matanya menemukan sosok lelaki bertubuh besar saat ia mulai fokus. Ia pun sadar bahwa laki-laki itu sedang duduk di pinggiran ranjangnya. Di atas pangkuannya, terdapat nampan berisi mangkok yang mengepul.

"Ngg.." Kuroko mengerang. Enggan bangun dari tidurnya. Tapi senyum hangat lelaki itu seakan memaksanya untuk mendudukkan diri. Ia pun duduk bersandar setelah bersusah payah bangun.

"Buka mulutmu," Kagami memberi perintah setelah ia menyedok sup ayam dari dalam mangkuk dan meniupinya. Kuroko menurut.

Acara suap-menyuap itu berlangsung khidmat. Kuroko menghabiskan sup ayamnya hingga tandas. Ia mendapat pujian 'anak pintar' dan tepukan di pucuk kepala dari kekasihnya―seolah dia adalah anak TK yang barus aja membuat orang tuanya bangga. Perlakuan itu membuat Kuroko sedikit merengut.

"Aku bukan anak kecil, Kagami kun." Dia melakukan protes yang diabaikan. Kagami memilih untuk berdiri, meletakkan mangkok kosong di atas nakas dan membawa segelas air putih dan sebutir pil penurun panas sebagai gantinya. Kagami menyodorkannya pada Kuroko.

"Ah," seolah menyadari sesuatu, lelaki besar itu menarik tangannya. Kini kepalanya yang mendekat. Kuroko memandangnya bingung, namun tak mengatakan apapun. "Apa kali ini aku perlu menyuapimu mouth-to-mouth, sayang?" Ia mengerling menggoda, sukses mendapatkan dorongan sayang dari kekasihnya, mwnjauhkan kepala mereka.

"Berikan obatku." Kuroko Tetsuya main perintah, belum menjauhkan tangannya dari wajah Kagami.

"Iya, iya. Duh, lepaskan wajahku," sang Pria memprotes. Kuroko menjauhkan tangannya. Kagami memberikan obat dan airnya. Diperhatikannya Kuroko meneguk air putihnya hingga habis. Ia mengambil kembali gelasnya dan menjajarkannya di samping mangkok di atas nakas.

"Istirahat lagi, sana," perintahnya sebelum membawa alat-alat makan kotor ke dapur.

Kuroko sudah menyamankan dirinya di kasur saat Kagami kembali. Ia menjatuhkan dirinya untuk duduk di samping tempat tidur. Kagami sedikit mendengus melihatnya.

"Lain kali hubungi aku saat kau sedang tidak baik-baik saja, mengerti?"

Kuroko mengangguk.

"Janji, oke?"

Dia mengangguk lagi.

"Bagus."

Kagami mencondongkan tubuhnya. Menorehkan kecupan ringan di bibir Kuroko. Hanya sekejap, ia lalu beranjak. Diambilnya tas sekolahnya yang tadi ia letakkan di samping tempat tidur.

"Kau mau pulang?" Kuroko bertanya, ada sarat kesepian dalam suaranya.

"Kau ingin aku tetap di sini?"

"Tidak masalah, kalau Kagami kun ingin pulang."

"Haaahh... Dasar!"

Kagami meletakkan lagi tas selempangnya. Kali ini ia juga melepas gakurannya dan menggantungnya di samping seragam milik si Pemilik Rumah.

"Geser," ucapnya begitu dia sampai di samping ranjang lagi. Kuroko menurut. Kagami kemudian mengambil posisi berbaring, menyamankan diri di samping Kuroko. Tangan kanannya menyusup masuk di antara kepala dan leher, tangan lainnya menarik tubuh Kuroko agar lebih mendekat kepadanya.

Kuroko tersenyum saat kepalanya menyentuh dada bidang kekasihnya. Detak jantung teratur yang bergema di telinganya seakan menjadi pengantar tidur. Tak berapa lama ia terlelap. Kagami pun segera menyusulnya ke alam mimpi setelah asyik mengelur-elus surai biru di hadapannya.

Meskipun Kagami tak pernah tahu dan Kuroko memang tak akan pernah mengungkapkannya secara terang-terangan, namun Kuroko sungguh merasa beruntung memiliki seorang Kagami Taiga di sisinya. Karena lelaki itu selalu ada untuknya. Seperti saat ini misalnya.

.

.

.

終わる


Hai, hai.. tadaima modorimashita~

saya kembali dengan fic pendek ini sebagai sedikit pelarian dari real life.. haha

terima kasih pada yang sudah mampir baca..

mohon reviewnya ya... ()

rebiyuu mattema~su.. 3

mata ne,

wen