Lucky
Main Casts : Oh Sehun and Xi Luhan (GS)
Support Casts : Find it by yourself
Genre : AU, Romance, School Life
Length : Twoshot
2016©Summerlight92
Luhan berlari menyisiri lorong sekolah yang mulai terlihat sepi. Bel jam pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Kini gadis itu tengah bergegas menuju taman belakang sekolah untuk menemui seseorang. Orang yang dimaksud Luhan adalah seniornya di sekolah—Wu Yifan atau yang lebih akrab dipanggil Kris.
Untuk apa Luhan menemui pemuda itu di taman belakang sekolah pada jam pulang seperti ini?
Jawabannya hanya satu, Luhan berniat menyatakan perasaan cintanya pada Kris. Luhan memang menyukainya sejak dia masih menjadi siswi tahun pertama di Seoul Senior High School. Kris yang kala itu menjabat sebagai ketua OSIS, berhasil membuat Luhan jatuh cinta dalam pandangan pertama—ketika dia menolong Luhan yang sedang kebingungan mencari ruang kelasnya.
Kris sendiri termasuk siswa populer di sekolahnya dan otomatis memiliki banyak penggemar. Bisa dipastikan saingan Luhan untuk mendapatkan hati pemuda itu tidaklah sedikit, namun Luhan tidak peduli. Ia tetap nekat mengirim surat cintanya ke loker Kris yang berisi ungkapan cintanya sekaligus ajakan untuk bertemu di taman belakang sekolah sesudah jam pulang sekolah.
"Hhhh ... hhhh ..." Luhan mengatur napasnya yang terengah-engah ketika dia sampai di taman belakang sekolah. Pandangannya menggulir ke sekeliling, berusaha mencari sosok pemuda berambut blonde dengan perawakannya yang tinggi seperti model papan atas.
Saat Luhan sibuk mencari Kris, tiba-tiba saja muncul sosok pemuda lain dari balik pohon yang ada di sana. Semula Luhan mengira jika pemuda itu adalah Kris, namun perkiraannya salah. Terlepas dari kemunculan pemuda itu secara mengejutkan, Luhan jauh dibuat kebingungan ketika matanya menangkap benda berbentuk persegi panjang berwarna pink. Dia merasa tidak asing dengan benda yang dibawa pemuda berkulit pucat itu.
Tunggu—bukankah itu surat dariku untuk Kris-sunbae?
Pemuda itu semakin berjalan mendekati Luhan yang kini berdiri mematung dengan raut tegang.
Bagaimana bisa suratku berada di tangan si cadel ini?!
"Akhirnya kau datang juga ..."
Luhan mengernyitkan dahi, lalu memiringkan kepalanya dengan mata mengerjap polos. "Maaf, apa maksudmu?"
Pemuda itu—Oh Sehun—tersenyum miring kepada Luhan. Dia bersedekap dengan sorot mata mengintimidasi yang membuat Luhan menciut di tempatnya.
Perlu kalian ketahui, Sehun satu angkatan dengan Luhan. Saat ini mereka berada di tingkat 2, hanya saja berbeda kelas. Sama halnya Kris, pemuda berwajah datar ini juga termasuk siswa populer di sekolahnya. Dia mendapat julukan ice prince karena sikapnya yang selalu dingin dan cuek di hadapan semua orang.
Sehun mengangkat amplop berwarna pink milik Luhan. "Kau yang menyuruhku datang ke sini 'kan?"
"APA?!" Luhan buru-buru menutup mulutnya karena baru saja berteriak di depan Sehun. "Tunggu sebentar, sepertinya ada kesalahan di sini."
Sehun menautkan kedua alisnya, "Kesalahan?"
Luhan mengangguk-angguk seperti anak anjing yang ketakutan. "Surat itu untuk Kris-sunbae, aku yang menaruhnya di lokernya. Tapi, ngomong-ngomong kenapa surat itu bisa ada di tanganmu?"
"Kenapa bisa ada di tanganku?" Sehun tersenyum menyeringai. "Aku menemukannya sendiri di lokerku."
"APA?!" Oke, ini untuk kedua kalinya Luhan berteriak di depan ice prince. "Ba-bagaimana bisa? Jelas-jelas tadi aku menaruhnya di loker Kris-sunbae?"
Gelagat Luhan yang berubah panik justru membuatnya terlihat menggemaskan. Gadis itu tidak menyadari bahwa tingkahnya barusan membuat sudut bibir Sehun sedikit tertarik.
"Mana aku tahu. Yang jelas aku menemukannya di dalam lokerku," Sehun mengedikkan bahunya acuh.
"Aku ingat dengan jelas tadi sudah menaruhnya di loker milik Kris-sunbae. Tidak mungkin aku salah menaruhnya," gumam Luhan tanpa sadar namun berhasil didengar oleh Sehun.
"Jadi menurutmu aku yang salah?" Sehun menatap Luhan dengan tatapan tajam menusuknya. "Aku menemukan suratmu di lokerku dan kau juga tidak menuliskan namanya di dalam suratmu. Jadi, ini salah siapa?"
Luhan merasakan tubuhnya menegang karena nada mengintimidasi Sehun yang terdengar menakutkan. Dia memberanikan diri untuk mengangguk pelan, lalu membungkuk 90 derajat di depan pemuda itu. "Ku-kurasa ... itu memang salahku. Ma-maafkan aku," ucapnya memohon maaf.
"Kau sudah membuang waktuku," kalimat Sehun sukses membuat Luhan semakin didera rasa bersalah.
Kepala Luhan tertunduk dalam, tidak berani menatap Sehun.
"Kau harus bertanggung jawab untuk menebus kesalahanmu."
Luhan mengernyitkan dahinya, "Bertanggung jawab?"
Sehun mengangguk, lalu perlahan melangkah maju mendekati Luhan. Secara refleks, gadis itu malah melangkah mundur menghindari Sehun. Ia nyaris terjungkal ke belakang ketika kakinya tidak sengaja terantuk batu, kalau saja Sehun tidak menarik tangannya dengan cepat.
Karena tarikan Sehun yang begitu kuat, tubuh Luhan terhuyung ke depan dan berakhir dalam dekapan Sehun. Luhan bisa merasakan debaran jantungnya yang tidak terkendali ketika tangan kekar Sehun melingkar di sekitar pinggangnya.
"Xi Luhan ..." Sehun kembali mengeluarkan seringaiannya. "Kau harus menjadi kekasihku."
What the—apa yang baru saja dia katakan?!
Kali ini Sehun membelai lembut wajah Luhan. Perlahan jemarinya beralih mengusap bibir cherry milik Luhan. Dalam hitungan detik ia mendaratkan kecupan lembut di bibir gadis itu dan sukses membuat wajah di depannya merah padam.
"Mulai hari ini kau resmi menjadi kekasihku ..." lanjut Sehun kemudian mendekatkan bibirnya di telinga Luhan. "Sampai jumpa besok, Sweetie ..."
Luhan hanya berdiri mematung dengan mata nyaris tak berkedip ketika Sehun melewatinya. Hening selama beberapa detik sejak kepergian pemuda itu, barulah Luhan kembali mendapatkan kesadarannya dan-
"TIDAAAAAAK! CIUMAN PERTAMAKU!"
-dia berteriak histeris seperti gadis yang baru saja direnggut keperawanannya.
Sehun sebenarnya belum terlalu jauh dari posisi Luhan. Otomatis dia mendengar teriakan histeris Luhan. Pemuda itu tidak bisa menyembunyikan senyum lebarnya melihat Luhan bertingkah panik sambil menjejakkan kakinya ke tanah seperti anak kecil.
..
..
..
Keesokan paginya, Luhan langsung diinterogasi oleh kedua sahabatnya yang kebetulan juga satu kelas dengannya. Bukan tanpa alasan kenapa Baekhyun dan Kyungsoo meminta kejelasan Luhan sebelum jam pelajaran pertama dimulai. Mungkin bukan hanya mereka berdua saja, tapi teman-teman sekelas, bahkan seisi sekolah tampaknya dibuat kaget dengan kedatangan Luhan bersama ice prince tadi pagi.
Kalau sudah begini, Luhan hanya bisa mengumpat dalam hati dan menyalahkan Sehun yang pagi-pagi sekali sudah muncul di rumahnya. Saat Luhan menanyakan alasan kenapa pemuda itu muncul di rumahnya, Sehun hanya menjawab santai namun sebenarnya sukses membuat Luhan berdebar mendengarnya.
"Apa salah kalau aku menjemput kekasihku untuk berangkat sekolah bersama?"
Ya ampun, Luhan bahkan belum mengiyakan pernyataan Sehun kemarin, tapi dengan wajah tak berdosanya pemuda itu tiba-tiba muncul di depan pintu rumah yang disambut teriakan histeris dari sang ibu. Ngomong-ngomong, kedatangan Sehun tadi pagi membuat pemuda itu bertemu dengan orang tua Luhan, dan secara mengejutkan dia mendapat restu dari mereka. Good!
Sial benar nasib Luhan. Impiannya untuk menjalin hubungan dengan Kris harus terhalang karena insiden salah kirim surat kemarin yang membuatnya berakhir menjadi kekasih Sehun.
..
..
"Menurutku itu bukan kesialan, tapi keberuntungan, Lu."
Luhan mendelik mendengar celetukan Baekhyun yang duduk di depannya. Gadis bermata sipit yang gemar memakai eyeliner itu hanya menatap datar pada Luhan sambil menikmati susu strawberry yang sudah dibelinya.
"Aku sependapat dengan Baekhyun," timpal Kyungsoo yang semakin membuat mood Luhan memburuk.
Baekhyun mengangguk-angguk, "Lagi pula, itu salahmu sendiri. Bagaimana bisa kau salah menaruh surat di loker Sehun? Dasar ceroboh."
"Sudah kubilang, kemarin aku sangat yakin sudah menaruhnya di loker Kris-sunbae."
"Lalu bagaimana surat itu bisa ada di tangan Sehun?" tanya Kyungsoo dengan mata owlnya yang sedikit melebar.
"Mana aku tahu!"
"Tidak mungkin surat itu jalan sendiri dan berpindah ke loker Sehun 'kan?" Baekhyun dan Kyungsoo cekikikan bersama. "Sudahlah, Lu. Terima saja kalau kau memang melakukan kesalahan dan sekarang kau sudah resmi menjadi kekasih Sehun. Menurutku, tidak ada yang salah kalau kau menjalin hubungan dengannya."
"Tentu saja ada!" Luhan semakin frustasi mendengar dua sahabatnya justru mendukung hubungannya dengan Sehun yang jelas-jelas terjadi secara sepihak. "Pertama, aku tidak menyukainya. Kedua, dia itu sangat dingin dan menurutku menakutkan. Ketiga, aku benar-benar risih dengan penggemar Sehun. Ke manapun aku pergi mereka selalu saja mengawasiku."
Baekhyun dan Kyungsoo melihat ke sekeliling. Memang benar apa yang dikatakan Luhan. Sejak kejadian heboh pagi tadi—saat Luhan dan Sehun kedapatan berangkat bersama—gadis bermata rusa itu menjadi topik pembicaraan terhangat di sekolah mereka.
Ada yang mendukung hubungan mereka, terlebih mengingat Luhan juga bukan siswi biasa. Jika Sehun menyandang sebagai siswa terpandai untuk satu angkatannya, Luhan menempati posisi kedua. Dia juga dikenal sebagai gadis yang ramah kepada siapa saja, baik siswa lainnya maupun para guru. Tak sedikit yang mengidolakan Luhan—khususnya para pemuda yang bersekolah di sana. Banyak dari mereka yang mendekati Luhan dan memiliki niatan untuk mengajaknya berkencan.
Tapi sekarang, begitu tahu Luhan menjalin hubungan dengan Sehun, mereka harus mundur secara perlahan. Mereka tidak memiliki kepercayaan diri sekaligus keberanian yang tinggi untuk bersaing bersama Sehun.
Bukan berarti seisi sekolah mendukung hubungan mereka, tetap saja ada yang menentangnya. Dan di antara para penentang itu, hanya ketiga gadis centil yang mengaku sebagai penggemar Sehun nomor 1 di sekolah mereka, yang berani menunjukkan sifat penolakan mereka di hadapan Luhan secara terang-terangan. Ketiga gadis itu adalah Han Minjoo, Kang Sora, dan Shin Jihyun, yang juga merupakan siswi tahun ke-2 di sekolah mereka.
"Ssst ... mereka datang, Lu," bisik Baekhyun sambil mengedikkan dagu ke arah pintu masuk kafetaria. Luhan dan Kyungsoo menoleh kompak dan seketika wajah Luhan berubah kusut.
"Sepertinya mereka berniat mengacaukan mood makan siangku," desis Luhan seolah tahu dengan kedatangan ketiga gadis yang dijuluki Baekhyun sebagai trio rubah itu.
Dan apa yang baru saja keluar dari bibir Luhan pun terbukti. Ketiga gadis itu langsung menghampiri meja yang ditempati Luhan, Baekhyun, dan Kyungsoo. Luhan bisa mendengar suara bisik-bisik di sekitarnya. Ah, sudah pasti sekarang mereka tengah menjadi pusat perhatian.
"Xi Luhan?"
Luhan menoleh ke arah Minjoo. "Kau memanggilku?" tanyanya dengan wajah polos.
"BERDIRI!"
Kali ini Luhan memiringkan kepalanya dengan imut, "Kenapa? Apa kau ingin duduk di tempatku? Maaf saja, aku dulu yang duduk di sini. Kau dan teman-temanmu bisa mencari tempat lain bukan?"
Baekhyun dan Kyungsoo mati-matian menahan tawa. Mereka bisa melihat wajah kesal Minjoo dan kedua rekannya. Inilah salah satu kelebihan Luhan. Dia bukan tipe gadis lemah yang akan pasrah begitu saja ketika ada orang yang berbuat tak menyenangkan padanya. Luhan dengan senang hati akan membalas dengan caranya sendiri.
BRAK!
Tiba-tiba saja Minjoo menggebrak meja dengan sangat keras. Tapi bukannya takut, Luhan justru berkata, "Woah, hebat! Kau berhasil membuat piring dan sendok itu terangkat ke atas. Bisa kau lakukan lagi?"
Tawa Baekhyun dan Kyungsoo berderai, begitu pun dengan siswa-siswi lainnya yang juga melihat pemandangan tersebut. Mereka memandang kagum pada Luhan yang dinilai berani menghadapi sikap Minjoo cs.
"BERHENTI MAIN-MAIN DENGANKU, GADIS JALANG!"
Semula Luhan pikir dia masih bisa bersabar, tapi ketika Minjoo mengatainya jalang, emosi gadis itu tersulut. Luhan berdiri dan menatap Minjoo dengan mata nyalangnya. "SIAPA YANG KAU MAKSUD DENGAN GADIS JALANG, HAH?!"
Seketika suasana hening menyergap seisi kafetaria. Untuk pertama kalinya, semua orang melihat Luhan berteriak marah, termasuk Minjoo cs. Ketiga gadis itu sempat bergidik ngeri melihat kilat api kemarahan di mata rusa Luhan. Sedangkan Baekhyun dan Kyungsoo bereaksi santai. Dalam hati mereka membatin—bodoh, kalian baru saja membuat rusa China ini marah!
"Beraninya kau menjalin hubungan dengan Sehun! Kau pikir kau siapa, hah?!"
"Seharusnya itu pertanyaanku, Han Minjoo. Kau pikir kau siapa, melarangku untuk menjalin hubungan dengan Sehun?"
Bukan main, Luhan bahkan berani mengeluarkan kata-kata tajamnya untuk membalas Minjoo.
"Aku tahu kau menyukai Sehun," Luhan memajukan wajahnya lalu tersenyum menyeringai. "Sayang sekali, Sehun lebih memilihku."
Setelah mengatakan kalimat itu, Luhan langsung berdiri dari kursinya. Tanpa mengatakan apapun ia pergi meninggalkan Minjoo cs, juga Baekhyun dan Kyungsoo yang masih terbengong di tempat mereka.
"YA! BERHENTI!"
Luhan abaikan teriakan Minjoo dan terus melangkah menjauhi mereka.
"LUHAN!"
Gadis itu baru berbalik menoleh ketika mendengar teriakan Baekhyun. Setelahnya ia dikejutkan dengan sosok pemuda yang sudah berdiri di belakangnya. Namun yang lebih membuatnya terkejut adalah kondisi seragam pemuda itu yang kotor akibat terkena cairan minuman.
"KYAAA! SEHUUUN!"
Rupanya tanpa sepengetahuan Luhan, Minjoo melempar minuman milik Baekhyun yang belum habis ke arah Luhan. Namun entah dari mana, Sehun tiba-tiba saja muncul dan menjadi tameng untuk Luhan. Akibatnya, lemparan Minjoo itu tepat mengenai Sehun yang membuat seragamnya kotor.
Sehun berbalik ke arah Luhan, kemudian menangkup wajahnya untuk memeriksa kondisi gadis itu. "Kau baik-baik saja, Lu?"
Seperti robot, gadis itu hanya mengangguk singkat. Baekhyun dan Kyungsoo yang melihat interaksi Sehun dan Luhan memekik histeris, begitu pun beberapa siswi lainnya. Mereka menilai sikap Sehun barusan membuatnya terlihat sebagai sosok kekasih idaman, karena melindungi Luhan dari aksi Minjoo cs.
Setelah memastikan keadaan Luhan, Sehun menatap tajam ke arah Minjoo cs. Nyali ketiga gadis itu seketika menciut saat Sehun mulai berjalan mendekati mereka.
"Hari ini kau kumaafkan," suara berat Sehun terdengar mengintimidasi dan menakutkan, "Tapi kalau kau mengulanginya lagi, jangan harap kau bisa lepas dariku, Han Minjoo."
Minjoo mengatupkan bibirnya rapat. Ia sempat melirik Luhan dan secara refleks gadis bermarga Han itu mengepalkan tangannya. Tanpa membuang waktu lagi, Minjoo bersama kedua temannya langsung pergi meninggalkan kafetaria.
"DENGAR SEMUANYA!"
Seisi kafetaria kini memusatkan perhatian mereka ke arah Sehun.
"Kuperingatkan pada kalian semua. Siapapun yang berani mengganggu Luhan, maka dia akan berhadapan denganku." Sehun mengedarkan pandangan ke sekeliling dengan tatapan tajamnya. "Camkan itu!"
Setelah mengatakannya, Sehun berbalik menghampiri Luhan, dan membawa gadis itu pergi dari kafetaria. Seharusnya Luhan kesal karena Sehun dengan seenaknya mengklaim dirinya sebagai kekasih pemuda itu, mengingat hubungan mereka terjadi secara sepihak saja. Tetapi kenapa kata-kata Sehun barusan membuat hatinya menghangat?
Pandangan Luhan beralih pada tangan Sehun yang kini tengah menggenggam erat tangannya. Seolah tidak ingin melepaskan Luhan barang sedetik pun. Gadis itu tertegun. Ia merasakan kenyamanan dan seperti dilindungi.
Apa yang sebenarnya kau lakukan padaku, Oh Sehun?
..
..
Bel tanda pelajaran dimulai kembali sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Namun Luhan tidak segera kembali ke kelasnya karena dia terlanjur dibawa Sehun ke sebuah tempat. Sebut saja tempat itu adalah basecamp yang biasa digunakan para siswa populer di sekolah mereka.
"Luhan?"
Luhan menoleh, lalu mendapati dua pemuda dengan tinggi badan dan warna kulit berbeda baru saja masuk ke ruangan itu. Mereka adalah Park Chanyeol dan Kim Jongin. Sekedar informasi, kedua pemuda itu adalah kekasih Baekhyun dan Kyungsoo.
"Sedang apa kau di sini?" giliran Jongin yang bertanya. Luhan termasuk jarang mendatangi basecamp mereka, bila tidak dalam kondisi terpaksa. Semisal menjemput Baekhyun atau Kyungsoo yang menghabiskan waktu bersama keduanya di tempat itu.
"Ngg ... aku sedang ..."
CKLEK!
Luhan menoleh ke arah pintu kamar mandi yang baru saja digunakan Sehun. Pemuda berkulit pucat itu sudah mengganti seragamnya dengan seragam baru.
"Oh, kau juga di sini, Sehun-ah?" sapa Chanyeol lalu melirik Luhan.
Jongin yang langsung paham situasi kemudian mengerling nakal, "Ah, jadi kau sedang menunggu Sehun, ya?"
Wajah Luhan memerah karena ucapan Jongin.
"Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Sehun seperti biasa dengan nada dingin.
"Kami datang mencarimu karena kau tidak masuk ke kelas," jawab Chanyeol santai.
"Kenapa? Kau tidak suka kami ke sini karena mengganggu waktumu bersama Luhan?"
Kalau saja Luhan tidak ingat Jongin adalah kekasih Kyungsoo, sudah sejak tadi dia akan menggetok kepala Jongin dengan palu besar.
Tawa Chanyeol berderai. Baru kali ini dia melihat wajah Sehun yang begitu kusut—kentara sekali membenarkan ucapan Jongin barusan. Begitu pun Luhan yang masih duduk di atas sofa dengan kepala tertunduk, berusaha menyembunyikan rona merah di wajahnya.
"Sudahlah, Jongin. Sebaiknya kita kembali ke kelas sekarang," Chanyeol mengedikkan dagunya ke arah pintu. "Biarkan mereka menikmati quality time mereka."
"Eh, tapi—"
"Tenang saja, Lu. Aku akan mengirim pesan pada Baekhyun agar tidak khawatir karena kau sedang bersama Sehun sekarang," kata Chanyeol sambil mengedipkan sebelah matanya. "Ayo, Jongin."
Jongin mengangguk, lalu menyeringai ke arah Luhan. "Kau harus berhati-hati dengan Sehun, Lu. Kalau tidak berhasil mengendalikan diri, dia bisa berubah menjadi binatang buas."
Glek! Luhan menelan ludahnya dengan perasaan gugup sekaligus takut. Sedangkan Jongin dan Chanyeol tertawa kompak sambil berlari keluar dari basecamp.
Hening melanda keduanya, sampai kemudian Sehun terlihat berjalan menjauhi pintu kamar mandi.
"Se-Sehun?"
"Hm?"
"Te-terima kasih karena sudah menolongku," kata Luhan dengan kepala menunduk. Ayolah, sekalipun dia mengenal Chanyeol dan Jongin dengan baik, Luhan tidak terlalu mengenal Sehun yang notabene bersahabat baik dengan mereka. Sejak awal Luhan memang selalu menjaga jarak dengan pemuda itu lantaran sikapnya yang menurut Luhan sangat dingin dan misterius. Mungkin juga karena Luhan sudah lebih dulu mencurahkan waktu, pikiran, dan juga hatinya pada sosok Kris ketimbang Sehun.
"Itu memang sudah kewajibanku untuk melindungi kekasihku."
Sekali lagi, hati Luhan menghangat mendengar kalimat itu. Luhan dibuat bingung. Apa Sehun benar-benar menganggapnya kekasih? Bukankah hubungan mereka terjadi hanya sekedar hukuman karena kesalahan yang dia lakukan kemarin?
Mata Luhan bergerak mengikuti Sehun yang kini berjalan mendekati sofa yang ia duduki. Gadis itu spontan menggeser tubuhnya ke sisi kanan—sengaja menjauhi Sehun karena dia teringat ucapan Jongin sebelumnya.
Sial! Kenapa jantungku berdetak cepat sekali?!
Di saat Luhan masih sibuk menormalkan kembali detak jantungnya, tiba-tiba saja dia merasakan sesuatu yang berat di atas pahanya. Saat Luhan membuka matanya, dia disuguhkan dengan wajah Sehun—tepatnya pemuda itu sedang berbaring di atas pahanya.
"Se-Sehun, apa yang kau—"
"Ssst ... diamlah ..." Sehun memejamkan matanya yang membuat Luhan semakin didera rasa gugup. Karena demi apa wajah Sehun sekarang benar-benar terlihat tampan di mata gadis itu. Shit!
"Lakukan sesuatu, kepalaku pusing ..."
Luhan menatap Sehun tidak percaya. Dia tidak mungkin salah kalau ucapan Sehun barusan terselip nada manja di sana. Tanpa sadar bibir Luhan melengkung sempurna. Perlahan gadis itu memposisikan kedua tangannya di kepala Sehun, lalu memberikan pijatan lembut di sana. Luhan bisa melihat perubahan ekspresi wajah Sehun yang memperlihatkan rasa nyaman setelah mendapat pijatan lembut darinya.
Diam-diam Luhan mengamati Sehun yang masih memejamkan matanya. Ia menelusuri setiap jengkal wajah Sehun yang tidak bisa dipungkiri memiliki aura ketampanan luar biasa. Kedua alis tebalnya yang menukik tajam, hidungnya yang mancung, wajah dengan rahang tegas, lalu bibir tipisnya yang menurut sebagian orang sangat seksi.
Ya ampun, ke mana saja Luhan selama ini? Kenapa dia baru menyadari pesona yang dimiliki pemuda yang satu ini?
"Eh, sedang ada orang di sini."
Lamunan Luhan seketika buyar ketika mendengar suara lain di ruangan itu. Luhan menolehkan kepalanya ke arah pintu, lalu matanya membulat lebar begitu dia melihat sosok pemuda yang baru saja datang.
"Kris-sunbae?"
Spontan saja Luhan bangkit dari sofa karena terkejut dengan kedatangan Kris, sampai-sampai dia melupakan sesuatu yang penting dan-
BRUK!
"ARRGGH!"
-terdengar suara debuman keras disertai teriakan kesakitan.
"OMO!" Luhan menghampiri Sehun yang sedang terduduk di atas lantai. Dia benar-benar lupa kalau tadi Sehun sedang berbaring di atas pahanya. Pemuda itu tengah mengusap bagian belakang tubuhnya yang sukses mencium lantai.
"Ma-maafkan aku, Sehun. Kau baik-baik saja?" tanya Luhan panik saat melihat raut kesakitan di wajah Sehun.
"Emm ... aku mengganggu, ya?" tanya Kris sambil mengamati Sehun dan Luhan secara bergantian.
"Eh, sama sekali ti—"
"YA! KAU SANGAT MENGGANGGU, HYUNG!"
Luhan melonjak kaget mendengar bentakan keras Sehun yang memotong ucapannya. Namun dia lebih dibuat kaget karena tawa Kris yang terdengar setelahnya. Luhan pikir Kris akan tersinggung dengan sikap Sehun barusan, tapi apa yang ia lihat justru sebaliknya. Kris malah terlihat santai, bahkan tak kunjung menghentikan tawanya.
"Hei, adikku. Jangan berteriak seperti itu. Kau mengagetkan kekasihmu, Sehun-ah."
Tunggu—sepertinya ada yang janggal dengan kalimat tadi.
"A-adik? Apa maksud ucapanmu, Sunbae?" tanya Luhan bingung.
"Lho? Memangnya aku belum bilang kalau Sehun itu adikku?"
"APA?!" Luhan menatap Kris dan Sehun secara bergantian. "Kalian kakak-beradik? Ta-tapi marga keluarga kalian berbeda."
"Tentu saja. Itu karena kami saudara tiri," jawab Kris polos.
"SAUDARA TIRI?!"
"Bisakah kau berhenti berteriak?! Kau membuat telingaku sakit!" bentak Sehun kesal.
"Ma-maaf," cicit Luhan ketakutan. "Ha-habisnya, aku benar-benar tidak tahu kalau kalian kakak-beradik."
Sehun nyaris tersedak melihat Luhan kini tengah mengerucutkan bibirnya dengan imut. Kalau saja dia tidak ingat ucapan Jongin tadi, bisa-bisa dia berubah menjadi binatang buas dan memakan bibir cherry milik Luhan. Shit!
"Memangnya kenapa?" Sehun memicingkan matanya. "Ah, aku mengerti. Kalau kau tahu kami kakak-beradik sejak awal, kau pasti akan bersikap baik padaku untuk mendekati Kris—mmmphhh!"
Kris mengerjapkan matanya dengan lucu. "Eh, mendekatiku? Untuk apa?"
"Bukan apa-apa, Sunbae. Jangan dengarkan ucapan Sehun," sambar Luhan cepat lalu melempar tatapan tajamnya kepada Sehun. Luhan masih membekap mulut pemuda itu dengan salah satu tangannya.
"Oh, ya sudah. Aku ke sini hanya untuk mengambil bukuku yang tertinggal," Kris berjalan santai menghampiri sebuah meja yang terletak di sudut ruangan. "Aku pergi dulu. Nikmati waktu kalian."
Luhan hanya mengangguk singkat dan masih memandangi Kris sampai punggung pemuda itu menghilang dari pandangannya. Gadis itu menghela napas panjang, dan terlihat mengusap dadanya ketika merasakan debaran jantungnya. Hanya saja, Luhan sedikit heran dengan apa yang ia rasakan kali ini. Kenapa Kris muncul, debaran jantungnya tidak sekuat biasanya?
Aneh, ada apa denganku?
Mendadak dahi Luhan berkerut ketika dia merasakan sesuatu yang geli dan basah di tangan kirinya. Gadis itu melirik ke arah Sehun dan seketika matanya membulat sempurna.
"KYAAA ... APA YANG KAU LAKUKAN?!" Luhan berteriak histeris begitu mengetahui Sehun tengah menjilat tangan kirinya yang tadi ia gunakan untuk membekap mulut pemuda itu. Luhan memandang horor sekaligus jijik pada telapak tangan kirinya yang basah karena ulah Sehun.
"Salahmu sendiri. Kau yang membekap mulutku seenaknya!"
"Itu karena kau terlalu banyak bicara, Oh Sehun! Kau hampir saja membocorkan rahasiaku pada Kris-sunbae!"
"Oh, ya? Rahasia apa?"
"Jangan berpura-pura tidak tahu, Tuan Oh." Luhan mengacungkan jarinya di depan wajah Sehun." Kau jelas tahu kalau aku menyukainya setelah membaca surat yang seharusnya untuk Kris-sunbae kemarin."
"Jadi benar kau menyukai Kris-hyung?" Wajah Sehun perlahan berubah. Aura gelap mendominasi di sekitarnya, namun Luhan belum menyadari hal itu.
"Kenapa? Kau keberatan?"
"Tentu saja. Aku sangat keberatan kalau kau menyukainya."
Luhan menatap Sehun dengan kesal, "Lucu, kau pikir kau siapa? Kenapa keberatan kalau aku menyukai kakakmu?"
"KARENA AKU ADALAH KEKASIHMU!"
"Memangnya sejak kapan aku setuju untuk menjadi kekasihmu?!" Luhan mulai terpancing emosi karena Sehun yang meledak-ledak. "Kau yang seenaknya memintaku untuk menjadi kekasihmu sebagai hukuman karena kesalahanku kemarin. Jadi dalam hubungan ini, sama sekali tidak ada perasaan apapun di antara kita. Ini hanya bentuk tanggung jawabku saja, oke?"
Luhan bersiap pergi meninggalkan Sehun, namun pemuda itu lebih dulu menarik tangan Luhan hingga dia terjatuh di atas pangkuan Sehun. Luhan memekik kaget ketika sebelah tangan Sehun melingkari pinggangnya, sedangkan tangan lainnya mulai membelai wajah Luhan dengan lembut.
"A-apa yang kau lakukan?" Di tengah emosi yang sedang menguasainya, Luhan tetap saja selalu gagal mengendalikan diri atas perlakuan Sehun yang kelewat lembut seperti ini.
"Kau salah."
Luhan memandangi Sehun dengan wajah bingungnya. "Apa?"
"Kau salah jika dalam hubungan ini, sama sekali tidak ada perasaan apapun di antara kita," ucap Sehun dengan mimik seriusnya.
"Apa maksudmu?"
"Kau harus mendengarnya baik-baik, Nona Rusa."
Luhan membelalakkan matanya ketika merasakan bibir Sehun mulai menyentuh bibirnya. Gadis itu berusaha melepaskan diri, namun tangan Sehun terlanjur menahan tengkuknya sehingga ciuman itu tidak bisa terlepas begitu saja. Luhan memukul-mukul dada bidang Sehun agar menghentikan aksinya, namun yang terjadi Sehun justru semakin memperdalam ciuman mereka.
Entah sejak kapan—mungkin ketika Luhan mulai menyerah—ciuman itu perlahan berubah menjadi lumatan lembut yang membuat keduanya tenggelam dalam sensasi gelenyar yang memabukkan. Luhan tidak bisa mengelak kalau Sehun pantas menyandang julukan a good kisser.
Ketika Sehun mulai melepaskan ciuman mereka, pemuda itu berbisik lembut di telinga Luhan yang masih sibuk menghirup oksigen karena nyaris kehabisan napas. Apa yang dibisikkan Sehun sukses membuat gadis itu tercengang.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Aku menyukaimu, Xi Luhan."
-TO BE CONTINUED-
09 Maret 2016
A/N : Niatnya bikin FF selingan dan tadinya mau dibuat Oneshot. Tapi karena kepanjangan dan terbatasnya waktu, jadinya aku buat Twoshot aja :)
Mind to review?
