HEY, CHINA!

Fanfiction by: Ai Natsu

Gintama: Class 3 Z, Ginpachi-Sensei (Hideaki Sorachi)

Pairing: Okita x Kagura.

Character: Okita, Kagura, Ginpachi Sensei, student at Class 3 Z (kalo disebutin satu-satu kebanyakan wkwk)

Genre: romance, comedy, slice of life

HEI, CHINA (PART 1)

Kelas 3 Z sungguh kelas yang…absurd (termasuk wali kelasnya juga). Tidak ada tenang-tenangnya. Apalagi saat jam istirahat. Tapi ada beberapa murid yang sangat terganggu dengan kelakuan Kagura dan Sougo. Mereka selalu saja berkelahi. Walaupun penghuni kelas tahu mereka sering melakukannya. Ya, semenjak Kagura, si murid pindahan yang pindah ke sekolah dan masuk ke kelas 3 Z, mereka berdua 'hampir' menghancurkan isi kelas. Celakanya, Ginpachi sensei terkena imbas dari kelakuan mereka. Sehingga Sougo dan Kagura mendapat hukuman, dan divonis tidak bisa mengikuti tour kelas.

Bacalah fanciction di ruangan terang dengan jarak yang aman…

"Yosh, ah ini benar-benar menjengkelkan sebenarnya. Tapi mungkin bagi kalian ini akan menyenangkan. Tapi tidak juga sih. Kalian akan mengerjakan tugas dari sekolah." Ujar Ginpachi Sensei.

"Sebenarnya apa maksud sensei? Gua gak ngerti, sensei!" seru Hijikata.

"Woi, mayones! Kalau bicara sama sensei yang sopan dong." Ginpachi mulai kesal.

"Sopan bagaimana? Gurunya sendiri merokok di kelas." Ujar Hijikata. Perkataannya disetujui sebagian murid. Ginpachi sensei mendengus. "Sudah kubilang berkali-kali, ini bukan rokok. Ini Lolipop."

"Tapi kenapa lollipop mengeluarkan asap?" Tanya Otae.

"Itu karena aku menjilatnya dengan cepat." Balas Ginpachi sensei seraya mengeluarkan lollipop ukuran besar dari dalam mulutnya. Hijikata kaget.

"Jadi, apa yang dimaksud menjengkelkan dan menyenangkan itu, sensei?" celetuk Sougo.

"Minggu ke tiga nanti, akan diadakan tour kelas. Dari masing-masing kelas akan memilih perjalanan ke tempat wisata tertentu yang ditentukan kepala sekolah bodoh kita. Dan masing-masing kelas juga akan dipandu dua orang guru. jadi, silahkan dipolling. Dan,," sebelum Ginpachi sensei melanjutkan penjelasannya, seluruh murid berteriak histeris dan heboh.

Ginpachi sensei mulai jengkel, dan memukul papan tulis dengan keras menggunakan penggaris papan tulis.

"Yaa, itulah bagian yang menjengkelkannya untuk sensei. Kalian sebenarnya niat sekolah atau nggak sih, masa lebih senang jalan-jalannya? Lagipula dalam tour nanti kalian tetap diberi tugas. Yaitu, membuat laporan perjalanan dan dokumentasi foto. Catat ya! Dan sudahi senang-senangnya dulu, harap tenang dan sensei akan mengabsen kalian."

Ginpachi berjalan menuju meja guru, mengambil buku absen, dan duduk di kursi. Sebelum dia sempat menjatuhkan bokongnya ke kursi…

Bunyi GUBRAK! Yang sangat keras. Kursi yang diduduki Ginpachi rubuh. Ia merasa pantatnya sangat nyeri. Dan dia benar-benar marah.

Seisi kelas hening. Tidak ada yang berani bicara.

"Siapa yang melakukan ini? Sebelumnya kursiku sangat bagus dan tidak reyot sedikitpun!"

Begitu Ginpachi berkata seperti itu, barulah mereka menunjuk Sougo dan Kagura bersamaan.

Kedua bocah itu keringat dingin dan mempunyai firasat tidak baik yang akan menimpa diri mereka.

"Maafkan kami, Sensei."

Sougo dan Kagura sekarang berada di ruangan guru. tepatnya di meja Ginpachi sensei.

"Kenapa kalian melakukannya?" Tanya Ginpachi sensei dengan tatapan seperti ikan mati.

Sougo dan Kagura tetap tidak menjawab.

"Kalian pasti berantem gaje lagi kan? Ada apa sih dengan kalian berdua? Huft, dengar ya, kalau kalian terus-terus membuat keributan, kalian tidak akan ikut tour kelas. Mengerti?" ancam Ginpachi.

"Hah? Jangan dong sensei!"tolak Kagura. Dia menuding-nuding Sougo.

"Lagipula bocah tengik itu duluan yang cari gara-gara denganku!" lanjut Kagura.

Ginpachi sensei tampak tidak peduli, "Kalian itu sama-sama tengik." Ujarnya sambil mengupil.

"Sensei, itu bukan salahku. Gadis Cina ini yang demen ribut." Kata Sougo.

"Ah, sudah-sudah! Yang bikin ribut itu kalian berdua. Dengar ya, kalian tetap akan mendapat hukuman. Tapi kalau sekali lagi kalian terus-terusan bertengkar, dengan berat hati sensei tidak akan mengikutkan kalian dalam tour kelas. Mengerti?" jelas Ginpachi.

"Mengerti, sensei. Maafkan kami." Kagura dan Sougo menunduk minta maaf.

"Tugas kalian membersihkan halaman depan, taman belakang, tempat parkir dan mengerjakan tugas biologi di halaman 230. Dikumpulkan besok." Ginpachi memberikan buku paket biologi dan memberikannya kepada mereka berdua.

"HAH?" Kagura dan Sougo kaget.

"Hei, apakah aku baru saja mendengar 'HAH?'? kalian tidak setuju? Jadi kalian lebih memilih tidak ikut tour?" cibir Ginpachi.

"TIDAK SENSEI! Kami akan mengerjakannya sekarang! Permisi!"

Ginpachi menatap dua muridnya itu keluar dari ruang duru dengan tatapan 'tidak semangat hidup' nya. Dia menghela nafas. Merasa kalau jadi guru itu ternyata merepotkan, lebih merepotkan daripada membaca surat penggemar atau membaca surat pertanyaan.

Dia sampai tidak sadar kalau dari tadi diperhatikan Tsukuyo sensei, guru matematika yang mejanya di ujung ruangan.

"Mereka bertengkar karena apa sih?" Tanya Tsukuyo tiba-tiba. Ginpachi terkejut, "Oh, kau. Err, aku tidak tahu. Anak muda punya masalah mereka sendiri. Aku kan sudah tua."

"Harusnya sebagai wali kelas kamu harus tahu apa masalahnya kenapa Kagura dan Sougo bertengkar terus." Ucap Tsukuyo. Ginpachi memijit dahinya, merasa pusing.

"Cara yang kamu lakukan itu kejam. Lihat, mereka tidak bisa mengikuti pelajaran kan jadinya?" lanjut Tsukuyo, sambil melihat Kagura dan Sougo sedang mencabuti rumput dan menyapu di pinggir ruang parkir. Ginpachi ikut melihat mereka.

Dia menghela nafas, "Setidaknya absen mereka tidak aku kosongkan, aku yakin mereka mampu mengerjakan itu, mereka anak-anak 'tidak normal', apalagi Kagura. Tapi aku tidak yakin saat tour nanti mereka akan akur."

Tsukuyo menatap Ginpachi simpati.

"Tenang saja, dalam tour nanti aku juga ikut memandu kelasmu. Jadi, aku akan memastikan mereka akan akur." Yakin Tsukuyo, sambil mengeluarkan 3 kunai dari balik blazernya. Ginpachi bergidik ngeri.

Justru kau lah yang kejaaaam!

Ternyata sedari tadi, Sacchan yang bertugas membawa buku tugas teman-teman sekelasnya yang akan dikumpulkan ke Ginpachi, tidak sengaja mendengar percakapan wali kelas rambut ubannya dan guru cantik Tsukuyo sebelum dia masuk ke ruangan guru.

AAAAARGH, me-mereka bicaranya… 'aku-kamu;? I-ini tidak bisa kubiarkan! Tidak akan kubiarkan saat tour nanti Ginpachi sensei berduaan dengan Tsukky sensei! Tidak boleh! Ginpachi sensei hanya milikkuuu!

"Ini semua karena kau, China." Gerutu Sougo. Dia mulai banjir keringat karena mencabuti rumput. Sekarang mereka ada di dekat halaman depan.

"Mana masih banyak banget pula. Belum ngerjain tugas biologi nya." Sambungnya lagi.

Kagura yang baru saja menaruh rumput-rumput kering di gerobak sampah, membalas "Jangan mengeluh! Ini kan gara-gara elu ngelepas cepolan gua! Capek tau ngepang rambut!"

"Dih, kan lu yang duluan gaplok muka gua pake sapu! Wajar lah gua bales dendam! Lagian mana ada cewek yang make pelindung ot*ng!" balas Sougo.

"Udah ah! Cepetan beresin nih rumput! Gua juga capek! Kepanasan! Laper!" sahut Kagura.

Mereka langsung diam, lebih diam lagi ketika Ginpachi lewat lorong dan melihat mereka dari balik jendela. Sepertinya mereka berdua masih takut terhadap Ginpachi, sehingga tidak berani menatap Ginpachi, apalagi menyapanya. Jadi mereka tetap melanjutkan pekerjaan bersih-bersih halaman.

Ginpachi mengangkat alis, dan lanjut berjalan kembali.

Kagura dan Sougo membuang nafas.

"Gila, tuh guru ada di mana aja…" gumam Kagura.

Keheningan lanjut kembali. Tapi, bunyi aneh memecah keheningan itu. Sougo menatap Kagura.

"Apaan liat-liat?!"

Sougo merogoh-rogoh kantung celananya, dan memberikan Kagura snack ringan kecil.

"Ini biskuit ku tadi pagi. Makanlah." Ternyata dia menyadari bunyi aneh itu adalah suara perut Kagura yang benar-benar lapar.

"E-enggak! Gak usah… gua gak lapar." Tolak Kagura.

"Gak usah nahan, gua tau lu laper kan? Udah nih cepetan makan." Sougo tetap memberi biskuitnya. Dan akhirnya diterima Kagura.

"Terima kasih, sadis." Dia memakannya. Sougo hanya menatap gadis berkaca mata tebal itu lekat.

"TAPI GUA MASIH LAPAAAAAR HUEEE!" rengek Kagura.

Berisik banget nih bocah! Batin Sougo.

Bel istirahat berdentang. Siswa – siswi mulai memakan bekalnya, bersama teman-teman mereka, pergi ke kantin, ke taman, atau ke atap sekolah untuk mengobrol, sebatas melepas penat sementara mereka selama belajar.

Tapi si dua bocah monster ini belum mendapat izin untuk istirahat. Walaupun mereka diam-diam istirahat hanya sekadar duduk, tapi Ginpachi selalu saja berjalan melewati mereka dan berdeham, mengisyaratkan agar cepat-cepat menyelesaikan tugas. Memang terlihat kejam. Sebenarnya membersihkan semua itu harusnya sudah selesai. "Kalau mereka benar-benar mengerjakannya". Dan mereka juga akan cepat mengerjakan tugas biologinya. Ginpachi sensei tentu tidak akan kejam. Tidak mungkin membiarkan dua murid nya itu melakukan hukuman seharian. Tapi Kagura dan Sougo saja yang masih terus-terus bertengkar selama membersihkan halaman. Ya, itulah yang membuat pekerjaan mereka makin lama selesai.

Sougo memperhatikan Kagura yang matanya mulai berkaca-kaca karena kelaparan. Kulit putih pucatnya mulai memerah karena dia sensitif terhadap sinar matahari. Dia terus menyapu sambil menahan perutnya yang kelaparan juga kedua lengannya yang mulai perih, dan menahan agar tidak menangis.

Remaja sadis ini sepertinya agak iba melihatnya. Ia tidak sengaja melihat mata biru laut gadis itu berlinang di balik kacamata minus tebalnya. Sougo terpikirkan sesuatu. Kedua tangannya mengepal keras.

"…Hei, China," panggilnya.

Kagura menengok. "Apa?" jawabnya ketus. Terlihat butiran air matanya menggantung di sisi pinggir matanya.

"Aku izin ke toilet dulu." Sougo berkata seraya bergegas masuk ke dalam gedung sekolah tanpa menunggu respon dari Kagura.

Sougo berlari, terus berlari, menaiki tangga menuju kelasnya di lantai tiga. Ia berbohong untuk pergi ke toilet. Sebenarnya tidak.

Maaf, karena aku…kamu,

"Cih," umpatnya.

SREG!

Pintu kelas dibukanya. Orang-orang di dalam serentak melihat Sougo. Lalu melanjutkan kegiatan mereka kembali.

"Oh, Sougo!" seru Kondo. "Kau sudah selesai?" tanyanya.

Dia menggeleng. "Aku hanya ingin mengambil sesuatu." Dia mengambil botol air minumnya dan berjalan menuju barisan mejanya Kagura.

Sougo bertanya pada Shinpachi yang duduk di belakang meja Kagura. "Shinpachi, apakah Kagura-san membawa bekalnya?" Shinpachi yang sedang melihat photo book idol Otsuu miliknya menjawab "Oh, iya. Kagura-chan membawa bekal setiap hari. Ada di tasnya. Ada apa Okita-san?"

"Dia memintaku untuk membawakannya. Dia lapar." Katanya. "Ohh begitu," Shinpachi bangun dan membuka tas Kagura. Lalu memberikan bekalnya Kagura kepada Sougo. "Ini." Sougo menerimanya.

"Terima kasih, Shinpachi."

Sougo cepat-cepat kembali. Mungkin saja si bocah perempuan bertenaga Hercules itu mulai mengamuk karena sangat lapar.

"Oi, Chin…a…"

"SIALAN! DARI MANA AJA LU! Lama amat sih ke toilet! Wasir lu ya? Diare? Atau susah boker?"

Urat-urat marah mulai muncul di dahi dan leher Sougo.

"Kam…pret….bocah kampret!" gumamnya kesal. Dia terkejut melihat Kagura sedang memakan sandwich ditemani Katsura di sampingnya.

"Okita-san, ayo gabung makan." Ujar Katsura.

"Ngapain lu di sini, Zura?" Tanya Sougo dingin.

"Namaku bukan Zura. Tapi Katsura!" koreksi Katsura.

Tanpa peduli lagi dengan Katsura, Sougo memberikan bekalnya Kagura.

"Nih, tadi gua lama karena sekalian ngambil bekal elu."

Kagura menatap Sougo. "A…ano.. Makasih." Jawabnya gugup.

Sougo tidak sadar kalau dia tersenyum tipis melihat Kagura dengan lahap memakan bekalnya.

Syukurlah…

"Tuh kan, gara-gara elu, gua jadi gak bisa belajar hari ini." Gumam Kagura kesal. Dia dan Sougo berjalan di lorong. Menggendong tas masing-masing, mereka akan pulang. "Gara-gara lu kali." Balas Sougo singkat. "Cih," Kagura membuang muka.

Suasana sekolah masih agak ramai, karena sore hari para murid menjalankan aktivitas ekskul yang mereka ikuti. Sorak sorai di lapangan sepak bola, para siswi berteriak menyemangati atlet bola sekolah mereka yang sedang berlatih. Suara piano, biola, seruling yang merdu terdengar sayup-sayup dari ruang musik, dan beberapa anak yang sedang piket memberi makan hewan peliharaan, menyatu mengisi kegiatan sore hari mereka di sekolah.

Kagura dan Sougo masih diam satu sama lain. Tidak ada kegiatan bertengkar diantara mereka.

"Hei, China…" panggil Sougo. Kagura menengok.

"Ada apa?" Tanya gadis berambut oranye bercepol dua itu.

"PR biologinya banyak lho. Buku yang dikasih Ginpachi-sensei cuma satu. Mau kerjain bareng gak?" pinta Sougo.

"…terserah elu. Tapi gua gak mau ngerjain banyak-banyak." Kata Kagura.

"IDIH NAJIS! Curang lu!" bentak Sougo. Dia mendengus.

"Di atap mau gak? Di kelas pasti gak boleh. Kelasnya sudah dibersihin, kalau dipakai besok pasti kena marah ketua kelas, Otae-san." Jelas Sougo.

"Iya juga… yasudah di atap."

Mereka berjalan berdampingan. Sougo diam-diam melirik Kagura yang bejalan menunduk. Tubuhnya berkilauan karena terpapar sinar matahari senja yang tembus lewat jendela di sepanjang koridor. Cowok 18 tahun itu menggigit bawah bibirnya karena tidak tega melihat lengan Kagura yang masih merah karena siang tadi. Tanpa basa-basi lagi dia menggenggam lengan gadis itu dan membawanya berjalan lebih cepat.

"Sa..Sadis! Lepasin!" jerit Kagura. Kagura tersontak kaget. Tidak biasanya dia melihat Sougo seperti itu. Dia merasa, ada yang berbeda. Ia yakin sekali. Dari melihat punggungnya saja, ia merasa yakin Sougo seperti memikirkan sesuatu. Kagura sendiri tidak bisa membaca hatinya sendiri. Perasaannya campur aduk saat ini. Entah merasa sedih, marah, atau apa.

"Kamu tunggu di sini dulu." Sougo memintanya menunggu di depan toilet pria. Sougo mengeluarkan sapu tangannya, dan membasahinya dengan air dari wastafel.

Setelah itu, Sougo meraih tangan kanan Kagura pelan. Membasuhnya dengan sapu tangannya pelan-pelan, di sekujur luka di lengannya.

Kagura merasakan perih. Tapi karena Sougo mengelapinya dengan lembut, dia merasa nyaman dan sakitnya mulai hilang. Dan lengannya sudah tidak memerah. Sougo melakukannya bergantian, hingga luka itu membaik. Wajah mungil Kagura pun dia usap dengan sapu tangannya yang basah itu perlahan. Wajah Kagura memerah karena malu.

Sougo membuang nafas. Dia menunduk.

"Dasar, merepotkan saja!"

Tanpa memperdulikan Kagura, dia mulai berjalan lagi dan menaiki tangga untuk menuju atap.

"Tungguin…"

"Indahnya…"

Kagura sangat kagum. Di atas atap sekolah, angin di akhir musim semi yang berhembus lembut. Awan-awan tipis berjalan beriringan, sinar mentari senja yang terpapar membuat cakrawala berwarna oranye berpadu biru pudar seperti lukisan. Lukisan yang nyata.

Sougo tersenyum kecil.

"Sadis…" panggil Kagura. Dia berlari kecil, berdiri tidak jauh di depan Sougo. Menatap mata merah pekat cowok yang lebih tua 4 tahun darinya itu dengan tatapan polosnya.

"Kau pandai mencari tempat ya. Kalau begini pasti bisa lebih tenang mengerjakan PR." Jelasnya.

JDUK!

"ADAWWWWW!" Sougo berteriak.

Selangkangannya tiba-tiba saja ditendang kaki Kagura sekuat mungkin.

"Si-sial…"

Kagura tertawa keras.

"JANGAN LENGAH!" teriaknya sambil tertawa.

"SAKIT SIALAN!" jerit Sougo. Dia tidak bisa membalas perbuatan Kagura.

Terkadang inilah yang Sougo tidak suka. Gadis itu tidak ada rasa berterima kasihnya sama sekali, padahal ia sudah ditolong.

Tidak diguga, Kagura menggenggam tangan kanan Sougo, tersenyum padanya, dan berkata "Ayo, kita kerjakan PR biologinya."

Mereka duduk di pinggir pagar pembatas, dan mengeluarkan buku dan pulpen.

"Etoo, Sadis…" panggil Kagura lagi.

"Hm?" jawab Sougo dengan gumaman.

"Terima kasih ya… kamu pintar memilih sesuatu ya. Di sini indah sekali, sampai-sampai aku tidak bisa mengerjakan PR nya.." ucap Kagura.

Sougo tersipu. Cepat-cepat ia berpaling, menyembunyikan wajahnya yang memerah.

"I-iya iya. Udah ah, cepetan kerjain lagi. Makin ditunda, makin lama selesainya!" sanggahnya.

Kagura tertawa dengan polosnya. Sougo menatapnya lagi.

Gadis ini…

Dia ikut tersenyum. Dan melanjutkan mengerjakan PR biologi.

Hampir 20 menit sudah terlewati. Sougo menguap, dan menatap langit yang semakin gelap. Murid-murid lainnya juga sebagian sudah ada yang meninggalkan sekolah sebelum malam tiba.

"Hei, China," panggilnya.

Kagura tertidur. Kacamatanya terjatuh ke roknya.

"Dia tidur… tugasnya belum selesai, cih." Sougo membereskan buku-buku Kagura dan memasukkannya ke tas gadis itu.

"Oi, sudah menjelang malam. Ayo, mau pulang gak?" Sougo berusaha membangunkannya.

Kagura tidak bangun juga. Dia tidur sangat nyenyak. Sougo memperhatikan wajahnya Kagura yang semakin cantik, ia tidak bisa menyanggahnya. Benar-benar cantik.

"Dasar, kamu selalu saja merepotkan. Gadis kasar, rakus, kurang ajar!" ujarnya sewot. Tapi dia mengatakannya bukan berarti benar-benar membenci gadis itu. Gadis ini, hanya gadis ini yang bisa menemaninya. Bukan obrolan biasa yang klise, yang biasa dilakukan cowok kepada cewek yang dekat dengannya. Tetapi perkelahian tiada henti, saling mengejek, dan bersaing siapa yang bisa mendapatkan nilai sempurna dan akan memperebutkan juara satu. Itu adalah pertemanan yang jarang terjadi.

Sougo menggantung tasnya dan tas Kagura di lengan kirinya. Dan menggemblok Kagura yang tertidur.

"Hei, China. Boleh aku berkata sesuatu?"

Kagura masih tertidur. Kepalanya menyadar di tengkuk Sougo.

"Aku ini pasaran sekali ya? Seperti cowok-cowok di anime dan manga. Dihukum guru bersama cewek yang tidak akur dengannya, lalu mengerjakannya di saat pulang sekolah, dilatar belakangi sore hari yang hening…" jelasnya.

Sougo melirik Kagura yang benar-benar tertidur dengan pulas.

"Yaampun… kuantar sampai rumahnya saja deh."

TO BE CONTINUED…

HEY, CHINA (PART 2)

"Perkelahian itu adalah KAMI."