disclaimer: Furudate Haruichi
setting: Edo!AU
a/n: ...another crap... also OOC, but i hope you enjoy my first fic in this fandom ^^
"Aku pulang."
Pintu bergeser terbuka. Kuroo melepas sandalnya dan menapaki teras, celingukkan mencari-cari orang yang tidak kunjung menyahuti salamnya.
"Kei?"
Kuroo menjejakkan kaki sepanjang lorong, menyusuri jalan menuju kamar tidur. Dibukanya perlahan-lahan dan kehampaan menyambutnya.
Ia mencari ke halaman belakang tempat Kei biasa duduk―sampai terkadang terkantuk-kantuk, mengamati kunang-kunang yang kerap kali mampir di antara semak-semak. Kuroo berhenti sejenak, sekalipun Kei tidak ia temukan disana. Gerombolan kecil kunang-kunang membentuk penerangan alami, berpijar lembut sepanjang kehijauan.
Biasanya, Kei akan langsung menyambut hangat kehadirannya apabila pintu kamar mandi dibuka tiba-tiba dengan satu lemparan cepat baskom kayu diikuti sumpah serapah. Yang begitu pintunya ditutup kembali, samar-samar Kuroo masih mendengar ancaman yang ditujukan untuknya diselingi suara kecipak air.
Tapi kali ini tidak ada apapun. Bahkan bak kosong melompong, sepertinya Kei lupa mengisinya seharian ini.
Kuroo beranjak ke dapur. Tempat terakhir dimana sekiranya ia akan menemukan Kei.
Suara mangkuk keramik membuatnya mempercepat langkah.
"Kei, aku pulang!" ucapnya keras-keras.
Tiga meter dari kakinya, seekor tikus menatap lalu mencicit. Sebelum kabur ke salah satu lubang yang Kuroo tak pernah tahu.
"Kei?"
"Kei?"
Kuroo terus memanggil. Kakinya berjalan ke sembarang arah.
"Kei?"
Di ruang tengah, ada dupa yang belum dibakar.
Kuroo tidak ingat apa-apa.
"Aku masih bertanya-tanya. Bagaimana caramu membuatku jatuh padamu, Tetsurou."
Dengan mata kepalanya, ia melihat perempuan berambut anomali. Pucat tergelung rapi, menunduk seraya berbisik. Sebelum perlahan ujung dupa disulut bara api.
Kuroo menemukan Kei.
Kei tersenyum tapi ada titik air meluncur dari ekor matanya.
"Kuharap kamu tenang, Sayang."
Asap tipis membumbung jauh ke udara. Kuroo menghampiri Kei lalu memeluknya dari belakang.
Sebelum bayangan menguap bersama kepulan tipis dari dupa.
Menyisakan Kei yang masih memejamkan mata dengan tangan tetap menyatu.
Kei menunggu di taman belakang hingga larut. Penghuni taman perlahan kehilangan cahayanya, Kei bangkit dan beranjak ke pintu.
Kuroo mungkin tidak pulang malam itu.
Ia berbalik, merapatkan kimono tidurnya lalu menuju kamar dan menggelar futon.
Esok paginya ada ribut-ribut yang mengalahkan derasnya hujan. Kei berlari susah payah dengan kimono merah kesayangannya, orang-orang berseragam berusaha mensejajari dan memayunginya.
Bilah pedang tercoreng darah ada tidak jauh dari kakinya.
Kei akhirnya memilih menodai baju kesayangannya dengan darah yang merobek kulit laki-laki yang tak kunjung pulang semalam. Ada tangis tanpa suara mengiringi ia yang mengecup kening Kuroo Tetsurou.
"Kukira kau akan pulang, Tetsurou."
