Kim Taehyung tergesa, padahal 25 menit yang lalu dia baru saja sampai dibandara sejak satu minggu lalu terbang ke New York untuk perjalanan bisnis, bagaimana tidak?
Sekarang jam menunjukkan, pukul 4 sore. Dan Jeon Jungkook kekasihnya. Ralat, calon istrinya sejak sore tadi tidak dapat dihubungi. Yah, memang sedikit berlebihan tapi mesti kalian tau bahwa seorang Jungkook tidak akan mengabaikan Kim Taehyung.
Taehyung paham bahwa calonnya ini juga memiliki banyak urusan disamping Jungkook masih menyelesaikan S2 Sastra Inggrisnya. Dia juga bekerja sebagai Translasi disebuah perusahan penerbit yang lumayan bonefit dan itu membuat waktu tatap mesra mereka terbatas.
Terkadang Taehyung perlu menginap di kediaman Jungkook hanya untuk melepas rindu yang kepalang menggerogoti hatinya. Seperti kali ini, sudah hampir delapan jam Jungkook tidak dapat dihubungin. Membuat Taehyung khawatir bukan kepalang. Hei, bung bagaimana kalau calan istrinya ditodong pisau ditengah jalan dan tidak ada yang membantunya. Meski Jungkook lelaki tetap saja bagi Taehyung dia ada Puteri Kerajaan yang harus dijaga.
Taehyung berusaha menghubungi Jungkook lagi sambil terus berjalan tergesa. Dan beberapa saat kemudian bibirnya mengeluarkan desah nafas panjang. Kesal. Kim Taehyung yang kesal, total menyeramkan.
"Ya.. Jeon.. Menurutmu, lebih baik dicintai atau mencintai?" Kim Minggu, bisa disebut atasan Jungkook sekarang yang juga menjadi teman satu teamnya.
Saat ini mereka sedang berjalan menuju apartement Jungkook. Sehabis bekerja tadi, Jungkook dipaksa ikut untuk makan malam perusahaan. Dan itu menghabiskan waktu empat jam. Jungkook yang merasa lelah dan masih banyak pekerjaan yang jadi deadlinenya memutuskan untuk pulang lebih dulu. Tentunya, diikuti oleh Kim Mingyu, yang dengan senang hati mengantar pulang lelaki manis ini.
Jungkook tersenyum, "Akan lebih menyenangkan, jika keduanya saling mencintai. Sunbaenim". Jawabnya sambil tersenyum manis. Perjalanan dari restoran tempat mereka makan malam memang tidak begitu jauh dari kediaman Jungkook jadi mereka memutuskan untuk berjalan kaki. Agar dapat merasakan angin malam musim semi yang lumayan dingin. Dan ini adalah ide Kim Mingyu.
Migyu tersenyum. Jungkook sedikit risih menatap senyumnya jadi dia pura-pura berpaling untuk menatap jalan dihadapannya.
"Bagaimana jika aku katakan. Aku menyukaimu?" Langkah Jungkook berhenti, yang diikuti oleh Mingyu. Bukannya Jungkook tak tahu. Dia tau betul tatapan yang selama ini Mingyu berikan padanya. Tatapan berbinar yang biasa orang lain berikan kepada teman yang mereka sukai.
Atau orang yang kalian Cinta. Ah, pokoknya Jungkook paham. Maka dari itu terkadang Jungkook menjauh atau istilah lainnya menjaga jarak. Tapi mungkin hari ini hari sialnya. Kim Mingyu memaksa untuk mengantarkannya ke Apartement.
Jungkook tersenyum, dia mengangkat tangannya sebatas penglihatan Mingyu. Disana, dijari manisnya terdapat sebuah cincin berwarna putih emas yang terdapat beberapa permata kecil. Jungkook menggoyangkan sedikit cincinnya dengan ibu jarinya.
Menghela nafas lembut. "Sunbaenim, aku tidak tahu harus menjawab apa.. Mungkin kau sudah sering melihat Taehyung menjemputku,bahkan sering menarikku paksa untuk makan siang bersama.. aku paham perasaanmu. Tapi aku benar-benar serius dengannya.. Aku mencintainya dengan segenap hati.. Walau dia si kaya brengsek.pembuat onar dan juga pemaksa. Tapi,sungguh aku tak akan mampu hidup tanpa dia disampingku sunbaenim" dengan sekali helaa nafas. Jungkook berkata sambil menatap lembut pria didepannya. sembari menurunkan lengannya.
Mingyu tersenyum kecil. Lalu mengangguk paham.
"Aku paham Kook,aku hanya ingin berbicara karena hatiku berkata demikian.. Maafkan aku jika membuatmu risih. Tapi, jujur setelah mengatakannya hatiku lega. Maaf ya sudah membuatmu risih ..."Serunya sembari tersenyum menenangkan. Fix, mungkin jika memang tidak ada Taehyung dihidupnya Jungkook akan memilih pria ini.
Tapi apa mau dikata, hatinya terikat penuh oleh si Kim brengsek itu. Mingyu mengelus kepala Jungkook sedangkan dengan senang hati Jungkook menerima perlakuan tersebut sambil tersenyum membuat gigi kelincinya menyembul keluar dan mata bulatnya tertutup manis. Jujur saja ini adalah skipshi favoritenya.
"YAAAAAA!!"teriakan dengan suara dalam menghentikan aktifitas keduanya. Jungkook membuka matanya yang tadi hampir tertutup dan menatap kedepan dimana seorang Pria yang sejatinya adalah calon suaminya menatapnya murka.
Ini tidak baik, Gumannya dalam hati.
"Sunbaenim, kau bisa lari sekarang.."Jungkook mendorong sedikit tubuh Mingyu,tapi pria itu tidak bergeming malah menatap Jungkook bingung.
"Kenn--"
Terputus,
"Jika kamu masih mau hidup, cepat lari. !!"Jeritnya. Dan tanpa disuruh untuk ketiga kalinya Mingyu berlari tanpa menenggok kebelakang dengan kecepatan penuh.
Taehyung hendak lari untuk menyusul pria tersebut, sebelum sebuah tangan menarik pergelangan tangannya.
"Yaaaa.." nafasnya terengah. Menahan emosi. Dia menghempaskan tangan Jungkook murka.
"Sudah pulang kenapa tidak mengabari?"Tanya Jungkook sambil meraih tangan Taehyung memastikan bahwa lelaki tersebut tidak akan kembali lari mengejar rekan kerjanya itu.
"Apanya yang tak mengabari? Handphone mu kemana, hahh? kenapa susah sekali dihubungi hah?" Cercanya marah. Jungkook merenggut. Dia memeluk lengan lelakinya manja.
"Sudah berapa lama kita tidak bertemu, kamu kasar sekali. sih" keluhnya,kepalanya Ia sandarkan dilengan kekar Taehyung aroma mint bercampur wangi rokok bersamaan masuk ke indera penciumannya.
"Peduli apa? kamu bahkan tak menjawab semua telfonku" Taehyung masih sangat amat dalam mode murka.
"Baterainya habis sayang.."
"Apa itu alasanmu? selama 8 jam aku menunggu kabarmu. Kamu tau tidak sih, aku khawatir?" Pandangan Taehyung masih tajam dan menyeramkan. Walau takut Jungkook berusaha tegar. Dia akan terus seperti ini untuk masa yang akan datang.
Akan sangat tidak pantas jika dia tidak bisa meredakan amarah Calon suaminya.
"Maaf ya,sayang.."
"Setelah kamu dengan manisnya tersenyum dengan pria brengsek itu dan diam setelah di sentuh-sentuh begitu. Kamu hanya bilang maaf" masih berteriak. Jungkook mulai kesal. Dia melepaskan pelukan dilengan Taehyung dan menatapnya tajam.
"Maksud kamu apa si? Mau bertengkar? ini ya, yang kamu bilang rindu tadi pagi ditelfon? Baru ketemu sudah teriak teriak marah saja... Kamu bawaannya cemburu terus" Jungkook makin menatap tajam calonnya.
Memang sih, didalam 8 tahun menjadi sepasang kekasih mereka selalu meributkan hal sepele sampai besar. Tapi, ya tidak pernah sampai putus. Paling hanya hilang kontek selama seminggu itu juga keesokkan harinya Taehyung akan menempel seharian dengannya.
Rindu katanya, belum lagi jarak kesibukan mereka selama 2 tahun ini. Taehyung yang sibuk dengan perusahaannya dan Jungkook yang sibuk dengan kuliah dan perkerjaannya. Benar-benar menyita waktu, terkadang mereka juga akan bertengkar hanya karena siapa yang tidak membuang bungkus makanan dengan benar. Benar-benar yah.
"Mauku? menghajar lelaki tadi!!"Seru Taehyung wajahnya bahkan masih merah. Jungkook jengah.
"Bukannya lima detik setelah aku menerima peryataan cintamu, delapan tahun lalu. Aku berkata aku tidak menyukai lelaki yang selalu membuat keonaran tidak suka segalanya dilakukan dengan otot. Tidak berubah, ya!! " Jungkook menangkupkan kedua tangannya depan dada walau sedikit terhalang oleh plastik lauk yang Ia bawa dari restoran tadi.
Taehyung mengangguk keras.
"Bukannya satu menit setelah memutuskan menerimaku, kamu juga mendengar bahwa aku tidak menyukai kalau kalau kamu bergaul berlebihan dengan lelaki lain.. "ocehnya.
"Kamu kan, memang tidak mau mengalah.. Jelaskan dulu soal kedekatanmu dengan sekertaris sialan mu yang memiliki bokong lebih besar dariku.. "telaknya, Taehyung terdiam. Tapi tidak ingin mengalah.
"Dia kan sekretarisku, tentu saja hubungan pekerjaan "
"Lalu bagaimana dengan, Mingyu diakan seniorku dikantor. By"
"Masa bodo. Dia membuatmu merona maka mesti kuhabis!! "
"Egois seka--"
"Masa bodo.. "
"Ih, mati sana!! "
"Nanti siapa yang menikahimu.. "
"Ya Mingyu juga adaa,..."
"Yaaaa. --"
"Apaaaa? "
"TERSERAHHH!! " Dengan begitu Jungkook berbalik dan berjalan santai menuju arah apartementnya. Taehyung terdiam dia berbalik dan mengejar dan lalu memeluk tubuh kesukaannya dari belakang membuat mereka berjalan sambil berpelukan.
Jungkook tersenyum sembari tangan satunya mengelus wajah Calon suaminya.
"Sudah makan? " Tanyanya halus, Taehyung menggeleng kecil sembari menghembus nafasnya diperpotongan leher Jungkook. Jungkook hanya terkekeh geli.
"Aku rindu sekali.. "keluhnya, membuat Jungkook semakin terkekeh.
"Setelah makan malam, kamu bebas Kim.. "senyumnya jahil. Taehyung melepaskan pelukan.
"Ayo cepat, aku tidak sabar.. seminggu bukan waktu yang sebentar sayangg.. " Dia menarik tangan Jungkook dan berlari kecil.
Tolong ingatkan, bukankah baru saja mereka masih berteriak memaki. Bahkan tidak ada kata maaf.
Tapi itulah, delapan tahun bukan waktu yang sebentar untuk berkomitmen untuk tidak saling menyakiti. Yang Jungkook paham semarah apapun Taehyung padanya, Taehyung akan terus menjadikan dirinya satu-satunya orang yang mampu mengendalikan amarahnya.
-FIN-
