"Brrr hari ini cuacanya sangat dingin—padahal sudah masuk musim panas…"
Pemuda berambut blonde yang berjalan bersama dengan kedua sahabatnya itu tampak mengeratkan jaketnya. Sawada Tsunayoshi, tentu dikenal sebagai Vongola Decimo—in training—yang sebenarnya hanya menunggu hingga pendidikan SMAnya selesai.
Dan sebagai catatan, ia sekarang berstatus sebagai murid SMA kelas 1 di SMA Namimori.
"Apakah anda ingin kuberikan syal lagi Juudaime?"
Pemuda berambut perak yang tampak menatap Tsuna seperti anjing peliharaan itu langsung panik mendengar pemuda itu mengeluh dingin.
"Tidak apa-apa Gokudera-kun," Tsuna tertawa gugup dan menggelengkan kepalanya. Baru saja akan berjalan lagi saat ia membentur punggung pemuda berambut hitam yang sudah berjalan lebih dahulu itu.
"Hei Yakyuu Bakka, jangan berhenti tiba-tiba seperti itu—kau bisa melukai Juudaime!"
"Hei Tsuna, apakah karena itu ya hari ini terasa dingin padahal sedang musim panas?" Yamamoto Takeshi, tampak tertawa canggung, menunjuk pada pemandangan di depannya yang membuat ia membatu dan terdiam.
Tsuna dan Gokudera mengintip dari balik punggung Yamamoto, menemukan beberapa orang yang tampak takut-takut melihat dua orang yang berdiri didepan gerbang SMA Namimori. Sang prefek yang tentu selalu melakukan pemeriksaan setiap hari, dan seorang perempuan berambut hitam dengan mata berwarna biru langit.
"Hibari Kyouya!" Tidak ada yang berani melihat terlalu lama kearah sang perfek yang siap untuk menggigit gadis itu hingga mati. Namun, tentu saja semua itu tetap membuat mereka penasaran.
Siapa perempuan yang berani menghadapi sang perfek terang-terangan seperti itu?
Apakah perempuan ini ingin membunuh sang perfek? Atau lebih tepatnya apakah ia ingin bunuh diri dengan berhadapan satu lawan satu dengan sang perfek? Atau—
"Aku menyukaimu, jadilah kekasihku!"
—ingin menjadi kekasih sang perfek?
…
Tunggu, apa?
"EEEEEEEEEEEEEEEH!"
.
I'll Make You Love Me
Pairing : (For now?) Hibari Kyouya x OC
Genre : Romance / Friendship
KHR © Amano Akira
.
"Namaku adalah Shibasaki Rena dari Hokkaido, salam kenal!"
Seorang perempuan yang berani menyatakan perasaan suka pada sang perfek yang terkenal dingin dan juga kejam. Tentu saja nama itu segera tersebar disemua siswa SMA Namimori. Dan penampilan gadis itu saat ini, hamper bisa disamakan seperti mumi.
Oke, siapa yang tidak akan dihajar oleh sang perfek meskipun dia adalah seorang perempuan.
"Sepertinya selain kenyataan kalau ia menyatakan perasaannya pada Hibari-san pada hari pertamanya berada di SMA Namimori, ia adalah murid biasa," Tsuna tampak tersenyum tenang melihat Rena yang masuk ke kelasnya, "aku merindukan murid pindahan yang normal."
"Hati-hati Juudaime, bisa saja ia menyamar jadi murid biasa dan sebenarnya anggota mafia yang mengincarmu," Gokudera yang duduk disamping Tsuna berbisik dan menatap Tsuna yang tertawa datar.
"Baiklah, kau akan duduk di belakang Sawada—" setelah Tsuna mengangkat tangannya, Rena segera berjalan dan duduk di tempat yang sudah ditunjuk oleh sang guru, "—kita akan memulai pelajaran kita."
"Salam kenal, namaku Sawada Tsunayoshi."
"Salam kenal Vongola Decimo," dan satu kalimat itu seketika membuat Tsuna, Gokudera, dan juga Yamamoto tersentak dan menatap kearah Rena yang tersenyum seolah itu bukanlah sebuah hal yang penting.
"Tu—tunggu, bagaimana kau tahu—"
"Karena ada Hibari-senpai disana, tentu saja aku tahu—" jawab Rena sambil menatap Gokudera yang sudah tidak menghiraukan teguran guru karena ia berdiri dan membentak anak baru itu.
"Go—Gokudera-kun, kita bisa bertanya nanti saja," entah kenapa Tsuna merasa intuisinya mengatakan Rena sama sekali tidak berbahaya. Gokudera yang melihat itu tampak berdecak dan akhirnya duduk begitu saja.
"Tenang saja, aku tidak melakukan apapun dan aku bukan mafia kok," jawab Rena berbisik dan hanya Tsuna yang bisa mendengarnya.
.
"Jadi—bagaimana kau tahu kalau aku adalah Vongola Decimo," jam istirahat dan Rena segera dikelilingi oleh Tsuna, Gokudera, dan juga Yamamoto. Menatap ketiganya, Rena tersenyum seperti biasa.
"Sebenarnya itu hanya kebetulan, aku sedang mencari informasi dan keberadaan Hibari-senpai. Dan saat aku menemukannya, aku mendapati nama Vongola. Perusahaan multi talenta yang bergerak hampir diseluruh bidang," Rena memangku kepalanya dengan sebelah tangan.
"Lalu, kenapa kau bisa tahu kalau Vongola adalah kelompok mafia?"
"Kakakku adalah agen FBI, saat ia meninggalkan komputernya dalam keadaan terbuka, aku mencari akses untuk memasuki data tentang Vongola, dan ternyata aku mendapati kalau Vongola adalah kelompok mafia."
"Kakakmu meninggalkan laptop berisi data penting seperti itu?" Gokudera sweatdrop mendengarnya.
"Karena saat itu ia sedang sakit perut."
"Lupa menutupnya?" Tsuna tampak ikut sweatdrop mendengarnya.
"Karena tidak bisa ditahan~"
"Hahaha, kakak yang menarik sepertinya—" Yamamoto malah tertawa sambil menggaruk kepala belakangnya sementara Tsuna memikirkan bahwa diluar sana ternyata ada yang lebih parah daripada ayahnya.
"Ah Hibari-senpai!" Rena berdiri dari kursinya saat melihat para anggota discipline Committee berkeliling di koridor bersama sang pemimpin.
"S—Shibasaki, sebaiknya kau berhenti mengikutinya. Hibari-san sepertinya tidak suka dengan itu," Tsuna mencoba untuk menghentikan Rena yang hendak berjalan dan mengikuti Hibari.
"Tidak, kalau kau khawatir dengan luka ini tenang saja—aku tidak akan menyerah begitu saja karena ini kok," Rena mengedipkan matanya dan tampak berjalan meninggalkan Tsuna dan juga yang lainnya, "bolehkah aku ikut berpatroli?"
Yang mendengar tampak benar-benar ketakutan hanya karena mendengar Rena mengatakan itu.
"Pergilah herbivore…"
"Senpai dingin, ayolah aku tidak akan mengganggu!"
.
"Luka tadi pagi sepertinya tidak cukup membuatmu berhenti mengikutiku."
Hibari dalam keadaan bad mood level tertinggi saat ini yang bahkan membuat orang-orang menyingkir dengan segera—kecuali gadis bernama Rena yang tersenyum senang dan berjalan disampingnya.
"Aw~ apakah senpai khawatir padaku?"
DHUAK!
Dan sebuah pukulan telak di kepala membuat Rena tersungkur dan Hibari begitu saja berjalan tanpa membantunya. Rena mengaduh dan memegangi kepalanya melihat kearah Hibari yang berlalu meninggalkannya.
"Jadi kau yang namanya Shibasaki Rena?" Rena menoleh saat mendengar namanya dipanggil. Anak laki-laki berusia lebih kecil daripada dirinya, memakai tuksedo hitam dan topi fedora menatapnya sambil tersenyum, "ciaosuu."
"Oh Reborn!"
"Jadi kau juga tahu siapa aku?" Rena tersenyum dan mengangguk.
"Karena kau adalah lawan yang paling muda diinginkan untuk bertarung dengan Hibari-senpai," Rena tersenyum lebar dan berjongkok didepan Reborn.
"Aku lebih tua dari kelihatannya."
"Begitukah?" Rena memiringkan kepalanya dan tersenyum dengan wajah bingung, "kau mengenal senpai lebih lama dariku bukan?"
"Dua tahun lebih, kutebak kau mau berbicara sedikit denganku?" Rena menatap dengan tatapan berbinar, menandakan kalau ia benar-benar ingin mendengar tentang Hibari Kyouya, "tetapi tubuhmu tidak apa-apa?"
"Ehe walaupun aku tidak bisa bertarung tetapi kalau hanya luka seperti ini aku tidak akan apa-apa," Reborn menatap luka di tubuh Rena yang tampak diperban. Tentu saja serangan Hibari tidak pernah berbeda kekuatannya antara perempuan dan laki-laki.
Dan jika memang begitu—seharusnya gadis ini bahkan tidak akan bisa berdiri selama beberapa hari.
"Ada café dengan espresso yang enak didekat sini."
"Baiklah, ayo kita kesana~"
.
"Black coffee, lalu espresso satu, dan pai kopi satu. Bagaimana makananmu Reborn-kun?" Rena dan Reborn duduk di tepi jendela sebuah café dan memesan makanan mereka. Reborn yang mendengar pesanan itu tampak hanya menatap Rena, "ah, aku memang tidak suka manis. Jangan difikirkan."
"Aku tidak makan," Reborn tampak tidak mempermasalahkan itu dan membiarkan pelayan didepan mereka pergi membuatkan pesanan, "Shibasaki Rena, 16 tahun—anak kedua dari dua bersaudara. Ibumu sudah meninggal sejak kecil, dan ayahmu berada diluar negri bersama dengan kakakmu. Hobimu adalah memasak, yang tidak disukai adalah makanan yang manis."
Rena tampak diam dan mendengarkan.
"Kulihat kau tidak pernah mengenal Hibari Kyouya, bagaimana kau bisa mengenal apalagi menyukainya?"
"Ehe, ternyata benar apa yang ada di data kakak, Reborn selalu tahu apa yang orang lain susah untuk mengetahuinya," Rena memangku kepalanya dengan sebelah tangan, "bagaimana ya… aku memang tidak pernah mengenal Hibari-senpai secara langsung. Kalau kuibaratkan, mungkin ia seperti pangeran berkuda putih yang muncul dan pergi begitu saja."
…
"Tetapi apapun dan bagaimanapun orang-orang mengatakan tentang Hibari-senpai, aku benar-benar menyukainya. Aku tahu kalau aku akan susah untuk mendapatkannya, tetapi aku bukan orang yang mudah untuk menyerah," Rena tersenyum lebar dan menatap Reborn yang terdiam mendengarnya.
"Sekuat apapun tubuhmu pasti akan hancur suatu saat. Hibari tidak pernah mengalah pada siapapun meski kau adalah perempuan," jawab Reborn sambil mengambil espresso yang baru saja sampai.
"Aku mengerti kok, ah terima kasih—" Rena menoleh pada pelayan yang menatapnya heran karena tubuhnya yang penuh dengan perban, "—tetapi ingatlah Reborn, aku akan membuat Hibari-senpai menyukaiku. Meskipun itu artinya aku harus menunggu sangat lama."
Reborn terdiam menatap Rena, sebelum menyesap kopinya dan tersenyum dibalik topi fedoranya.
.
[ 'Hari ini aku dan juga chichiue harus pergi ke Amerika karena misi mendadak. Uang untung makan ada di tempat biasa—jangan lupa kunci rumahmu dan jangan biarkan orang asing masuk.' ]
"Kakak dan ayah seperti apa yang membiarkan gadis manis berusia 10 tahun sendirian selama 1 bulan?" Dengan nada narsis yang keluar dari mulut anak perempuan berambut hitam itu, ia berjalan sendirian menuju ke supermarket, "setelah ini aku harus pulang sebelum mereka berdua tahu aku pergi malam-malam tanpa izin."
Ia berhenti disalah satu sisi jalan melihat kearah taman yang ada disana. Seseorang berdiri dan melihat sekeliling seolah baru saja menyadari sesuatu. Matanya terpaku pada pemuda berusia 20-an tahun itu.
"Apa yang dilakukan orang itu—mencurigakan…"
Dan saat mereka bertemu pandang, dengan segera Rena memalingkan wajahnya dan segera berlalu sebelum ia menabrak seseorang disana.
"Ah maaf!" Saat ia menoleh, tampak beberapa orang berpakaian gakuran dengan penampilan seram menghalanginya.
"Hei kau kira meminta maaf cukup? Kau sudah mengganggu kami anak kecil!"
"Tetapi aku hanya menyenggolmu, apakah tidak berlebihan mengatakan kalau aku mengganggu," gadis itu tampak menatap beberapa orang yang tampak menatapnya tajam, "atau, karena kau terlalu lemah hingga terganggu karena anak kecil sepertiku?"
"Kau—" gadis itu menutup mulutnya, ia yang memang sering ceplas-ceplos memang suka mendatangkan masalah. Itulah kenapa ayah dan kakaknya sama sekali tidak membolehkannya untuk pergi sendirian.
"Jangan karena kau anak kecil kami tidak berani ya!" gadis itu mundur dan mencoba untuk lari. Bagaimanapun ia juga tidak pernah mencoba untuk membuat mereka marah sih. Dan saat ia bersiap lari, saat itu juga tangannya dicengkram dengan kuat.
"Hei!"
"Jangan berisik!"
"Hei…" suara itu yang baru muncul tampak terdengar saat seseorang menepuk pundak pria itu.
"Apa mau—"
.
"…apa ini…"
Rena tersenyum saat jam istirahat dia berada diatas atap sekolah. Didepan Hibari Kyouya yang sedang tertidur di singgasananya. Menatap tajam kearah Rena yang tersenyum polos, seolah pukulan dan juga semua yang ia lakukan tidak apa-apa.
"Hamburger, aku membuatkannya. Kau menyukai ini bukan?"
Hanya makanan kesukaan, mencarinya tentu bukan hal yang susah. Hibari menatap kearah Rena seolah mengatakan kalau ia tidak suka dengan apa yang dilakukan oleh Rena.
"Makanlah, aku tidak menambahkan apapun yang bisa membuatmu jatuh cinta padaku kok~ seperti pelet atau semacamnya. Eh tetapi cara seperti itu bisa juga sih dilakukan," dan saat Hibari mengangkat tonfanya, Rena segera mengibaskan tangannya, "ha—hanya bercanda! Tenang saja, kau bisa memakannya dengan tenang!"
"Aku bisa memakannya dengan tenang kalau kau tidak mengikutiku," dan dengan kasarnya, Rena segera ditendang keluar dari teritori sang perfek itu.
"Senpai, ayolah kenapa kau dingin sekali!" Rena mencibir sambil menatap kearah pintu atap yang ditutup. Namun, wajahnya berubah menjadi senang saat mengetahui kalau Hibari membawa bekal yang ia buatkan, "kuharap kau mau menghabiskannya Hibari-senpai, aku membuatkannya khusus untukmu!"
Dan Rena segera berlalu meninggalkan tempat itu.
.
Hibari sendiri sama sekali tidak melirik bekal yang sekarang terlupakan disampingnya. Namun, aroma menggoda itu sepertinya cukup membuatnya yang memang tidak makan siang itu menjadi lapar. Apalagi, hamburger adalah makanan kesukaannya.
…
Ia bergerak, dan menatap hamburger dengan segala jenis makanan disekitarnya. Sumpit yang terlupakan tampak ia ambil, dan dengan segera menyumpitkannya dengan benar. Walaupun ia menyukai hamburger, ia tidak sembarangan menyukai hamburger semua tempat.
Bahkan Dino sendiri yang mengetahui dimana hamburger yang diterima Hibari tidak berani memberikan dari tempat lainnya.
Hanya satu suap untuk menemukan apakah itu adalah hamburger yang sesuai dengan seleranya atau tidak. Dan ia terdiam, melihat sisa hamburger yang ada disana.
"…ini…"
.
"Eeeeh kenapa Kusakabe-san yang mengantarkannya?"
Rena tampak mengerutkan dahinya menatap kotak bekal berwarna hitam yang dibawa oleh Kusakabe, "kukira senpai akan mengantarkannya dan mengucapkan terima kasih karena makanan enak buatanku."
'Dunia akan kiamat kalau sampai Hibari-san melakukan itu…' dan itu yang difikirkan oleh semua orang di kelas mendengar perkataan dari Rena.
"Itu karena Kyo-san sedang berpatroli jadi ia menitipkannya padaku."
"Apakah ia mengatakan sesuatu tentang rasa masakanku atau yang lainnya?" Rena menatap Kusakabe berbinar-binar, namun Kusakabe hanya tersenyum penuh maaf dan menggelengkan kepalanya.
"Ia tidak mengatakan apapun, hanya menyuruhku untuk memberikannya padamu."
"Ah begitu," Rena menghela nafas dan mengambil kotak itu. Masih berat, dan ia membukanya untuk menemukan hamburger yang tampak tidak habis. Hanya seperempat dimakan oleh Hibari, "dan tidak habis."
"Hibari-san memang orang yang pemilih Shibasaki, tidak banyak hamburger yang ia makan," Tsuna mencoba untuk menghibur Rena yang menghela nafas dan tampak kecewa sekali, "koki di markas Vongola saja tidak mencapai selera Hibari-san."
"Seleranya terlalu tinggi, tetapi aku hanya bisa membuatkannya ini—" Rena tampak menutup kembali kotak makanan yang ada didepannya sebelum meletakkannya di laci meja. Semua yang melihat Rena terpuruk tampak memikirkan cara untuk menghiburnya.
"Tetapi—" Rena yang menunduk dengan aura kelam itu tampak mengepalkan tangannya dan menginjak kursi dengan sebelah kakinya, "—aku tidak akan menyerah! Memangnya hanya karena ini aku akan menyerah dan berhenti mengejar senpai?! Tidak akan!"
Dan semua orang sweatdrop mendengarnya.
.
"Eh Hibari-senpai?"
Rena tersenyum canggung saat melihat Hibari yang tampak berdiri disampingnya yang sedang menikmati makan siangnya bersama dengan Tsuna dan juga yang lainnya—di atap sekolah.
"Sedang apa kalian disini Herbivore…"
"Hiiie! Maaf Hibari-san, Shibasaki ingin makan disini sambil menunggumu!"
"Berhentilah menggangguku—dan ini adalah tempat yang tertutup," Hibari menatap kearah Rena yang cemberut dan meletakkan sumpit yang ia makan.
"Tetapi inikan properti sekolah, jadi kau tidak bisa seenaknya saja mengatakan kalau ini tempat tertutup," jawab Rena mengerucutkan bibirnya, "lagipula membosankan kalau jam istirahat tidak melihatmu. Kau tahu, kau sangat manis saat tertidur~"
"HIEEE SHIBASAKI!"
"Kau—" ia menoleh pada Tsuna yang tampak tersentak, "—tinggalkan tempat ini dalam 3 detik atau aku juga akan menghajarmu sampai mati."
"Ba—bagaimana dengan Shibasaki?"
"Ia tetap disini."
"A—aku tidak akan melakukannya, kau tidak boleh menghajar seseorang seenaknya!" Tsuna tampak menatap kearah Hibari dengan tatapan tajam. Mode boss yang membuat Hibari tidak memanggil Tsuna dengan sebutan Herbivore, namun Omnivore.
"Tsu—Tsuna, aku tidak apa-apa—" Rena tersenyum dan mencoba untuk menenangkan Tsuna, "lagipula, Hibari-senpai benar-benar tsundere. Kalau ingin berdua denganku saja, harusnya kau katakan sejak awal~"
Dengan wajah bersemu, Rena menatap Hibari yang sudah berada dalam ambang kesabarannya. Dengan Tsuna yang sweatdrop mendengar itu, sebelum sadar—Hibari sudah menendangnya keluar dari atap.
"Jadi—apa yang senpai inginkan?"
…
"Hamburger."
"Eh?" Rena tampak seolah mendengar hal yang salah. Rasanya tadi ia mengatakan hamburger. Tetapi, bukannya hamburger kemarin bahkan tidak dihabiskannya, "kau tidak boleh membuang-buang makanan senpai."
"Hari ini hamburger yang ada di toko itu habis—Kusakabe lupa untuk memesankannya," Rena tampak mengerutkan dahinya, sebenarnya curiga tetapi yah Hibari Kyouya tidak mungkin mau dilawan.
"—tetapi aku tidak bawa bekal untukmu hari ini."
…
"Kalau begitu lupakan, sekarang hukumanmu karena apa yang kau lakukan sebelum ini," Rena tampak menatap kearah Hibari dengan mata membulat. Dan dua buah tonfa sudah berada ditangannya dan siap menyerangnya.
"Tu—tunggu Hibari-senpai…"
"Kamikorosu…"
.
"Bagaimana?"
Gadis kecil itu tampak menatap pria didepannya yang tampak memakan makanan di piring yang ada didepannya. Diam, dan tampak menunggu reaksi dari pria itu, ia menggoyang-goyangkan kakinya tidak sabar menunggu jawaban itu.
"Tidak enak. Tidak ada rasa, dan menjijikkan—" tiga kata yang masing-masing menusukkan panah ke punggung anak itu. Oke, perkataan itu benar-benar menohok dirinya, namun pada akhirnya ia hanya bisa menghela nafas.
"Baiklah, aku bukan orang yang mau diejek seperti itu! Pokoknya ojii-chan harus berada disini sampai aku bisa membuatkan makanan yang kau suka!" Rena menunjuk kearah orang itu.
"Coba saja kalau bisa."
Dan hanya senyuman tipis yang diberikan pria itu padanya.
.
"…ow…"
Ia mencoba untuk menggerakkan tangan dan tubuhnya hanya untuk menemukan rasa nyeri dan sakit yang menjalar diseluruh tubuhnya. Matanya membuka, menemukan dirinya ada di salah satu ranjang UKS.
"Kau sudah sadar Shibasaki-san?"
Rena menoleh dan menemukan Kusakabe yang tersenyum padanya. Ia menggerakkan tubuhnya, duduk dan melihat sekeliling.
"Eh, kenapa aku ada disini?"
"Kyo-san menyuruhku untuk menjagamu, karena kau tidak sadar setelah dihajar habis-habisan oleh Kyo-san," memang beberapa kali dihajar sebelum ini oleh sang perfek tidak pernah membuatnya pingsan meskipun ia babak belur.
"Hibari-senpai benar-benar sadis, badanku lebih sakit daripada sebelumnya—" Rena tertawa dan memegangi tubuhnya. Rasanya remuk sih, dihantam oleh tonfa itu—tetapi bagaimanapun juga rasanya tidak biasa Hibari Kyouya semarah itu hanya karena godaan dan juga pelanggaran yang dilakukan Rena tadi.
"Mungkin karena ia kesal?"
"Huh?"
"Sebenarnya kemarin sebelum kau memberikan hamburger itu, Kyo-san sudah memintaku membeli hamburger untuk makan siangnya. Dan jangan katakan pada siapapun, tetapi Kyo-san itu—"
"Oh, tidak suka menghambur-hamburkan uang!" Rena tampak menepuk tangannya dan sadar dengan salah satu informasi itu.
"Begitulah, dan karena terlalu kenyang ia malah tidak menghabiskan hamburger buatanmu," Rena mengangguk-angguk dan tampak mengerti perkataan dari Kusakabe, "makanya hari ini ia tidak menyuruhku untuk membeli hamburger itu karena mengira kau akan membawakannya lagi untuknya."
…
"Kalau ia tidak mengatakan apapun, bagaimana aku bisa tahu hanya dengan melihat bekal berisi hamburger yang tidak habis. Kukira ia tidak suka dan aku tidak mau menghamburkan makanan," jawab Rena sambil mendengus kesal, "jadi itu sebabnya ia kesal?"
"Sepertinya begitu…"
"Kalau begitu mulai besok sebaiknya jangan belikan apapun pada senpai. Biarkan aku memberikan bekal penuh cinta padanya," Rena tampak terlihat tersenyum senang dan menatap Kusakabe yang membulatkan matanya dan tersenyum.
"Tetapi kalau kau seperti ini terus bisa-bisa kau tewas karena dipukul Kyo-san."
"Tidak, tubuhku sangat kuat kok!"
.
"Walaupun mengatakan seperti itu, tetapi sakit juga sih—" Rena mengaduh pelan saat berjalan keluar dari sekolahan. Sepertinya ia baru pindah selama 2 minggu disini, dan tubuhnya sudah babak belur hanya karena satu orang.
"Untung saja onii-chan dan juga chichiue tidak ada di Jepang—rasanya kalau sampai ada Jepang tidak akan selamat dari Perang Dunia ke-III," Rena tertawa sendiri—menertawakan dirinya yang tampak menyedihkan.
"Hm?"
Rena menoleh pada gerbang depan sekolah yang sudah sepi itu. Dan ada satu orang yang berada disana, yang menyenderkan tubuhnya dan melipat tangannya seolah menunggu seseorang.
"Hibari-senpai?" Rena mendekat dan melihat pemuda itu yang tampak menatapnya dengan tatapan dingin seperti biasa, "sedang apa disini?"
"Menunggu siswa yang masih ada di sekolah," Rena menoleh sekeliling dan saat itu hanya ada dia yang ada disana.
"Jadi Hibari-senpai khawatir sampai menungguiku?" Rena tampak tersenyum dengan wajah memerah dan mengatupkan kedua tangannya. Menatap Hibari dengan tatapan kagum yang membuat Hibari kembali kesal.
"Ini memang salah satu pekerjaanku untuk memastikan tidak ada murid yang berada di sekolahan," Rena tampak hanya ber'oooh' ria sambil mengangguk-angguk. Ia tidak bisa memaksakan apa yang dikatakan oleh Hibari.
"Kalau begitu aku akan pulang, aku tidak tahu apakah bisa tahan jika dipukul olehmu lagi," Rena tertawa dan berjalan melewati Hibari yang hanya diam dan melihat kearahnya, "oh, dan jangan membeli hamburger besok—aku akan membuatkannya untukmu kalau kau mau~"
Rena tertawa dan menatap Hibari dari sudut bahunya sebelum kembali berjalan dan meninggalkan Hibari sendirian. Dan tanpa disadari, meskipun Hibari berjalan kearah yang berlainan—burung kuning kecil itu tampak berbalik dan mengikuti Rena.
|| To be Continue ||
Ehm, saya kok jadi bikin Hibari x OC ya? ._. tapi pengen aja sih, beberapa OC sebagian besar me lihat sifatnya Tsundere sama CC dan kebanyakan juga sebagian yang sadar duluan adalah CC (Character Canon) kalau dia suka sama OC.
#ehem Intinya, saya bosan sama cerita kaya gitu #plak jadilah saya bikin Shibasaki Rena—stalker—#uhuk fangirl dari Hibari yang entah kenapa tergila-gila sama si perfek satu ini.
Oh, tapi nanti dijelasin kok kenapa dia suka sama Hibari 'O' dan tentu 'sang perfek' ga akan semudah itu jatuh cinta kan? Apalagi sama cewe nyebelin tukang stalker yang suka ngikutin dia kemana-mana ^^ #uhuk oke, segini aja—ada yang minat baca?
Biodata Shibasaki Rena :
Nama : Shibasaki Rena
Umur : 16 Tahun
Penampilan : Berambut hitam panjang dan lurus, mata biru langit
Flame : ?
Senjata : ?
Tinggi/Berat : 160/50
Hobi : #coretstalking#coret mencari informasi, mengagumi Hibari, memasak.
Dislike : Makanan dan minuman manis.
Sifat : Hiperaktif kalau berhubungan dengan Hibari, polos, ceplas-ceplos, periang, bad liar.
BGS : Murid pindahan dari Hokkaido yang sangat menyukai Hibari. Ia akan melakukan apapun agar Hibari mau melihatnya, namun pada akhirnya membuat Hibari marah dan (benar-benar) menghajarnya hingga babak belur dan entah kenapa tubuhnya tidak pernah terluka cukup parah untuk membuatnya sekarat. Ia tidak berhubungan sama sekali dengan mafia, tetapi ayah dan kakak laki-lakinya adalah seorang agen FBI.
