Rintik hujan tak menghambat dua orang di pemakaman itu untuk pergi. Mereka tetap berdiri kukuh disitu. Meratapi sebuah batu nisan yang bertuliskan nama seseorang yang mereka cintai. Satu dari mereka mulai bersuara, sambil mengelus rambut satunya lagi.
"Tet-chan, kita pulang sekarang ya? Kamu bisa masuk angin kalau disini terus." Suara nan lembut keluar dari orang yang lebih tua. Sementara yang satunya hanya mengangguk bisu.
"Nanti lusa Baa-chan akan datang lagi kesini membawa teman untuk Tet-chan,"
Kali ini yang lebih muda mendongak. Menatap intens pada yang menyebut dirinya Baa-chan.
"Baa-chan mau membawakan Tetsuya teman?" yang ditanyai mengangguk sambil menyunggingkan senyum bidadari.
"Jadi Tetsuya tidak akan sendirian?" yang lebih tua mengangguk lagi.
Sedetik kemudian Tetsuya menerjang sang Baa-chan dengan pelukan sayang. "Terima kasih, Baa-chan," dan wajah sembab Tetsuya digantikan dengan senyum malaikat yang membuat Baa-chan-nya nyaris pingsan seketika.
Seluruh karakter disini milik mas Fujimaki Tadatoshi
Tapi fanfiksi ini murni milik saya
.
Warning :
OOC, gaje, Typo(s), Sho-ai, abal-abal, EYD tidak sesuai, dan warning-warning lain yang tak tersebutkan
.
AkaKuro, MayuKuro, NijiKuro, HaremKuro, RebutanKuro(?)
.
Waspadalah, sudah saya tulis warning diatas
Rumah itu kini sepi. Pemuda bersurai biru langit itu ditinggal sendiri. Hanya dia, dan boneka kelinci kesayangannya.
Iya, boneka kelinci. Yang sudah hampir bulukan karena dibeli belasan tahun yang lalu, kini dipeluk erat dalam dekapan. Pantatnya sudah sejak satu jam yang lalu menempel di sofa ruang tamu. Pandangannya terarah pada jam dinding di tengah ruangan sana.
"Uuh… lama," gerutu si surai biru. Nama lengkapnya Kuroko Tetsuya. Dia sedang menunggu Baa-chan tersayangnya yang – dua hari lalu sudah berjanji – akan datang membawa teman untuk dirinya.
Pipi gembul itu dikembungkan. Membuatnya semakin gembul. Baa-chan-nya bilang setengah jam lagi akan sampai. Ini sudah satu jam loh. Jangan-jangan….
Pikiran Tetsuya mulai kalut, jangan-jangan Baa-chan-nya tidak jadi datang. Berarti Tetsuya masih harus sendirian, di rumah. Mata bulat itu menyipit, air mata sudah berdatangan disudut matanya, meminta untuk jatuh.
Dan ketika itulah pintu depan berkumandang. Diketuk ya, karena tidak ada bel di rumah Tetsuya.
Mata bulat itu kembali seperti semula – sudah tidak menyipit lagi. Pantatnya terangkat dari dudukan sofa empuk. Berlari menuju pintu depan sambil tetap memeluk kelinci kesayangan.
"Tunggu sebentar," suara yang kelewat lembut itu berteriak – walau tidak seperti berteriak.
Pintu depan dibuka perlahan, menampilkan tiga sosok manusia berbeda warna rambut. Semilir angin yang datang tanpa diundang menerbang helaian masing-masing surai. Menambah efek keren – yang memang sudah dari sananya keren.
Tetsuya menatap ketiganya bergantian. Dari atas sampai bawah, lalu balik lagi ke atas. Tampilan keren, wajah juga keren, barang bawaan keren. Tapi sayang mereka bukan boyband. Tetsuya merinding seketika. Kalau bukan boyband berarti…
"Ano… kalian siapa?" Tetsuya secepat kilat sembunyi di balik pintu. Jaga-jaga kalau mereka penculik Tetsuya bisa langsung tutup pintu.
Yang berambut hitam berbicara, "Y-ya… etto… ini kediaman Kuroko, kan? Dan kau Kuroko Tetsuya… eh?"raut cengo terpampang jelas di wajahnya. Bukan, di wajah ketiganya.
Bagaimana tidak cengo. Kuroko Tetsuya memberi mereka kejutan. Hebat. Lihatlah bagaimana rupa anak ayam biru ini. Wajah imut nan polos, juga kulit putih porselennya – yang dari dulu tidak berubah – dipamerkan secara gratisan pada mereka. Bukan maksudnya Tetsuya telanjang, tapi bajunya cukup ehem. Celana coklat setengah paha dan kemeja putih bercorak bunga-bunga yang agak kedodoran. Sialan, untung mereka sudah cukup umur.
"Kau lupa pada kami, Tetsuya?" ini yang rambut merah. Kakinya mulai melenggang masuk. Mengabaikan Tetsuya yang berjengit ketakutan.
"P-paman tidak boleh masuk seenaknya, nanti kulaporkan pada Baa-chan!" walau nadanya mengancam tapi tubuhnya malah semakin mundur, ketakutan. Kelinci dipelukan semakin dieratkan. Berharap bisa melindunginya dari marabahaya.
"Siapa yang kau sebut paman? Kami ini masih muda." Suara yang ini muncul dari belakang Tetsuya. Tetsuya kaget dan langsung menghindar. Sekarang dia terpojok. Di luar masih ada paman berambut hitam. Di dalam ada dua paman berambut merah dan abu. Sementara Tetsuya sudah bergetar ketakutan, air mata dipelupuk sudah mau mendarat keluar. Eh, sudah keluar deh.
"Hiks…" Tetsuya terisak. "Baa-chan, hiks… takut…" boneka kelinci semakin dipeluk erat.
Trio beda warna itu makin cengo sekarang. Tetsuya menangis, macam anak kecil. Hell… ada apa dengan bocah ini.
"O-oi, Tetsuya… kau kenapa?!" yang berambut hitam mulai panik. Sementara dua lagi masih santai-santai aja.
"Hiks… Baa-chan…" air mata Tetsuya mulai banjir sampai ke pipi gembulnya.
Tuk. Pipi Tetsuya ditusuk pelan. Pelakunya si surai merah. "Hee… Tetsuya tidak boleh menangis, kan sudah besar." niat kata mau menenangkan. Tangisan Tetsuya malah semakin menjadi-jadi.
"Oi, Seijuurou! Apa yang kau lakukan?! Jangan bikin Tetsuya tambah takut!" yang hitam – rambutnya – kembali panik.
Sementara yang dipanggil Seijuurou menekuk dahinya. "Apa maksudmu, Shuuzou? Aku hanya ingin membuatnya berhenti menangis."
"Kau bodoh ya? Seringaian menakutkan macam itu mana bisa bikin dia berhenti menangis," nah, mulut tajam ini punya si rambut abu.
"Kau diam saja, Chihiro. Aku ini tersenyum, bukan menyeringai." Masih belum mau ngaku ternyata.
"Hiks… huweee… paman rambut merah seram…" tuh kan, Tetsuya saja setuju. Tangisannya malah semakin parah. Pipinya sudah dipenuhi air mata. Sampai basah terkena kelinci dalam pelukannya. Cup, cup, kasihan Tetsuya.
Puk. Tangan si rambut abu – Chihiro – mendarat di kepala Tetsuya. Lalu mengusapnya pelan.
"Etto… Tetsuya… mau membaca buku denganku?" tangan Chihiro menyodorkan sebuah buku bacaan dihadapan Tetsuya.
Tetsuya menatap buku ber-cover warna-warni itu.
Satu detik
Dua detik
Air mata dan ingus dilap oleh ujung lengan baju. Mata bulatkan beralih menatap trio paman aneh itu dan anggukan penuh semangat dari Tetsuya yang mereka dapatkan. Ketiganya saling memandang bergantian, lalu berakhir pada buku digenggaman Chihiro.
Oh, pantas. Si Kancil dan Buaya toh.
.
Bunyi klakson mobil terdengar dari halaman depan rumah. Tentu saja keempat orang, yang sekarang seeding duduk di ruang tamu itu mendengarnya. Tapi sengaja tidak mereka gubris. Toh mereka sedang asyik sendiri.
Akashi Shiori turun dari mobil BMW silver-nya. Tidak ada yang membukakan pagar. Kejam sekali. Pagar dibuka, Shiori melenggang masuk sementara mobilnya diparkirkan oleh sang supir.
"Tet-chan~, Baa-chan datang~" Shiori memanggil bocah kesayangannya.
Tidak ada jawaban. Shiori mengerutkan dahi. "Are? Kenapa sepi begini?"
"Shuuzou? Chihiro? Seijuurou?" sekarang Shiori memanggil anak-anaknya.
Masih tidak ada jawaban. Ah sudahlah, langsung masuk saja.
Shiori melenggang masuk tanpa mengetuk dulu. Kepalanya celingukan. Samar-samar ia mendengar suara. Dari arah ruang tamu hm, oke. Shiori bergegas kesana. Takut Tet-chan-nya diapa-apakan oleh ketiga anaknya.
Sret…
Pintu ruang tamu dibuka. Pemandangan yang wow namun agak ambigu tersuguh di depan mata merah delima.
Tetsuya yang duduk dipangkuan Shuuzou, lalu Chihiro yang membacakan sebuah buku disebelah kiri Tetsuya, dan Seijuurou yang duduk di kanan Tetsuya, dengan tangan yang tidak berhenti mencubit atau menusuk-nusuk pipi gembul si biru.
Oh Tuhan, andai Shiori bukan dari keluarga ningrat, dirinya ingin sekali berteriak ala cabe-cabean.
.
"Baa-chan kenapa lama sekali?" Tetsuya merajuk dipangkuan Shiori. Iya, sekarang Tetsuya sudah dialihkan pada pangkuan Shiori. Takutnya Shuuzou kelepasan melakukan sesuanu.
"Hmm… gomen, gomen. Tapi mobil Baa-chan mogok. Jadinya agak lama," Shiori mengeluarkan jurus andalannya – senyum malaikat. "Tapi Nii-san tachi sudah datang duluan kan tadi? Apa Tet-chan senang?"
Trio beda warna rambut sweatdrop berjamaah. Sementara Tetsuya memiringkan kepalanya, polos.
"Nii-san tachi? Maksud Baa-chan paman-paman yang menyeramkan ini?" Tetsuya menunjuk satu persatu yang dimaksud. Shuuzou, lalu Chihiro, dan berakhir di Seijuurou.
Ketiganya sweatdrop lagi.
"Tetsuya, bukankah kita ini sudah berteman tadi? Dan berhenti memanggil kami paman." Seijuurou kembali tersenyum – menyeringai – yang membuat Tetsuya bergidik.
"T-takut," si biru bersembunyi dipelukan Shiori.
Shiori menepuk-nepuk punggung Tetsuya, menenangkan. "Tet-chan tidak perlu takut. Mereka semua baik kok. Dan mulai sekarang akan menjadi teman-teman Tetsuya disini."
Tetsuya mendongakan kepalanya. Manik biru lautnya menatap langsung pada delima milik Shiori. "Benarkah? Tapi mereka tadi masuk seenaknya, seperti maling. Dan paman rambut merah itu wajahnya seperti mau memakan Tetsuya." Telunjuk putih Tetsuya kembali terarah pada Seijuurou. Malang sekali kau nak.
Shiori menggeleng pelan. "Mereka tadi hanya kebingungan. Tapi sekarang sudah tidak apa-apa." Tetsuya diturunkan dari pangkuan Shiori.
"Nah… sekarang lebih baik Tet-chan pergi ke kamar, ganti bajumu dengan yang biasa." Titah Shiori.
Kepala si biru miring ke kanan, matanya menatap bingung pada Shiori. "Kenapa harus diganti, Baa-chan?" begitu tanyanya.
"Etto… baju itu punya Okaa-san, kan? Kenapa dipakai Tet-chan? Itu kebesaran sayang, nanti kamu bisa masuk angin." Shiori mengusap pelan rambut Tetsuya.
"Tidak mau," kepala bermahkota biru itu menggeleng. "Tetsuya rindu Okaa-san, jadi Tetsuya pakai bajunya supaya tidak rindu." Mata itu mulai berkaca lagi.
Wah, gawat…
"B-baiklah, baiklah. Tet-chan jangan menangis. Tidak apa-apa, tidak usah diganti." Shiori mengusap pipi gembul Tetsuya.
Ah, gagal. Padahal Shiori berniat mulia. Iya, lihat saja mata anak-anaknya yang sedari tadi jelalatan memandangi tubuh indah Tetsuya-nya.
.
DUG! BRAAK! BUK!
Suara gaduh di lantai atas – kamar Tetsuya – tak lepas dari pendengaran Shiori. Dasar anak-anak puber, bawaannya ribut saja.
Eits, jangan suudzon dulu. Mari kita intip apa yang sedang mereka lakukan diatas.
DUG!
"Argh!"
Tas dilempar. Tepat di wajah Shuuzou.
"Kau tidur dikamar sebelah saja, Shuuzou. Biar aku yang tidur dengan Tetsuya." Si setan merah ini kurang sopan santun sepertinya. Sudah melempar tas sembarangan pada Shuuzou – yang notabene lebih tua darinya, sekarang mengklaim tangan kiri Tetsuya seenaknya.
"Sei-nii, tidak boleh melempar barang seperti itu." Si biru berusaha berkicau.
Tidak didengarkan.
BRAAK!
Chihiro bangkit dari tumpukan futon. Yang sengaja dikuburkan pada dirinya oleh Shuuzou.
"Siapa yang bilang Tetsuya tidur denganmu heh? Anak kecil tidur dengan mamanya saja." Sekarang tangan kanan Tetsuya diklaim oleh Chihiro.
BUK!
Kepala Seijuurou dan Chihirou digetok oleh Koran – yang entah didapat dari mana – oleh Shuuzou.
"Adik-adik sialan, seharusnya kalian tidak boleh membangkak pada onii-san." Seringaian muncul secara cuma-cuma. Mode syaitonnya sudah keluar ternyata.
"Sakit Shuuzou si – "
Grep…
Ketiga tubuh kekar itu dipeluk bersamaan. Dan pelakunya adalah anak ayam biru yang sedari tadi diabaikan.
"Um… Sei-nii, Chihiro-nii, Shuuzou-nii, tidak boleh bertengkar. Kita semua bisa tidur bersamaan'kan?" senyum malaikat milik Tetsuya keluar. Walau tercampur dengan wajah datarnya.
Trio macan, eh trio beda warna rambut mematung. Tidak bisa berucap apa-apa lagi. Hanya bisa mengangguk jika sang dewi sudah bertitah.
.
Dan tidur malam ini pun berakhir dengan keempatnya yang tidur berdesak-desak, yang bahkan masih bisa bermodus ria di dalam tidurnya.
TBC/?
Author Notes~
Hola para pembaca~ perkenalkan saya Moccizushi, author bau kencur di ffn ^_^")/
Maafkan saya yang sudah publish ff gaje nan membingungkan ini hiks. Maklum masih baru. Tapi apa daya, saya udah gak kuat untuk mencurahkan isi otak saya yang penuh khayalan ini. Dan jadilah ffn ini sebagai korban muehehehe
Dan masalah judul… jujur saya selalu bunting jika mikirin buat judul. Jadi seadanya aja. Entah nyambung atau nggak TwT
Jadi mohon jangan bully saya yak DX kalau mau review, fav, follow, dan sebagainya sih gpp X'D /ngarep
Sekian dari saya
Mocci
