Kuroko no Basuke (c) Fujimaki Tadatoshi

Abnormal Relationship by atsuki aichann

Warning : OOC, typo(s), semi-AU, humor krenyes, bahasa amburadul, benih shounen-ai nista

Enjoy reading minna!

.

.

.


Ukh akhirnya hari ini sekolah juga. Udah berapa lama ya gue gak sekolah? Liburan panjang pasti bikin otak gue yang udah tumpul jadi makin tumpul aja. Yah, tapi liburan ada hikmahnya juga sih.

Astaga apa-apaan ini sekolah ramenya?! Masa ibu tega masukin gue ke sekolah yang segini sesaknya? Gak kasian apa sama gue? Gue, cewek 15 tahun yang baru aja masuk SMA harus menghadapi orang segini banyaknya?

Kayaknya gue harus siap-siap untuk jadi murid pendiam yang cupu maksimal.

Ya udahlah, daripada gue ngedumel mulu, mendingan gue jalan ke aula aja. Moga aja upacaranya kagak lama-lama amat.

Ngomong-ngomong, ini sekolah banyak cowoknya ya. Kayaknya gue harus berterima kasih ke ibu gue yang udah daftarin gue ke sekolah penuh bishounen ini.

"Sebagai siswa yang mewakili seluruh siswa baru, kuharap kita bisa menjalani waktu belajar yang nyaman."

Anjir itu siapa yang berdiri di podium? Maji ikemen kampret. Mana matanya beda sebelah gitu, makin keren aja dia. Hmm... Mukanya sih seme, tapi badannya cebol amat, kayak badan uke. Ah bikin gue labil aja.

Ehem, gue belum bilang ya kalo gue ini salah satu spesies fujoshi laknat. Lebih tepatnya sih hikkikomori otaku fujoshi. Komplit banget kan ya. Gak tau deh apa yang bikin gue masuk level paling nista yang pernah ada.

Selama libur, kerjaan gue cuma nongkrong di depan laptop. Mandi kalo gue gak mager, makan kalo gue udah sakaratul maut, dan tidur kalo mata gue udah 5 watt. Intinya, liburan gue bener-bener gak ada artinya.

Perasaan gue baru-baru aja tergila-gila sama laptop, tapi kenapa kacamata gue udah lebih tebel dari ensiklopedi? Rambut gue juga udah menjuntai kemana-mana (salahin gue yang males level extreme untuk pergi ke salon). Pokoknya gue bener-bener tipe anak cupu yang bakal dijadiin kacung selama tiga tahun sekolah.

Tapi, sori aja, gue masih cukup waras untuk gak pasrah dibully sama cewek-cewek najis yang ngejar-ngejar cowok ganteng padahal cowoknya homo.

Tunggu, lupain aja apa yang gue bilang tadi.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

Hah? Siapa yang ngomong? Kok perasaan—

Buset ada seme ganteng di depan gue.

"H-hah?" Kampret ini kenapa tinggal gue yang ada di aula—"O-oh, upacaranya udah selesai?"

Apa-apaan? Kenapa lo ngasih gue tatapan seolah-olah gue cewek penggemar jeruk makan jeruk?

Eh, gue kan emang penggemar homo.

"Sejak 5 menit yang lalu."

Hah? Jadi gue berdiri sendirian dengan muka bego selama 5 menit?

Si seme ganteng berbalik dan berjalan ke arah pintu aula. "Yang lain sudah memasuki kelas masing-masing. Sebaiknya kau juga masuk sebelum terlambat."

Eh-woi! Jangan pergi dulu woi seme ganteng!

"Tu-tunggu!" Astaga kenapa gue narik tangannya. Bunuh gue sekarang bunuh gue.

Dasar bego, sekarang dia ngeliatin gue. Apa yang harus gue omongin astaga.

"Si-siapa namamu?"

Mata beda warnanya menatapku aneh, alisnya terangkat sebelah. "Selama upacara tadi, apa saja yang kau pikirkan sampai tidak tau namaku?"

Tawa terpaksa kukeluarkan. "Ehehe, aku hanya terlalu gugup berada di sekolah baru."

"Namaku Akashi Seijuurou, jangan sampai kau bertanya itu lagi."

Anjir nada suaranya dingin amat. Gue sampe gak bisa gerak apalagi ngejawab. Kepala gue ngangguk dengan dodolnya tanpa perintah dari otak gue.

Itu cowok yandere ato gimana?

.

.

.

Jadi ini kelas baru gue? Kira-kira gimana ya anak-anaknya? Ya semoga aja gue bisa dapetin paling enggak satu teman disini.

Masuk satu langkah, mata gue udah jelalatan nyari cowok-cowok ganteng. Dasar mata nista.

Tunggu, apa itu pink-pink yang ada boing-boingnya?

Itu kan...

"Satsuki?!"

Cewek yang dari tadi gue pelototin berbalik, dan bener dugaan gue. Dia Satsuki, teman se-patrick-spongebob gue dari jaman orok.

"(Fn)-chan?!"

Belum sempat gue dadahin tangan heboh, badan gue udah diterjang sama Satsuki.

"O-oi Satsuki, bolamu bikin nyesek nih."

Mendengar kata-kata nista gue, buru-buru Satsuki melepas pelukannya. "(Fn)-chan untung banget kita satu sekolah lagi."

Gue bales nyengir dia. "Iya nih, aku jadi gak perlu ngabisin masa SMA-ku sendirian."

Dia ngeliatin gue dari atas ke bawah. "(Fn)-chan kacamatamu kok kayaknya tambah tebal ya?"

"Gak tau juga, padahal umur gue belum bau tanah."

Satsuki ketawa unyu. "Pasti gara-gara main laptop terus ya? Kan sudah kubilang—"

Haish ini Satsuki baru juga masuk udah main ceramah aja. "Iya iya. Udah ya aku mau duduk dulu." Dan dengan itu gue melengos pergi ninggalin Satsuki yang masih pasang muka masam.

Nyampe tempat duduk, gue ngeliat ada cowok rambut biru di sebelah gue lagi baca buku.

Njir mukanya uke maksimal.

"Selamat pagi."

Dasar mulut bego kenapa lo main ngomong aja hah?! Si cowok unyu jadi nengok ke arah gue kan. Gue harus ngomong apa coba ya ampun.

"Selamat pagi."

Aduh bahkan suaranya juga unyu.

Gue nampar diri gue sendiri dalam hati, mencoba melepaskan diri dari pesona uke cowok ini. "Pa-pagi yang cerah ya..."

Belum ada 2 detik setelah gue ngomong itu, suara hujan deras nyambar telinga gue. Buset gue dikerjain sama hujan.

Si cowok unyu mengangguk. "Ya, tadinya."

Gue pasti keliatan bego banget di mata dia. Bibir gue dengan sendirinya membentuk senyum kaku yang menurut gue jeleknya setengah mampus, keringat dingin ngalir di dahi gue. Kenapa coba kebiasaan gue kalo gugup harus jelek begini?

"Na-namamu siapa?"

Mata yang gue kira hamparan langit itu berkedip dua kali. "Kuroko Tetsuya."

Sekali lagi gue ketawa garing. Dia masih ngeliatin gue.

Ketawa lagi.

Dia masih ngeliatin.

Kampret ini canggung banget. "A—"

"Sepertinya bel sudah berbunyi. Sebaiknya (Ln)-san meletakkan tas dulu."

Gue cuma bisa ngangguk dan duduk secepat mungkin, berharap kejadian dodol tadi segera hilang dari kepala gue.

Pintu kelas terbuka, menampakkan sesosok guru. Murid-murid berhamburan menuju kursi masing-masing. Ini pertama kalinya gue belajar setelah sekian lama. Semoga gue gak tambah bego. Semoga.

.

.

.

"(Fn)-chan, sudah memutuskan mau ikut ekskul apa?" Tanya Satsuki yang duduk di depan gue.

Sekarang istirahat, gue dan Satsuki makan bareng di kelas. Gue menggeleng pelan. "Belum. Satsuki sendiri?"

Dia tertawa pelan. "Kayaknya aku bakal jadi manager tim basket lagi."

Gue mendengus. "Kamu suka banget sama basket. Kenapa gak ikut tim basket cewek aja?"

"Aku gak suka ngeliat cewek main basket, kurang seru. Makanya aku jadi manager tim basket cowok."

Gue cuma menggumam pelan sambil lanjut makan bekal gue.

Di sela ocehan panjang Satsuki, gue bisa denger suara nyaring dari pintu kelas. "Kurokocchi, ayo kita kumpul!"

Gue noleh, dan ada bidadara pirang memamerkan senyum secerah mentari.

Njir senyumnya bikin silau.

Kuroko mengalihkan pandangannya dari bukunya dan balas menatap si pirang. "Tenang sedikit, Kise-kun."

Si pirang manyun unyu. Dengan langkah yang dibuat nyaring ia menghampiri meja Kuroko. "Kurokocchi jahat ssu!"

Kuroko terus natap dia datar, membuat si pirang terus merengek manja.

Omg jangan-jangan si pirang ini semenya Kuroko.

Di tengah pikiran gue yang mulai kemana-mana, sebuah suara berat kembali masuk telinga gue. "Oi Kise, lama sekali kau."

Di pintu, seorang cowok berkulit hitam sedang berdiri sambil bersender di pintu. Kampret dia seksi.

"Kurokocchi tidak mau diajak cepat." Lapor si pirang—yang kayaknya namanya Kise—pada si redup sambil mengguncang pundak cowok yang diajaknya ngomong, meminta perhatian.

"Kau memang payah Kise." Si redup menyeringai.

Kise menggembungkan pipinya kesal, tangannya melingkar di bahu si redup dengan manja.

Tuhan ujian macam apa ini. Kokoro gue gak kuat.

Tiba-tiba, sebuah tangan mencolek lenganku. Gue noleh dan ngeliat Kuroko berdiri di sampingku. "(Ln)-san, aku pergi dulu." Ucapnya sambil mengangguk.

Aduh mulut gue gak bisa gerak. Dengan terpaksa gue cuma nganggukin kepala. Njir gue pasti cupu abis.

"Eh? Ini teman baru Kurokocchi?" Kise menatapku berbinar.

Kuroko segera menghalangi Kise untuk deketin gue. "Kise-kun, tolong jangan mengganggu (Ln)-san."

Kise manyun lagi. "Aku kan ingin berkenalan dengannya."

Si redup mendecakkan lidah. "Oi Tetsu, cepat bawa Kise pergi. Kita bisa dimarahi Akashi kalau telat."

"Aomine-kun benar juga." Kuroko langsung menarik kerah baju Kise.

Kise yang diseret Kuroko, melambaikan tangannya heboh ke arah gue. "Namaku Kise Ryouta ssu! Sampai ketemu lagi!"

Gue cuma bisa cengo ngeliat dia pergi bareng Kuroko dan si redup. Setelah beberapa lama bengong, akhirnya gue sadar akan sesuatu. Sebuah pertanyaan penting terlintas di otak gue.

Kise itu semenya Kuroko atau ukenya si redup sih? Atau jangan-jangan mereka threesome lagi?! Aduh—

"(Fn)-chan!"

"E-eh? Kenapa Satsuki?"

Pas gue noleh ke arah Satsuki, dia udah masang muka cemberut.

"Kamu gak dengerin aku ya?"

Gue ketawa garing. "Bisa diulangin ceritanya?"

Satsuki makin cemberut. "Tuh kan. (Fn)-chan ngeliatin apa sih dari tadi?"

"Tiga cowok yang tadi. Kamu tau mereka?"

"Mereka anggota osis yang baru saja dipilih tadi pagi. Kenapa?"

"E-eh, enggak sih."

"Jangan-jangan (Fn)-chan naksir salah satu dari mereka ya?" Tanya Satsuki sambil tersenyum menggoda.

Gue keselek makanan gue. "Enggak mungkin!"

"Beneran~?"

"Beneran deh." Gue masang muka serius. "Cuma mikir, kayaknya mereka bertiga cocok dihomoin."

Satsuki ikut masang muka serius. "(Fn)-chan juga mikir begitu?"

Gue menggebrak meja dengan berapi-api. "Jelas dong! Mereka itu keliatan banget homonya!"

Mata Satsuki berkilat. "Kayaknya di sekolah ini banyak bahan buat doujin."

Tawa nista keluar dari mulut gue. "Bener juga."

Oh iya, gue belum bilang soal ini ya. Satsuki itu juga fujoshi seperguruan gue. Kita itu bagaikan Duo Fujoshi nista yang hobi menghomokan para lelaki tak berdosa.

Belum sempat gue dan Satsuki ngelanjutin rumpi nista ala fujo, bel masuk udah berbunyi. Satsuki buru-buru balik ke tempatnya.

Gak lama, guru masuk. Gue gak bisa konsen sama sekali. Pikiran gue terus berkisar pada cowok-cowok yang berpotensi untuk dihomokan dan pundi-pundi uang yang akan dihasilkan doujin gue nanti.

Ah sekolah ini indah banget. Gue gak nyesel masuk sini. Sekarang yang paling penting, gue harus bisa kenal paling enggak satu cowok ganteng.

.

.

.

Gak terasa, bel pulang udah bunyi. Dengan terpaksa gue pulang sendiri karena Satsuki harus ngurus surat masuknya ke klub basket.

Ah belum terlalu sore. Kayaknya mendingan gue keliling sekolah dulu aja deh, sekalian perkenalan ke ruang-ruangnya.

Lorong demi lorong gue lewati. Udah banyak ruangan yang gue liat. Dan sekarang gue berdiri di depan pintu kayu di ujung lorong lantai 3. Ini pintu kayaknya misterius banget. Gue intip dikit gak papa kali ya.

Dengan gaya khas maling jemuran handal, gue coba ngintip ke lubang kuncinya.

Kayaknya ini sejenis ruang rapat deh. Ada meja panjang dan kursi berjejer. Eh? Ada orang ya di dalam sini? Gue denger ada beberapa orang lagi ngobrol, tapi gue gak bisa liat wujudnya.

Tiba-tiba, pintu itu kebuka. Gue yang nemplok di situ, pastinya nyungsep masuk ke dalam itu ruangan. Sial gue ketahuan ngintip.

"Pas sekali. Kau akan menjadi anggota osis yang baru."

Eh ada suara. Kira-kira ngomong ke siapa ya?

"Oi, kau mendengarkanku?"

Gue ngeliat ke atas, dan cowok berambut hijau lagi ngeliatin gue.

"Ya?" Kampret ini mulut cuma bisa bilang itu doang ya.

"Kubilang, kau akan menjadi anggota osis yang baru."

Gue, nungging dengan muka jelek maksimal, melototin si cowok hijau dengan syok berat.

"A-apa? Aku?"

"Tentu saja kau. Apa ada orang lain di sini?"

Anjir gue disuruh masuk osis? No way! Gue paling males disuruh ikut organisasi sok sibuk kayak gitu.

Gue cepat-cepat berdiri. "Ta-tapi kenapa? Aku hanya sekedar lewat!"

"Kami sedang kekurangan orang dan harus menemukannya secepat mungkin. Maka dari itu kau kami rekrut nanodayo." Si cowok hijau menaikkan kacamatanya.

"Aku tidak mau! Lagipula aku tidak bisa apa-apa." Ah kampret kenapa alasan yang lewat di otak gue dodol gitu sih. Gue jadi keliatan gak guna banget kan.

Btw ini cowok ganteng juga. Ah ber-megane lagi.

Si cowok hijau mendecak pelan. "Tapi—"

"Dilihat dari caramu jatuh tadi, tidak mungkn kau hanya melewati tempat ini. Kau pasti mengintip dari balik pintu kan?"

Wanjrit gue ketahuan? Tunggu, kayaknya gue baru aja denger ini suara.

"Kita bertemu lagi, (Ln)."

Tuh kan gue bener! Ternyata si Akashi. Kalo dia ada di sini, berarti dia anak osis juga dong?

Gue gelapan panik. "Te-tentu saja tidak! A-aku benar-benar hanya lewat tempat ini kok!"

Akashi natap gue tajam. "Cara berbohong yang buruk."

Aduh gue ketahuan bohong. Gue udah gak punya alasan lagi. Gue gak bisa kabur. Gue mampus—

"Aku akan memaafkan tindakanmu, tapi dengan satu syarat."

Aduh gue merinding dia ngomong dengan suara yang dingin begitu.

"Apa itu?"

"Kau harus menjadi anggota osis."

Kali ini, mata gue bener-bener melotot.

"Sudah kubilang aku tidak mau!"

"Shintarou, masukkan namanya ke dalam daftar anggota osis."

Si cowok hijau mengangguk singkat. "Baik."

"Hei, dengarkan aku!"

"Ada apa ini ribut-ribut?" Sebuah suara berat menginterupsi debat gue dengan Akashi.

Gue noleh, dan surga ada tepat di depan mata gue.

Si cowok redup, Kise, Kuroko, dan satu cowok ungu segede titan berdiri sambil ngeliatin gue.

"Kuroko?! Kise?! Kalian anggota osis?!"

Kuroko ngangguk singkat sementara Kise tersenyum cerah. "(Ln)cchi juga ikut osis?"

Mata gue ngelirik ke sekeliling. Sebenernya ini osis apa boyband homo?

Spontan, gue ngangguk. "Iya."


.

TBC

.


Yo, ketemu sama author ini lagi hehe

Btw ini chapter pertama saya yang wordsnya lebih dari 2k *nangis haru*

Untuk info, 'Gue' yang ada di sini boleh dianggap sebagai reader-san ataupun OC milik pribadi

Saya sendiri juga sebenernya bingung. Mau dibikin OC, tapi saya gak suka fanfic ber-OC. mau dibikin readers, tapi karakternya kelewat nista. jadi terserah pada readers saja lah

Kalo saya sendiri sih, ini seperti fanfic hasil imajinasi nista saya kalau saya ada di dunia kurobasu

Demi tuhan saya bingung genre ya ampun. gak ada apa ya genre nista? *tiduran*

Ya udahlah, sekian dari saya. The last, review please?

Sign,

atsuki aichann