Story By: Rue Sawatari
Disclaimer: Kazuki Takahashi & Naohito Miyoshi
Rate: T
Genre: Romance, Family, Poetry.
Warning: Typo, some mistakes EYD, AU, Twincest, Sho-Ai, Fanon.
A/N: Fictogemino by me~ Challenge kelar~
Pairing: HUANCOL! KURO-TAN X YUUYA~! XD
xXx
Mahkota Bunga
xXx
.
.
.
Mahkota yang terakhir.
Mahkota terakhir telah gugur, menimbulkan suara percikan air yang terdengar nyaring pada malam yang sunyi ini. Namun tidak mengganggu lelapnya Sang Putri.
Mahkota kesembilan belas.
Sang pria mengawasinya di malam yang sunyi, mengawasi Sang Putri Tidur yang tengah tertidur dengan lelapnya.
Mahkota kedelapan belas.
Bisakah kau melihat sosoknya yang misterius? Sosoknya yang tersembunyi di balik bayangan kegelapan malam. Tidak, ialah yang sengaja menyembunyikan diri.
Mahkota ketujuh belas.
Sang Putri yang berada di dalam tempat tidur, sama sekali tidak merasakan kehadiran seseorang di balik pintu kamarnya. Ia terlalu sibuk merajut mimpi.
Mahkota keenam belas.
Suasana lampu begitu ramai, tapi entah kenapa tidak ada suara di sekeliling rumah. Seolah malam memang sengaja memberikan kesunyian, walau hanya untuk semalam. Ya, hanya untuk semalam.
Mahkota kelima belas.
Jendela kamar terbuka lebar, namun kain gorden yang tipis masih setia menutupi sebagian kamar. Entah kenapa tidak ada lagi hembusan angin malam yang tadinya terasa dingin.
Mahkota keempat belas.
Sungguh indahnya sosoknya, walau hanya dengan bantuan sinar pantulan rembulan yang tipis dan sinar lampu. Itu sudah lebih dari cukup untuk menunjukkan wajah Sang Putri.
Mahkota ketiga belas.
Ia ingin menghampirinya, mendekatinya, berada di sisinya ...
Mahkota kedua belas.
Ia tidak ingin menjauhinya, meninggalkannya, pergi darinya ...
Mahkota kesebelas.
Akankah roda takdir memberinya kesempatan terakhir walau hanya beberapa detik? Ia ingin aliran waktu berhenti, ia ingin aliran waktu berputar ke belakang, ia tak ingin aliran waktu terus berjalan.
Mahkota kesepuluh.
Sakit, ia merasakan sakit yang amat sangat. Sakit melihat wajahnya yang elok, bersih tanpa noda, sama seperti dulu. Sayangnya, waktu tetap berjalan.
Mahkota kesembilan.
Ia kembali menggoyangkan setangkai bunga di tangannya, membuat mahkotanya kembali berguguran. Dapatkah takdir memberinya kesempatan memberikan setangkai bunga ini padanya? Walau hanya satu kali, sekali seumur hidup.
Mahkota kedelapan.
... helaian benang-benang hijau daun yang menjadi mahkota alaminya bergerak perlahan, bergerak mengikuti angin malam yang berhembus pelan, namun tetap membawa hawa dingin.
Mahkota ketujuh.
Sungguh cantik, sayang ia tak dapat melihat kerlipan kristal merah Sang Putri. Atau senyuman manisnya. Sekali lagi ...
Mahkota keenam.
Ia kembali memperhatikan wajahnya dengan seksama, mengingat wajahnya, menyimpannya dalam ingatannya.
Mahkota kelima.
Angin malam berhembus kembali, cukup kencang untuk mengibarkan jubah hitamnya dan menerpa rambutnya yang berwarna hitam, hampir membuat poninya tidak bisa menutupi wajahnya. Untunglah ia selalu memakai masker.
Mahkota ke-empat.
Ia menutup kedua matanya dan menajamkan indera pendengarannya, mendengarkan suara dengkuran kecilnya, nyaris tidak terdengar, untunglah malam ini sangat sepi. Hanya inilah suaranya yang bisa didengar.
Mahkota ke-tiga.
Helaian benang-benang hijau daun bergerak mengikuti angin malam yang berhembus pelan.
Mahkota ke-dua.
Ia kembali memandang sosoknya, penampilannya, wajahnya yang cantik.
Mahkota pertama.
Mahkota bunga, telah berguguran. Gugur dengan gerakan ringan, mengikuti arah angin. Hingga mendarat di genangan air di balkon kamar Sang Putri.
The End.
A/N: Selesai? Tentu tidak, coba baca lagi, kali ini dari bawah.
