"Berhentilah merokok, Tae."

Taehyung hanya melempar lirikan sekilas pada kawannya itu, lalu kembali memandang lurus pada jalanan yang ramai. Seharusnya dia sedang sendirian di atas balkon rumahnya sekarang, tapi tahu-tahu saja Jimin datang dan menginterupsi. Jadi dia mengeluarkan sebatang lagi, seolah ingin menunjukkan pada Jimin kalau kehadirannya saat ini tidak akan mengubah apapun.

Sementara itu Jimin hanya menghela napas berat, berjalan mendekati Taehyung dan duduk tepat di sebelahnya. Taehyung masih bergeming, dan Jimin benar-benar benci diperlakukan seolah-olah dia transparan. "Kalau begitu berikan aku satu."

Setelah beberapa detik, perhatian Taehyung akhirnya berhasil terebut. Ia memandang Jimin bingung dengan keadaan kedua alis tertaut. "Untuk?"

"Mana aku tahu? Aku cuma pingin ikutan merokok."

"Tidak, tidak." Taehyung buru-buru memasukkan bungkus rokoknya ke dalam saku celana. "Kamu tidak bisa merokok cuma gara-gara kamu pingin, Jim."

"Memangnya kenapa tidak bisa? Apapun alasannya 'kan tetap saja namanya merokok. Sama-sama menghirup nikotin, sama-sama mati."

Taehyung mendesis kala ia mendengar kata 'mati' terlontar. Oh, ayolah, sesekali 'kan tidak apa-apa?

"Satu batang rokok merebut 12 menit waktu hidupmu, Tae—kalau-kalau kamu belum pernah mendengar info ini."

"Aku tahu," Taehyung mendengus kesal. Ia bukannya tidak tahu soal info itu, hanya saja... "aku cuma sedang ingin melupakan beberapa hal, masa tidak boleh? Lagian kalaupun 12 menit dalam hidupku diambil gara-gara sebatang rokok, rasanya juga tidak rugi-rugi amat."

"Kamu gila ya—" Jimin memandangnya tak percaya, "dua belas menit, Taehyung. Demi Tuhan, dua belas menit! Kita bisa nonton setengah episode Gravity Falls dengan dua belas menit!"

"Aku sudah tidak suka Gravity Falls."

Tentu saja bohong, mana bisa Taehyung berhenti menyukai film yang merupakan favoritnya bersama Jimin itu? Tapi tampaknya Jimin percaya ucapannya, terlihat dari helaan napas kecewa yang ia keluarkan.

"Tapi 'kan tetap saja... kita bisa menghabiskan waktu dua belas menit bersama-sama, walaupun bukan dengan nonton Gravity Falls."

Mereka berdua sama-sama terdiam selepas Jimin menyelesaikan kalimatnya. Taehyung jadi memikirkan 24 menitnya yang sudah ia korbankan tadi. Ugh, sial, kalau dipikir-pikir lagi 24 menit itu cukup untuk mendengar satu mini album girlgroup favoritnya, juga cukup untuk tidur siang setelah kelelahan beres-beres rumah, cukup untuk menelepon Jimin sampai ngantuk sebelum tidur, cukup untuk menertawakan beberapa bab komik konyol milik Jimin, cukup untuk—oke, Taehyung benar-benar menyesal sekarang. Ia menjatuhkan rokoknya lantas menginjak-injaknya sampai hancur. Di sisi lain, Jimin hanya bisa menonton aksi kawannya itu dengan bingung.

"Sudah, aku menyesal. Maaf, oke?"

"Untuk..?"

"Kamu tahu—untuk merokok. Tidak seharusnya aku buang-buang dua belas menit waktu bermain kita."

Senyum cerah langsung terbit di wajah Jimin saat itu juga, menyebabkan kedua matanya berubah bentuk jadi dua bulan sabit kecil (yang mana Taehyung pikir benar-benar manis). "Begitu, dong! Sudah ah, masih ada banyak cara lain buat 'melupakan beberapa hal' ala Park Jimin, dan tentu saja merokok sama sekali tidak masuk daftar." Jimin melingkarkan lengannya di leher Taehyung dengan santai dan menariknya masuk ke dalam rumah. Taehyung sedikit memberontak, tapi toh Jimin tidak akan terlalu peduli; karena mereka harus segera menggantikan beberapa dua belas menit yang sudah Taehyung buang saat ini juga.