Jihoon baru saja melangkahkan kakinya keluar dari kelas dengan tas yang bertengger manis di bahu kanannya saat seseorang tiba-tiba menarik salah satu pergelangan tangannya dan membawa tubuh mungilnya ke dalam pelukan.

Ketika tangannya ditarik, sebenarnya, Jihoon sudah ingin mendamprat orang tidak tahu etika yang menjadi tersangka ini. Namun, setelah berada di dalam rengkuhan sang pemuda, dengan aroma maskulin yang menguar dari tubuhnya, Jihoon menutup rapat-rapat kedua belah bibirnya dan menikmati pelukan dari Soonyoung, kekasih hatinya.

"Halo, cantik. Sudah selesai kelasnya? Lapar, ga? Mau makan?" tanya Soonyoung kepada Jihoon yang memejamkan matanya seraya menenggelamkan wajahnya di dada bidangnya. Kemudian memberi sebuah kecupan di pucuk kepala sang gadis dengan lembut.

Jihoon mengalihkan perhatiannya yang semula berpusat pada aroma tubuh Soonyoung yang sangat disukainya kepada pemilik aroma tubuh itu sendiri, menunjukkan senyum kecil dengan kedua lesung pipitnya yang timbul dan menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Soonyoung. "Aku engga lapar, Star. Memang kamu lapar makanya tanya aku lapar atau engga?"

Soonyoung yang gemas dengan gadisnya langsung mencubit hidung kecilnya dan terkekeh kecil saat gadisnya merengut dengan bibir bawahnya yang Ia majukan beberapa centi. "Lucu kamu. Aku suka. Hehe," dan semakin mengeratkan dekapannya kepada tubuh Jihoon. "Dan, yah, sedikit sih. Menurutmu bagus aku makan atau engga?"

Jemari lentiknya menarik sebagian pipi pemudanya sambil menunjukkan wajah khawatir, yang lagi-lagi terlihat menggemaskan untuk Soonyoung. Oh ayolah, Jihoon itu gadis mungilnya yang seperti kucing yang sangat menggemaskan dan Soonyoung sayangi. Jadi, mau bagaimanapun, Jihoon tetap akan terlihat menggemaskan untuk Soonyoung.

Setelah melepas cubitan di pipi Soonyoung, Jihoon mulai menjadi pacar yang cerewet. "Star, 'kan aku sudah pernah bilang, kalau lapar ya harus makan!" Satu pukulan yang tidak terlalu keras mendarat di lengan berbalut jaket hitam Soonyoung. "Kesehatanmu itu penting. Aku ga mau repot urus kamu kalau kamu sakit lagi dan penyebabnya karena kurang makan atau malah terlambat makan, jelek."

Sang pemuda dengan surai abu-abunya hanya cengar-cengir mendengar omelan gadisnya. "Iya, sayangku, cintaku, manisku, kucingku, maduku, Jihoonieku, semua-semuanyaku, aku ga akan sakit lagi deh biar kamu ga repot," mendaratkan sebuah kecupan ringan di ujung hidung kecil Jihoon, lalu menautkan jemarinya dengan jemari sang gadis, tangannya yang bebas merapihkan helaian coklat muda milik Jihoon yang berantakan. Rambut sebahu Jihoon terlihat pas dengannya.

"Jadi, temani aku makan, ya?"

fin.

Halo! Aku lupa kapan terakhir kali aku nulis fic, terlebih lagi GS begini. Tapi karena aku lagi butuh asupan SoonHoon, dan menurutku kalau mereka GS itu lucu, jadilah short fic ini, atau apalah namanya itu, aku lupa. Dan untuk percakapannya yang dalam bahasa non baku, itu karena aku lebih suka yang begitu. Gimana ya? Lucunya lebih kena. Heheh. Segitu aja deh curhatnya. Kalau bisa nanti aku buat fic lagi, kalau ada yang mau baca, sih. Review sangat aku apresiasi, lho. See you later!