Baby's Breath

Main characters : Levi, Eren

Rating : T for war and violence scenes

Genre : Drama, Angst

Disclaimer : all characters belong to Isayama-sensei

Warning : OOC, typos, don't like don't read!


Sebuah mobil lapis baja memasuki kota Shigansina siang itu. Putaran roda dan deru mesinnya terdengar jelas siapa saja yang berada di dekatnya. Kehadiannya menarik perhatian warga sekitar, terutama anak-anak yang sedang bermain di jalanan. Ada yang suka dengan mobil besar itu. Kadang mereka meminta pada pengemudinya untuk mengajak mereka naik di dalamnya. Namun ada pula yang tidak suka dan dianggap pengganggu. Tidak heran jika mereka kadang suka melemparinya dengan batu.

Kota padat penduduk ini sedang dilanda konflik tiada akhir. Sekelompok orang bersenjata yang mengaku sebagai kelompok anti-pemerintah mulai menebar teror. Mereka sedang berupaya untuk menggulingkan pemimpin negeri ini yang sudah beberapa tahun tidak tergantikan. Mereka menginginkan reformasi dan pembaharuan, tetapi pemerintah yang sekarang masih ingin tetap bertahan. Tidak sedikit orang yang mendukungnya, tetapi tidak sedikit pula yang menentang. Sekelompok orang ini mengancam akan terus menebar teror di mana saja jika pemerintah tidak juga turun dari kursi kekuasaan di negeri ini.

Demi menjaga keamanan dan kenyamanan masyarakat, beberapa personil tentara diturunkan di beberapa daerah. Shigansina menjadi salah satu kota yang paling rawan karena dekat dengan pusat pemerintahan. Setiap pagi dan sore, para tentara tersebut bergantian melakukan penjagaan dan pengawasan. Awal-awal mereka diturunkan, para warga sedikit takut. Tetapi selang sebulan pengamanan dilakukan, aktifitas mereka pun tetap berjalan seperti biasa. Anak-anak pergi sekolah, para petani pergi ke sawah, para pedagang tetap berjualan di pasar.

Mobil lapis baja tadi kemudian berhenti di pinggir jalan dekat sebuah pasar tradisional. 3 orang tentara berseragam dan bersenjata lengkap keluar dari sana. Mereka mulai mengawasi kota dengan berjalan kaki. Mereka mengenakan kacamata hitam dan masker untuk menghindari silau sinar matahari dan debu.

"Kita berpencar di sini. Erd, Gunther, jika ada apa-apa langsung hubungi aku," kata Corporal Levi kepada kedua anak buahnya, Erd dan Gunther. Mereka pun langsung berpisah melakukan tugas masing-masing.

Corporal Levi adalah tentara yang paling dikenal di Shigansina. Hampir semua warga di sini mengenalinya. Ketika sedang berpatroli keliling pemukiman warga, tidak sedikit dari mereka yang menyapanya. Levi bukan orang yang banyak bicara, tidak terlalu ramah dan jarang sekali tersenyum. Dia hanya mengangguk ketika disapa. Namun dia adalah tentara yang sangat pemberani. Ketika kota ini nyaris kacau karena ulah dari kelompok anti-pemerintah, dia hanya mengerahkan 20 orang anak buahnya untuk menghentikan kekacauan. Sedikitnya 8 orang dari kelompok ektrimis itu ditangkap dan diinterogasi sendiri olehnya. Kota ini pun kembali aman terkendali, para warga sudah bisa kembali beraktifitas seperti biasa.

"Selamat pagi, Corporal Levi. Mampirlah sebentar untuk minum teh," sapa seorang warga bernama Grisha Jaeger. Laki-laki paruh baya itu sedang duduk di depan rumahnya sambil membaca koran. Dia yang paling sering mengajak Levi berbicara kalau sedang berpatroli.

"Terima kasih tawarannya, Tuan Jaeger. Masih ada beberapa blok pemukiman lagi yang harus aku telusuri," jawab Levi sambil melepas kacamata hitamnya.

"Semuanya aman dan terkendali. Sejak kau dan anak buahmu menangkap 8 pemberontak itu, kota kami berada dalam kedamaian."

"Hanya 8 orang. Total mereka ada ratusan. Kita harus tetap waspada. Mana istri dan anakmu?"

"Istriku sedang memasak. Datanglah ke sini lagi nanti untuk makan siang. Oh, jika kau mencari Eren, dia sedang pergi mencari kayu bakar."

"Apakah gedung sekolahnya masih belum selesai diperbaiki?"

"Yah, begitulah. Karena masih direnovasi, Eren terpaksa tidak sekolah. Aku sungguh tidak percaya para pemberontak itu bisa bertindak semena-mena terhadap rakyat kecil seperti kami."

Levi menghela nafas dan berkata, "Mencobalah untuk menjauh dari segala kekacauan, Tuan Jaeger. Mereka ada di mana-mana dan siap menebar teror kapan saja. Akan kucari anakmu untuk kusuruh cepat pulang."

"Ah, terima kasih, Corporal Levi. Berjanjilah untuk datang ke rumah dan makan siang bersama kami."

Selesai berbincang singkat dengan Grisha, Levi meneruskan patrolinya. Langkahnya kemudian tertuju ke sebuah padang rumput yang sangat luas. Terlihat beberapa ekor hewan ternak sedang digembala oleh beberapa pemiliknya. Padang rumput ini menjadi satu-satunya sumber pakan ternak yang paling dekat. Warga tidak ingin menggembalakan hewan ternak mereka jauh ke gunung atau ke dekat hutan, khawatir akan serangan kelompok ekstrimis itu.

"Tuan Corporal!" seru seorang anak laki-laki yang berada di padang rumput itu kepada Levi sambil melambaikan tangannya. "Kemarilah, Tuan Corporal!"

"Hey, bocah! Ayo pulang! Ayahmu mencarimu," panggil Levi.

"Nanti saja! Aku sedang membuat sesuatu di sini!"

Levi mengenal Eren kira-kira sebulan yang lalu sejak peristiwa pemboman yang menghancurkan gedung sekolahnya. Anak laki-laki berumur 14 tahun itu nyaris menjadi korban runtuhan bangunan karena pemboman terjadi saat jam belajar berlangsung. Menemukannya dalam keadaan hidup di antara puing-puing runtuhan adalah sebuah mukjizat. Sementara beberapa orang temannya tewas dalam peristiwa mengerikan itu.

Tidak sabaran, Levi melompat pagar pembatas padang rumput itu dan menghampiri Eren. Dia membungkuk dan menepuk kepala anak itu, "Pulang, bocah! Jangan buat ayahmu khawatir!"

"Sebentar lagi, Corporal. Satu sambungan lagi dan setelahnya kita akan pulang," kata Eren. Dia sedang sibuk merangkai beberapa tangkai bunga baby's breath yang dibentuk melingkar. Bunga berkuntum kecil-kecil berwarna putih dan pink pucat itu tumbuh liar di padang rumput ini.

"Untuk siapa?" tanya Levi penasaran.

"Mikasa dan Armin. Mereka teman-temanku. Dan juga untukmu, Corporal."

Ada 3 rangkaian bunga yang dibuat oleh Eren. Dia tampak senang sekali setelah semuanya sudah selesai dibuat. Dia memandangi satu per satu rangkaian melingkar itu. "Temani aku ke sekolah, Corporal," kata Eren.

"Ayahmu menyuruhmu pulang, Eren. Sebentar lagi waktunya makan siang," kata laki-laki berambut hitam itu tidak sabaran.

"Setelah kita pergi ke sekolah, kita pulang."

Sedikit menghela nafas karena kesal, Levi pun akhirnya menuruti Eren untuk ikut pergi bersamanya ke gedung sekolah yang terkena bom itu. Levi tidak mengerti mengapa Eren ingin pergi ke sana. Dia beberapa kali memperingatkan kalau di sana tidak apa-apa kecuali beberapa alat berat yang sedang merenovasi bangunannya. Tetapi Eren bersikeras ingin pergi ke sana.

"Karena Mikasa dan Armin sedang bermain di sana…" jawab Eren ketika mereka sudah sampai di gedung sekolah itu.

Eren melangkah masuk ke area yang masih diberi batas pengaman oleh pekerja bangunan. Dia kemudian berhenti di sebuah pintu kelas yang ruangannya masih dibangun. 2 karangan bunga tadi diletakkan di sana. Eren memejamkan matanya dan memanjat doa.

"Bermain…di sini…" gumam Levi ketika kemudian dia mengerti maksud Eren. Kedua temannya itu sudah meninggal. Mereka adalah korban tewas peristiwa pemboman di sekolah. Melihat Eren begitu khusyuk berdoa, Levi ikut berlutut di sampingnya dan memanjat doa.

"Mereka teman-temanku, Corporal," kata Eren. "Sampai nanti aku lulus dari sekolah ini, sampai aku melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, aku tidak akan pernah melupakan mereka. Aku akan terus mengingat mereka dengan membuat karangan bunga ini…"

"Dan mereka pastinya berterima kasih padamu karena selalu mengingat mereka, Eren," kata Levi.

"Corporal, apakah peperangan ini akan segera berakhir?"

Sejenak terdiam untuk berpikir, Levi kemudian menjawab, "Ya, secepatnya."

"Kau yakin?"

"Mengapa kau bertanya begitu, Eren?"

"Kau ingat kan berapa banyak temanku yang mati karena pemboman di sekolah ini? Aku yakin di luar sana juga banyak yang menderita. Kami hidup di bawah desingan peluru dan ledakan bom. Telinga kami pengang dan mau pecah setiap kali misil ditembak ke udara."

Kedua mata Eren yang berwarna hijau menatap Levi penuh harap dan berkata, "Kau akan menghentikan peperangan ini kan, Corporal Levi?"

-000-

Levi dan anak buahnya kembali ke mobil lapis baja yang diparkir di dekat pasar. Ketika dia hendak masuk, dia mendengar Eren memanggil namanya sambil berlari ke arahnya. Namun bersamaan dengan itu, sedikitnya 5 orang pria bersenjata juga menghampirinya. Erd dan Gunther melompat keluar dari mobil dan menghadang mereka, sementara Levi menyuruh Eren bersembunyi di belakangnya.

"Kalian mau apa?" tanya Erd tegas.

"Lepaskan kawan-kawan kami!" jawab seorang pria bertopi bisbol sambil mengacungkan senjatanya. "Jika kalian tidak melepaskannya, kami akan menyerang kota ini dengan misil dan bom!"

"Untuk apa kami melepaskan mereka? Kalian tidak akan berhenti berulah meski mereka dilepaskan, benar?"

"Kami harus melengkapi formasi perang kami!" bentak seorang lain yang mengenakan jaket berwarna biru.

Erd baru akan menjawab, Levi kemudian menyuruhnya diam. Dia berkata dengan tegas, "Kami lepaskan kawan-kawan kalian dan setelahnya kalian harus pergi dari negeri ini!"

"Kami akan terus bertahan di negeri ini sampai pemerintah yang sekarang lengser dari kekuasaan!" jawab pria bertopi tadi.

"Untuk apa kalian bertahan di negeri yang sudah kalian rusak ini, hah? Kalian ingin tetap tinggal di sini, tetapi kalian sendiri yang menghancurkan tempat tinggal kalian. Bukankah itu tindakan bodoh? Keh! Jangan buat aku tertawa!"

"Diam kau, brengsek!" dikuasai amarahnya, pria bertopi itu melepaskan satu tembakan ke udara. Warga sekitar yang melihatnya menjadi ketakutan dan memilih berlindung ke rumah mereka. Erd dan Gunther bersiap dengan senjata mereka. Tetapi Levi kemudian menyuruh mereka menurunkan senjatanya.

"Kami sungguh tidak takut dengan ancaman kalian," kata Levi melanjutkan. "Kalau kalian mau tahu pendapatku, aku sungguh tidak peduli dengan pertikaian yang terjadi antara kalian dan pemerintah. Ini sungguh tidak ada hubungannya denganku. Yang menjadi prioritasku dan anak buahku sekarang ini adalah mempertahankan kota ini dari perbuatan bengis kalian. Berapa banyak anak yang tewas karena peristiwa pemboman waktu itu? Kalian tidak peduli karena anak-anak kalian tidak ada yang menjadi korban di sana! Pikirkan perasaan para orangtua yang kehilangan anak-anak mereka!"

"Kami juga tahu bagaimana rasanya kehilangan! Maka itu kami berperang demi merebut hak-hak kami yang diambil oleh pemeritah!" jawab pria bertopi itu dengan tegas. "Masyarakat membutuhkan pembaharuan! Demi mewujudkan keinginan itulah kami bergerak!"

"Pembaharuan macam apa yang kalian harapkan, hah? Menurutmu, pemerintah akan langsung berubah pikiran setelah kalian menebar teror di negeri ini? Karena kalian menentangnya, maka mereka pun akan balik menentang kalian. Yang terjadi kemudian adalah pertikaian. Rakyat tidak berdosa yang menjadi korban! Anak dan istri kalian yang duduk manis di rumah pun juga akan menjadi korban berikutnya! Bukanlah lebih baik sekarang kalian pergi dari negeri ini dan mencari kedamaian sendiri daripada mengusik kedamaian orang lain?"

Levi nyaris kehilangan kesabaran. Dia menarik tangan Eren dan menyuruhnya berdiri menghadap para pria pemberontak itu. Dia melanjutkan, "Anak ini, Eren Jaeger, adalah korban pemboman kalian. Dia kutemukan di bawah puing-puing bangunan. Dia tetap hidup, tetapi dia kehilangan teman-temannya. Ketika gedung sekolahnya selesai diperbaiki, dia bisa lanjut sekolah. Tetapi dia tidak akan menemukan kebahagiaan yang sama seperti yang dia dapat bersama teman-temannya yang sudah tewas karena ulah bengis kalian!"

Kata-kata Levi membuat para pria pemberontak itu terdiam. Senjata mereka masih teracung ke depan, tetapi mereka nyaris tidak bisa mengatakan apa pun untuk membantah Levi. Suasana semakin tegang, namun tidak setegang di awal tadi. "Kalian bukan pahlawan kebenaran," kata Levi sambil menyuruh Eren kembali berlindung di belakangnya. "Tindakan kalian bukanlah tindakan heroik. Jika menurut kalian bisa membantu memberikan pembaharuan di negeri ini, kalian hanya omong kosong!"

Pria bertopi tadi memberi perintah kepada semua rekannya untuk menurunkan senjata dan bersiap pergi. Dia berkata kepada Levi, "Kedatangan kami hari ini hanya ingin menuntut balas atas kawan-kawan kami yang sudah kalian tahan. Kami yakin kalian tidak akan memperlakukan mereka dengan baik. Maka itu, kami ingin mereka dilepaskan atau-"

"Kalian akan mengacau lagi?" Levi tertawa dan menjawab, "Mengacaulah sesuka kalian. Kami tidak akan melepaskan mereka juga. Seperti yang kubilang tadi. Mereka akan dilepas asalkan kalian mau meninggalkan negeri ini selamanya."

Tidak ada pembicaraan apa-apa lagi, para pemberontak itu pun pergi. Suasana tegang berangsur normal kembali. Levi kemudian berbalik dan memegang kedua pundak Eren. Dia berkata, "Apa yang kau pikirkan untuk pergi ke sini, Eren?!"

"A-aku hanya-"

"Tetaplah di rumahmu dan jangan pergi ke mana-mana sendirian!" tukas Levi cepat.

"Tapi, aku hanya ingin memberikan ini padamu, Corporal…" kata Eren sedikit ketakutan. Kedua kakinya gemetar dan nyaris jatuh. Dia memberikan rangkaian bunga baby's breath kepada Levi. "Aku sudah bilang padamu, bukan? Kalau aku membuatkan ini untukmu."

Levi yang tadi sudah sangat marah menjadi sedikit lebih tenang ketika Eren memberikan rangkaian bunga itu kepadanya. Tetapi yang dia lakukan kemudian hanya menepuk kepala Eren dan berkata, "Simpanlah."

"Eh? Tapi aku ingin kau membawanya, Corporal," kata Eren tidak mau menyerah.

"Setelah aku dan rekan-rekanku berhasil menyelesaikan konflik di negeri ini, aku akan ke rumahmu dan mengambilnya. Mengerti?"

"Corporal…"

"Sekarang, pulanglah. Jangan buat orangtuamu cemas, Eren…"

Saat Levi sudah masuk ke mobil, Eren kemudian memanggilnya lagi, "Corporal Levi!"

Levi menoleh keluar jendela mobil dan menjawab, "Apa lagi, Bocah?"

"Aku…aku akan menjadi seorang pemberani sepertimu, Corporal! Aku akan menjadi kuat dan melindungi semua orang!"

Mobil pun mulai bergerak menjauh dari kota, dan Levi hanya terdiam setelah mendengar kata-kata Eren…

The future's open wide, beyond believing

To know why hope dies…

-to be continue-


Chapter 2 coming up next!