Langit kota Tokyo memencarkan gradasi fantastis merah menyala, orange lembut dengan ungu tua mendominasi. Kawanan gagak hitam mulai berpacu dengan waktu agar sampai dirumah sebelum senja tutup tugas. Senandung pelan gagak mengantarkan surya ke peristirahatannya, sebelum sang purnama meraja.
Laskar ungu semakin mendominasi. Perlahan kehitaman mulai merajai langit. Bentangan lembut berubah seketika menjadi gelap dan membutakan. Pelita buatan mulai menyala, mewarnai kota Tokyo kembali dengan sinar yang indah, lembut, dan berwarna. Menjadikan kota tidak sepenuhnya tertidur.
"Malam telah tiba." Senandung suara menggema dari salah satu pencakar langit diselatan sana. Seseorang tengah terduduk diujung gedung. Tubuhnya ia condongkan sedikit kebawah, melihat laksana kota Tokyo dari atas. Indah, namun memabukkan.
Kemeja hitam kelamnya tersibak pelan kala angin berhembus, menyapa dari ketinggian, "Malam yang indah, " Lalu ia melipat satu kakinya, membuatnya menjadi tumpuan tangannya, "Saatnya mencari makan." Ia lalu menjilati bibirnya dengan seduktif.
"Ah, " Ia menyadari ia tak sendirian. Kemeja hitam lainnya terkibar, sosok itu tertutup bayangan malam, "Ada apa?" Lalu sosok kedua maju perlahan, mendekati sekawannya yang terduduk tadi. Perlahan mulai terlihat.
Helaian rambut merah yang menyala, "Kau sudah kenyang rupanya, " Perlahan warna merah lainnya nampak. Ditemani oleh laksana kilat kuning emas.
"Seijuuro."
Sosok yang disapa hanya diam. Dingin bak es kutub. Tubuhnya terdiam, matanya menatap kerlip Tokyo—mensejajarkan diri dengan sekawan yang duduk disampingnya.
"Aku baru tiba. Tidakkah kau ingin mencari makan juga, " Kilatnya berbalik menatap kawan disampingnya, "Shougo?" Nadanya bertanya—walau terkesan seperti perintah. Yang dipanggil Shougo, hanya tertawa.
"Aku baru saja menemukan, " Kilat keabuannya menatap tajam seorang insan jauh dibawah sana, berjalan terhuyung seraya memegang sebuah botol, "Dia nampak lezat." Nadanya terdengar riang—namun dingin.
Seijuuro mengikuti, menatap orang itu, "Kau tidak akan puas, " Gantian Shougo tertawa mengejek, agak sedikit membuat Seijuuro tersinggung walau masih mempertahankan mimik datarnya.
Jari pucat Shougo bergerak menunjuk insan itu, "Tidakkah kau melihat benang hitam yang mengikutinya itu?" Shougo tersenyum mengerikan, hingga taring sepanjang lima sentinya terlihat. Seijuuro masih menatap.
Seijuuro memang melihatnya. Dibelakang tubuh pria itu, terdapat seuntai benang merah yang terikat padanya. Kini sudut bibir Seijuuro tertarik sedikit, "Kuakui, benangnya tebal juga.." Katanya. Shougo tertawa bahagia.
Jari Shougo yang masih terambang kini membuat gestur menarik—menaikkan ujung jarinya keatas, dan seketika benang hitam itu terputus.
Selanjutnya yang terjadi adalah pria itu jatuh terhuyung kekiri, jatuh ke tengah jalan, "Menyenangkan, " tangan kanan Shougo terangkat, menangkap bola hitam yang terbuat dari benang hitam tadi, "Rasanya juga lumayan~" Katanya.
Ia balik menatap Seijuuro, "Kau tidak mau mencari juga, Seijuuro?" Seijuuro hanya mengerling, "Rugi kalau malam ini kau tidak dapat.." Seijuuro masih melipat tangan didepan dadanya.
"Aku tahu itu, " Angin berhembus pelan, sebelum sepasang sayap berbulu hitam terkembang lebar dibelakang punggung Seijuuro, "Aku pergi dulu." Ia lalu melesat terbang kebawah.
Kebawah, melewati mayat pria yang telah bergelimang darah dan kepala terlidas ditengah jalan sana.
.
.
SEIJUURO; WHEN DEMON LEARNS ABOUT LIFE
Genre : supernatural/romance
Rate : T…?
Pair : Demon!AkashixHuman!Furihata
Setting : AU, Demon!Akashi
Warnings : Typo(s) , alur kecepatan/kelambatan, fluffless, EYD gamasuk hitungan, amburegul, de-el-el
.
.
#HappyReading!
.
.
Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi
FanFiction © Ameru Sawada
.
Dish 001 : PROLOGUE: WHEN DEMON MEETS THE HUMAN
.
Sejak penciptaan, sudah menjadi rahasia bila iblis adalah musuh.
.
Iblis.
Makhluk bukan manusia yang hidup berdampingan dengan manusia. Mereka tak tampak, tapi mereka selalu membayangi. Sudah menjadi dongeng dan fakta bahwa iblis bertugas untuk menghasut manusia, dan menjatuhkan mereka kedalam kegelapan kekal yang disebut dosa.
Dosa adalah makanan bagi iblis, maka seluruh iblis berlomba-lomba menjatuhkan manusia kedalamnya dan mendapatkan kekuatan daripadanya. Menjadi yang terkuat, hingga dapat membanggakan bangsa iblis. Dan juga menjadi rahasia bahwa iblis begitu ditakuti. Tapi beruntung (atau merugikan) dengan rupa yang diatas rata-rata, banyak manusia yang lengah akibat pesona iblis.
Salah satunya adalah Seijuuro.
Terlahir sebagai iblis kelas A, sudah merupakan hal biasa dimana ia akan menggoda para wanita pengusaha sukses dan berkantung tebal, menjatuhkan mereka dalam dosa dan akhirnya berakhir dengan penderitaan. Seijuuro sudah biasa akan kekacauan dan jeritan pilu yang terdengar dari telinganya. Semuanya terasa sama. Bagaimanapun juga, itu sudah menjadi tugasnya. Berapa lama Seijuuro hidup memangnya?
Tapi entah mengapa selalu ada sesuatu yang menggelitik hati terdalam Seijuuro.
Ia tahu sebagai iblis ia harus mengabaikannya, namun rasa itu semakin membekas. Ia tahu, perasaan ini.
Ibu.
Ibu Seijuuro—ia bukan iblis. Ibu Seijuuro adalah seorang manusia biasa, bisa dibilang hanya sekitar 0,2% darah manusia mengalir dalam tubuhnya. Saat usianya beru menginjak lima tahun, ia diambil paksa oleh tetua iblis untuk dilatih menjadi seorang iblis sepenuhnya.
Dan memang terbukti sangat sedikit darah manusia yang mengalir dalam tubuh Seijuuro. Memang benar, buktinya Seijuuro sudah 70 tahun hidup sebagai iblis, dan wajahnya masih senantiasa muda dan terkesan tidak berubah. Hanya garis wajahnya saja yang makin tegas.
Tapi ibu tetap sabar dan mengakuiku sebagai anak, walau aku yang membunuhnya.
Hari itu, dengan terpaksa Seijuuro menjatuhkan ibunya sendiri dalam dosa. Seijuuro kala itu lapar, dan melihat benang hitam sang ibu membentang dengan luas, walau tipis.
Itu benang kesedihan dan penderitaan. Ibunya tercekik oleh kesendirian yang membuat benangnya makin pekat.
Diakhir hayatnya, ibunya bahkan masih sempat memeluk dan tersenyum pada Seijuuro. Seijuuro tertawa lirih. Mengapa ibunya ini masih tersenyum padahal ia sudah menjatuhkannya dalam kegelapan? Naif.
Seijuuro kembali merasakan sakit itu. Ia remas dada sebelah kirinya, berusaha mengembalikan detak jantungnya yang anomali.
Walaupun menyimpan sedikit dendam kepada bangsanya sendiri, Seijuuro tetap menjalankan tugas dengan baik. Ia tidak ingin dianggap anak pembangkang ataupun tidak patuh pada orangtua. Ia anak baik, maka dari itu ia telah menjadi iblis kelas A yang kuat dan juga licik.
Anak ibu hebat, ya.., ibu bangga.
Sekelabat ucapan lembut sang ibu saat ia masih kecil terngiang. Menggema bagaikan lagu senandung dalam kotak musik. Rasanya sakit, namun hangat.
'Rupanya aku masih belum bisa menghilangkannya..' Batin Seijuuro. Ia kembali berjalan melewati distrik Tokyo yang ramai di bulan Agustus.
Agustus tengah panas-panasnya. Mentari dengan jahatnya bersinar dengan terangnya. Panasnya membuat orang mati rasa. Memang kejam.
Beruntung bagi Seijuuro kulitnya tidak akan terbakar oleh matahari. Iblis memang hakikatnya enggan keluar pada siang hari, namun Seijuuro berbeda. Kulitnya terlapisi kekkai khusus sehingga terlindung dari matahari. Lagipula jika ia hanya bergerak pada malam hari, ada kemungkinan ia tidak akan dapat mangsa.
Berjalan, terus berjalan. Seijuuro belum menemukan mangsa apapun. Sebenarnya ia sudah makan dua benang tadi, tapi rasanya belum puas. Tentu, Seijuuro akan terus mencari hingga merasa puas.
Saat itulah ia melewati sebuah taman. Taman itu penuh pohon besar, sehingga banyak orang disana untuk menghindari panas. Secara ajaib, Seijuuro melewati taman itu.
Gadis-gadis yang melihat Seijuuro lantas berkedip genit berharap perhatian. Seijuuro hanya melirik dingin pada mereka. Sudah biasa ia diberi tatapan seperti itu, dengan parasnya yang memabukkan, serta pakaian yang hanya kemeja longgar berwarna merah terang dan jeans hitam, tidak heran tatapan genit dilontarkan padanya.
'Paling tidak aku bisa makan sedikit…' Tangannya bergerak menggulung kumpulan benang hitam dari tatapan para remaja tadi.
BRUK
"A—aduh, maaf!"
Seijuuro hendak memarahi orang yang dengan tidak elite-nya menabraknya, namun ia memilih diam. Ia terlalu sibuk juga menggulung benang.
"Aku yang seharusnya minta maaf." Seijuuro membungkuk sopan.
"Tidak perlu.., a—aku juga salah.." Seijuuro menghela napas penat. Salah satu sifat lemah manusia; merasa lemah.
Seijuuro mendongak, menatap sosok yang menabraknya tadi.
.
Aku tidak tahu apa yang merasukiku…
.
Helaian coklat seperti remah tanah, mata sewarna solid Bumi,
Tatapan polos itu,
.
Seijuuro merasa dirinya telah terkurung oleh tatapan polos solid Bumi itu.
==TBC==
ORBOL-OBROL—!
Ameru : HOI~~! Ngomong2 udh lama ya ga ada rubrik ngobrol2 v(owo)v Ameru kangen kalian semua~ /peluk satu2/
Kuroko : hentikan, Ameru-san, kau berisik.
Ameru : ah, maaf. Ini karyaku yg lainnya di fandom KnB, menceritakan posisi Akashi sebagai iblis. Monggo Akashi, comment dikit..
Akashi : /ngelepas gigi taring palsu/ kuharap karya ini ga se-absurd sebelumnya. Kalau tdk kau tinggal menunggu paket penuh gunting nanti.
Kuroko : …
Ameru : y—ya, terima kasih. Aku harap kalian menyukai karyaku yg ini. Sebenarnya aku kurang pandai menggambarkan watak iblis spt apa, jadi KALIAN HARUS MEMBERIKAN SARAN PADAKU! HARUS PAKE BANGEEET :V /kena geplak teflon/
Kuroko : kami harap kalian suka. Ngomong2 , kapan aku muncul, Ameru-san?
Ameru : /ngubek2 skenario/ masih lama, Kuroko-kun, tunggu aja, bye~
Kuroko : /diam2 pundung/
CHAPTER 002—!
"Namaku Furihata Kouki."
"Kau sepertinya jarang keluar…"
"Justru aku mendapatkan lebih banyak mangsa dari teman-temannya.."
Seijuuro hanya bisa berlindung dibalik topengnya, berharap tidak retak.
Shuuzo mengacungkan jarinya didepan batang hidung Seijuuro,
"Kau tidak bisa berbohong didepanku, Seijuuro."
.
SEIJUURO; WHEN DEMON LEARNS ABOUT LIFE
DISH 002!
WHEN DEMON'S MASK CRACKS
