Countdown

Boku no Hero Academia milik Horikoshi Kouhei-sensei

Warning's: Typo's, OOC, Gaje

.

Doumo! Aku author baru di fandom ini karena aku mau melarikan diri dari nerusin fanfic sebelumnya . GOMEN MINNA-SAMA!.

Aku sangat suka dengan Aizawa-sensei, jadi aku akan mendedikasikan fanfic ini khusus untuknya ^.^.

.

Sudah cukup.

Aizawa pusing menjadi baby sitter di kelas 1-A.

Ia bahkan kurang tidur hanya untuk memastikan bahwa murid-muridnya baik-baik saja. Bahkan saat berada di latihan sederhana yang ia lakukan dengan murid-muridnya, Bakugou tidak akan tanggung-tanggung untuk membakar gedung sekolah dan Izuku selalu kembali dalam keadaan terluka parah. Biar ia menjelaskan kepadamu apa yang membuatnya paling terganggu. Ia tidak akan bisa tidur dengan tenang sambil memikirkan bagaimana luka Ikuzu yang terus bertambah parah setiap kali ia hanya melawan dan tagihan yang akan diperlihatkan kepala sekolah Nedzu yang menunjukkan betapa pintarnya Bakugou dalam menghancurkan sesuatu.

Belum lagi jika si Present Mic mulai acara konser solo yang bisa di dengar dari sela-sela koridor sekolah. Mungkin ia harus mempertimbangkan apakah ia ingin berhenti menjadi guru dan berkelana di antara gorong-gorong untuk mencari villain agar ia bisa melepaskan rasa stress yang tidak tertahankan, atau tetap berusaha bertahan dengan menjadi guru di sini. Pilihan yang sangat sulit. Ia jadi mengantuk.

Baru saja beberapa saat setelah ia menutup ke dua mata keringnya itu, ia tiba–tiba mendengar suara pintu dibanting keras oleh seseorang. Dengan kesal, sangat kesal, Aizawa menatap ke arah orang yang sukses memotong keinginannya tidur kembali.

" Ada apa, All Might?" tanyanya saat sadar bahwa orang yang membuka pintu kelas itu hanyalah orang dengan senyum super besar yang entahk kenapa sekarang terlihat sedikit panik.

" A.. Ah, Aizawa-kun, aku hanya ingin tahu apakah kau punyai kunci kamar mandi?" tanya All Might. Dan Aizawa segera melemparkan kunci dari dalam sleeping bagnya.

Ia lalu melihat ke arah jam. Ah. 10 menit lagi para murid-muridnya akan kembali dari kantin. Ia harus segera tidur.

.

.

.

Terkadang ia sangat senang ketika tuhan mendengar doanya. Bel sudah berbunyi dan kelas ini masih sesepi saat ia sendiri. Tetapi karena terlalu sepi, ia jadi tidak bisa tidur kembali. Apakah insomnia kembali mengidapnya?. Apa ia harus ke dokter sekarang?. Tidak. Ia terlalu malas untuk berjalan. Kepalanya sangat berat tetapi ia tidak bisa tidur. Kenapa?.

Akhirnya Aizawa menyerah. Ia akan pergi ke kantin. Untuk pertama kali dalam hidupnya ia lebih merasa lapar dari pada mengantuk. Sebenarnya ia tidak benar-benar lapar, tetapi sesuatu membuatnya ingin berjalan dan mengecek sendiri apa yang terjadi di kantin. Firasat?. Yah, kalau ini bisa disebut firasat, ini adalah firasat yang sangat buruk. Ia benci perasaan ini. Perasaan seperti ingin ke kamar mandi saat ia sedang di tengah mimpi. Atau saat ia tidak menemukan kucing di tengah jalan. Terserah. Apapun itu namanya, Aizawa tidak pernah suka.

Ia akhirnya sampai setelah sekitar 10 menit berjalan. Kakinya lelah. Ia ingin segera tidur setelah membeli segelas susu hangat. Tetapi saat ia hendak membuka pintu kantin, ia terdiam. hanya dalam beberapa inchi geseran, hidungnya yang tajam sudah bisa mencium bau amis yang sangat tajam yang menghampiri hidungnya. Ia lalu mendobrak pintunya.

Mata Aizawa melebar saat melihat seorang Villain yang terlihat sangat kuat bisa masuk ke dalam sana dan memorak-porandakan kantin mereka. Para siswa hanya mundur, tentu saja karena mereka dilarang keras untuk bertarung. Sementara guru yang lain sedang berusaha menangani Villain itu. Tiba-tiba Aizawa tidak lagi mengantuk. Ia langsung membukakan pintu lebar-lebar dan mengevakuasi murid di sana sembari menenangkan mereka.

" Eraser-head..."

Seseorang dari kejauhan mengamati Aizawa yang sedang sibuk untuk mengurus murid-muridnya. Ia lalu tersenyum.

" ..Aku akan menghapus namamu..."

.

.

.

Hari ini hujan turun dengan deras. Aizawa yang sedang mengajar, melihat ke arah jendela dengan tidak tenang. ia tidak bisa tidur sejak hari di mana kantin mereka diserang. Semua berjalan kembali seperti semula. Klasnya juga penuh dan tidak ada yang mengabsenkan diri mereka. Izuku tidak terluka, begitu juga dengan yang lain.

Yah... kalau ia pikir, cukup aneh jika Villain muncul di kantin saat makan siang. Apakah mereka tidak lapar?.

PRAAAANG!

Tiba-tiba, kaca jendela kelas mereka dipecahkan dari luar. Bagaikan badai, Aizawa hanya bisa melempar buku yang ia pegang ke meja Tsuyu dan segera meraih googlenya. Ia bersiap untuk gangguan apapun yang akan masuk ke dalam kelas mereka.

Seseorang dengan jubah hitamnya masuk dan melompat ke arah anak-anak. Aizawa lalu memasang googlenya dan mengaktifkan Quirk. Ia menangkap musuhnya dan membawanya mendekat untuk menendang sang musuh, yang baru ia sadari ternyata hanyalah bom.

BLAAAAR!

Bruugh!

Tubuh guru yang kurus itu terlempar dan membentur dinding kelas. Ia mencoba melihat musuh yang sebenarnya di balik asap, secepatnya. Dan saat ia melihat ke atas kepalanya, ia sudah menemukan sebuah tangan yang memegang pedang, bersiap untuk membelah kepala sang guru.

JRAAAASH!

Aizawa berhasil menghindar dengan mengorbankan tangan kanannya. Luka sobek itu terukir dari bahu hingga ujung sikunya. Ia lalu memutar badan untuk menendang musuh yang ada di belakangnya, tetapi entah kenapa, tendangannya tidak terlihat mempunyai efek. Mungkin karena belakangan ini ia sudah jarang latihan. Musuhnya memegang pergelangan kaki Aizawa dan melempar guru itu ke arah para murid.

BRAAAAGH!

KRAAAK!

" AIZAWA-SENSEI!"

Aizawa tersungkur di atas meja-meja yang untunglah, sepertinya tidak di tempati. Itu membuktikan bahwa suara patah tulang tadi miliknya, bukan milik muridnya. Ia sangat bersyukur tidak melukai siapapun. Dengan sedikit berat, Aizawa berusaha berdiri secepat mungkin di atas meja yang sudah berantakan. Benar-benar tidak tahu sopan santung. Karena itu ia tidak menyukai Villain maupun media massa.

" Apa yang kalian lakukan?! Pergi dari sini!" usir Aizawa. Ia tidak ingin murid-muridnya yang tidak berguna itu mengganggu jalan bertarung seorang pro sepertinya. Selain ia tidak ingin mereka melihat darah yang terciprat dari guru mereka sendiri.

" Tapi Villainnya sudah..."

Aizawa melihat ke depan. Kosong. Cih, lagi-lagi ia masuk dan kabur seenaknya. Karena itu ia benci Villain.

Bruuugh!

" Kyaaaa! Aizawa-sensei, kau baik-baik saja?!" Ochako segera menopang bahu Aizawa yang berat dan semakin lemas. Nafas sensei mereka belum berhenti memburu. Ia seakan sedang berlari tanpa henti. Darah tidak berhenti mengucur dengan deras dari lengannya, membuat Aizawa semakin pucat. Ia lalu mencoba bangkit.

" Aku baik-baik saja, tolong jangan buang waktumu untuk mengkhawatirkanku," bala Aizawa. Ia lalu berjalan dengan tertatih-tatih, dan melihat ke arah jendela yang hancur.

"..."

Bruuugh!

.

.

.

Braaaakh!

Hari ini Aizawa lagi-lagi membuka pintu kelas 1-A. Ia tidak mengerti kenapa ia tidak bisa senang berada di rawat inap, tempat di mana ia akhirnya bisa tidur dengan tenang. Ia selalu akan kembali ke kelas ini, sebagaimanapun perasaan malas menghinggapi kepalanya.

Lukanya masih berdenyut menyakitkan. Ia merasa sangat lemah untuk mengajar. Apakah sebenarnya ia tidak menyesal melakukan ini?. Ah. Ia mengantuk. Lebih baik kalau dari awal ia tetap tidur di rumah sakit. Cih.

" Aizawa-sensei!"

" Kau sudah kembali?!"

Lagi-lagi. Beberapa pertanyaan dari anak-anak polos itu. Dalam diam, Aizawa tersenyum. Murid-murid tidak berguna yang ia sayangi. Ia tidak bisa melihat ke depan lagi jika sesuatu terjadi pada murid-muridnya. Untunglah ia ada untuk menanggung semua rasa sakit mereka.

" Uhuk!"

Walaupun sekarang, racun dari luka itu mulai menggerogoti tubuhnya.

.

.

.

AAAAAAAH .

Terima kasih untuk yang sudah membaca fanfic ini. Maafkan daku yang berusaha melarikan diri. Daku belum punya ide buat ngelanjutin fanficnya T.T.

Tolong berikan saran, kritik dan reviewnya ya!