The Unrevealed Attention

Dissclaimer: Mashashi Kishimoto's Character.. None of them were mine.


Summer in Konoha...

Ini aneh. Bukankah sekarang adalah musim panas? Tapi Sakura yang cantik tak melihat eksistensi pangeran hatinya hari ini, Sasuke Uchiha. Padahal setiap orang pasti tak ingin ketinggalan untuk menikmati cerianya musim panas. Sakura menatap langit dari jendela kamarnya, banyak sekali layang-layang yang indah meliuk-liuk lincah. Dilapangan bermain desa konoha pasti sudah ramai orang, pikirnya. Sakura melangkahkan kakinya kedepan cermin, dirapikannya beberapa helai rambut yang menutupi wajahnya. Ia menyemprotkan penyegar wajah, mengelapnya kemudian mengoleskan krim sunblock. Ya, Sakura pergi bersenang-senang dengan matahari musim panas... Meninggalkan resah hatinya pada Sasuke menguap di udara yang hangat.

Sasuke's House.

Sasuke mengutuki dirinya yang sedang benar-benar sial. Dimusim panas begini, ia malah terbaring lemah karena demam sejak tadi malam.
Padahal melihat keceriaan setiap orang yang sedang bersenang-senang dibawah sinar mentari akan sangat berefek bagus untuk relaksasi pikirannya.

"Cih ! ukh.. sial" Lagi, Ia mengeluh sambil melemparkan termometer. Demamnya tak kunjung turun.
Sasuke berjalan menutu westafel, mencuci mukanya mungkin akan sedikit mendinginkan wajahnya yang memerah karna panas.

Splashhh...Butiran air itu membasahi wajahnya. Sasuke menutup matanya, menikmati sensasi segar menyentuh kulitnya.

"(^_^) Sasuke? Kau baik-baik saja?"

Ah! Sasuke tersentak !
"Hah..hh..hh.." Nafasnya sedikit tercekat.
"Kusso !" Ia memaki lagi. Ia jadi bingung, sebenarnya Demamnya disebabkan oleh apa sih? Kenapa setiap kali Ia memejamkan matanya selalu teringat akan senyumnya.
Senyum seseorang yang dikenal dengan The Fake-Smile , tidak... senyumnya yang sekarang telah berubah.. bukan senyum palsu lagi.
Senyumnya sekarang berasal dari hati, karna itu Sasuke tak bisa menghapus gambaran itu dari benaknya.
Padahal Sasuke tahu, tahu benar bahwa lelaki itu juga memiliki luka yang sama sepertinya. Sasuke bahkan mengerti kenapa Sai -ya, dia adalah Sai- begitu dingin pada orang-orang disekitarnya. Sasuke bhakan mengenali tatapan sepi dari mata Sai, hanya seolah bercermin saja menatap bola matanya itu. Sama... seperti miliknya.
Apa yang membuatnya membahas sosok Sai dipikirannya kali ini?

Sasuke berjalan menuju ruang depan.

Ah, mungkinkah Ia rindu? rindu akan senyum itu... atau tatapan matanya...
Sasuke sendiri juga tidak mengerti, kenapa ia begitu ingin selalu berada didekat Sai.
Jika Sakura dan naruto ataupun kakashi mengerti akan dirinya dan selalu mengusir rasa sepinya, siapakah yang bisa mengusir sepi milik Sai?
Karena dulu Sasuke pernah merasa sepi seperti rasa sepi yang dimiliki oleh mata sai, karena dulu sasuke pernah bersikap begitu dingin, ya.. karna itu..
Karna itu Sasuke mengerti kepedihan semua itu, Ia ingin mengobatinya, mengobati rasa sepi Sai. ia hanya ingin mengobatinya...
Karna Ia tahu, rasa itu begitu perih..

Sasuke menerawang langit-langitnya yang terang oleh pantulan cahaya matahari. Ia berhenti sejenak berspekulasi tentang perasaannya terhadap Sai dan menikmati hangatnya udara musim panas yang memenuhi ruangan itu.

"Uh !" Ya ! Sasuke tahu, ia rindu ! Ia rindu, dadanya sesak oleh rasa itu... Sasuke memaki kebodohannya. Mau-mau saja ia memikirkan lelaki itu, sekarang akibatnya Sasuke terserang rasa rindu yang bahkan lebih mengganggu dari pada rasa sakit karna demam tingginya.

Trek.
Sasuke membuka kenop pintu rumahnya. Menutupnya dan beranjak pergi.

Wush~ Kelebat angin... Sasuke tahu Ia harus cepat. Harus cepat, sebelum Dia.. orang yang ia ingin temui karna rasa rindunya pergi beranjak dari rumah.

Dan sekarang Sasuke hanya berharap dia-pemilik rindunya- masih dirumah sepanjang perjalanannya. Karna jika dia tak dirumah, sia-sia saja kedatangan Sasuke. Ia harus mencarinya? tidak, sasuke takkan mampu. Ia tahu ia tak punya cukup tenaga karna sekarang... Sasuke mulai merasa letih berlari, nafasnya tersengal.. ia takkan mampu lagi untuk berkeliling konoha mencari sosoknya.

Tetaplah dirumah... bisk Sasuke didalam hatinya.
Kumohon... ya, dari hatinya yang terdalam.

Rumah Sai.

Drap...
Kedua kakinya mendarat di teras lantai atas rumah lelaki yang Ia cari.
Tepat didepannya adalah dinding kaca besar yang tertutup tirai, Kamar milik Sai.

Hhh.. hhh.. Sasuke mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. Detak jantungnya begitu memburu, membuat kakinya terasa lemas.
Kondisinya memburuk. Tapi Ia masih tidak mengerti, untuk apa Ia melakukan semua ini?

Sai..
Lirih Sasuke diujung bibirnya.

Sasuke beranjak dari tempat Ia bertumpu, membuka sudut pintu.
Kamar itu cukup rapi, tapi tidak dengan beberapa barang yang ada disebuah meja.
Sasuke menyentuh barang-barang itu... Membuka beberapa lembaran-lembaran yang bertumpuk disisi ujung kiri meja.
Kemudian Ia tersenyum... entah kenapa.

Siiingg...
Sasuke mengerutkan dahinya, Ia mendengar sebuah percakapan. Diiringi tawa kecil... seorang wanita.
Sasuke beranjak keluar kamar. Sekarang Ia mencium bau wangi sebuah masakan. Ia berjalan perlahan menuju dapur, sumber suara itu.
Benar saja, ada seorang wanita berdiri disamping Sai. Mereka tampaknya sedang memasak bersama. Sasuke merasa isi perutnya bergejolak ingin melompat keluar.
Gila sekali kalau Ia cemburu, pikirnya.

Sasuke tak bisa menolak untuk mencuri dengar. Apa yang mereka bicarakan memang adalah tentang masakan.
Lalu dengan polosnya Sai membela diri bahwa dalam memasak juga dibutuhkan seni dan bakat. Si wanita tertawa lagi, dan memukul pelan lengan Sai.
Ia kemudian berkata bahwa memasak itu butuh rasa, rasa cinta. Sasuke langsung mengutuk perbuatan centil perempuan itu.

Tak lama kemudian si wanita pamit, sambil berpesan suatu tentang masakan itu. Dan sesuatu tentang entah apa itu tapi kedengarannya seperti sembuh.
Sasuke terlalu lemah untuk tetap berdiri. Tubuhnya tak lagi seimbang, perlahan ia serasa melayang dan limbung kedepan.
Sasuke menanti tubuhnya menghantam lantai..

Grepp...
Tidak, Ia tidak jatuh. Sesorang menangkap tubuhnya sebelum menubruk lantai.

"Sasuke? (^_^) Kau tidak apa-apa?"
Senyumnya, sasuke tak mampu bicara... terlalu lemah, Ia merasa pusing sekali.

"Kenapa tidak keluar dari tadi? Kenapa kau hanya bersembunyi? Tampaknya sakitmu makin parah ya sejak malam?" Sai menggendong tubuh Sasuke yang begitu lemah.
"Tadi malam, aku ingin mengajakmu pagi ini menemaniku melukis. Ada tempat yang bagus didekat air terjun. Aku pikir mungkin kau akan suka dengan musim panas yang tenag dari pada berada ditengah keramaian." Sai masih mengoceh sambil menggendong Sasuke ke kamar miliknya.
Sasuke mendengarkan, lalu Ia mengerutkan keningnya.. Berkencan maksudmu? Sasuke tersenyum geli, entah Ia merasa lucu atau senang.

"Baru saja aku selesai memasak bubur, kata Ayako-san gadis penjual bubur... Bubur itu bagus untuk orang yang sedang sakit. Tadinya aku ingin datang dan membawakannya ke rumahmu"

Dari mana kau tahu kalau aku sakit?...

Sai membaringkan Sasuke. Membuka sandal ninja-nya, kemudian menyelimutinya. Ia beranjak pergi.. Sasuke ingin memanggil nama Sai dan memintanya tetap disini..
Tapi matanya terlalu panas dan berair.

Currr...
Suara kucuran air. Sai kembali lagi, tahu-tahu Ia sudah berada disamping Sasuke lagi. Sai mengompres Sasuke dengan haduk basah. Sasuke membuka matanya... Lumayan rasanya, tidak sepanas tadi.

Semenit kemudian.

"Kau merasa baikan?"
Sasuke mengangguk. Sai membantunya untuk duduk sambil bersandar ditumpukan bantal.

"Makanlah..." Sai menyuapi Sasuke.

Wushh~ Wajah Sasuke memerah.

Disuasana seperti ini, detak jantungnya berderap semakin cepat.

Sasuke kemudian memaki...Memaki pikirannya yang sekarang benar-benar tak terkontrol...