Kakashi's Hidden feeling


tanpa sadar, ia telah melompat keluar dari persembunyianya saat menatap dua orang itu berjalan berdampingan.

"kalian sedang kencan?" tanyanya dengan nada datar yang biasa ia gunakan. Menyembunyikan rasa sakit di dadanya.

"jangan bercanda!" pipinya memerah, manis sekali..

"aku mau membeli sesajen," Kata Asuma dengan rokok di mulutnya.

"aku mau beli dango untuk Anko," pipi Kurenai masih memerah, membuat dada Kakashi bergetar tak normal.

"kau sedang apa? Menunggu orang? Tumben.." canda Asuma.

Kalau aku menunggu orang apa urusanmu? Brengsek! Maki Kakashi dalam hati, tapi tak menunjukkan emosi itu ke wajahnya.

"Kakashi-sensei!"

Sasuke datang, menatap tak percaya ke arah Kakashi, "tumben duluan.."

"sekali-kali dong.."

Kakashi melirik ke arah warung di belakangnya, mengirimkan perintah tak bersuara ke dua orang di depanya yang langsung meluncur pergi.

"aku nggak suka makanan manis!" kata Sasuke menatap warung di belakangnya.

Kakashi mengangkat bahu, "kita cari tempat lain kalau begitu, atau waktu lain. Aku baru ingat ada urusan mendadak,"

Sasuke mendengus, "huh! Memang dari awal sudah aneh, tiba-tiba datang duluan. Aku kira mau turun hujan."

Kakashi tersenyum dari balik maskernya, "maaf, Sasuke."

Dan menghilang dari sana.


Dia nyaris terlambat. Asuma terluka, begitu pula dengan Kurenai.

Kemarahan Kakashi melintas dari bola mata Sharingan-nya, menatap Itachi Uchiha.

"kakashi, si ninja peniru.."

"mata itu tak berubah.." geram Kakashi.

"aku tidak ada perlu dengan kalian"

"kalau begitu.."

"aku akan mengambil si bocah Kyuubi, Naruto Uzumaki,"

"kami takkan membiarkanmu!"

terjadi pertarungan yang sulit untuk Kakashi. Tubuhnya memang tak berasimilasi baik dengan sharingan-nya. Biar bagaimanapun, bola mata itu bukan miliknya. Menggunakanya menghabiskan tenaganya. Belum lagi Itachi begitu hebat. Baik dari segi tehnik dan pengalaman bertarung. Tak heran, dia menjadi ANBU di umur 13 tahun.

"jangan tatap matanya!" Kakashi berseru ke belakang, memperingatkan Asuma dan Kurenai.

Itachi menatapnya, bentuk Sharingan milik Itachi berubah,"mangekyou Sharingan!"

'byur!'

Kakashi terkapar...


Sudah dua hari satu malam dia tak juga membuka matanya, membuat Kurenai khawatir. Apa sebenarnya yang terjadi dengan kakashi? Pikir Kurenai.

Setelah Guy datang, Itachi dan Kisame menghilang. Naruto sudah aman dalam pengawasan Jiraiya-sama. Tapi Kakashi urung juga membuka matanya.

"kurenai.."

Asuma memegang bahunya, memberikan ketenangan yang nyaman ke perasaannya yang galau, "dia belum juga sadar.." gumam Kurenai.

"ya, aku juga khawatir. Biar aku yang menemaninya. Kau istirahatlah. Belum makan, kan?"

Gelengan kecil menjawab pertanyaan Asuma, "aku tidak lapar.."

"ayolah, dari tadi kau belum makan. Biar aku yang menemaninya."

"…"

Tangan kekar Asuma merengkuhnya dari belakang. Kehangatan menyeruak di dada Kurenai. Rasa nyaman yang tak bisa di gambarkan kata-kata..

Asuma berbisik di telinganya, "aku jadi sedikit cemburu pada Kakashi kalau begini caramu." Canda Asuma.

"baka!" bisik Kurenai sambil tertawa kecil. "iya, aku makan dulu.."

'blam!'

pintu tertutup. Asuma menatap pintu itu sambil tak henti-hentinya tersenyum. Kalau bujuk dan rayuan tak mempan, candaan memang jadi andalan! Pikirnya.

"bangunlah, Kakashi.." ujar Asuma sambil duduk di kursi samping tempat tidur.

"Asuma-san!" panggil suara dari luar.

"iyaa! Ada apa?" teriak Asuma dari dalam kamar.

"tolong keluar sebentar!"

Dia bangkit dari tempat duduknya, dan sesaat sebelum keluar, sayup-sayup, ia mendengar erangan itu.

"kurenai.." erang Kakashi.

Asuma berhenti melangkah, memandang tubuh tak berdaya Kakashi tak percaya..

"Asuma -san!"

Asuma Mengangkat bahunya, menggelengkan kepalanya, dan pergi dari ruangan itu.

"ck! Siang-siang begini aku sudah menghayal!"