Hinata tersenyum saat melihat Sasori memberikan minuman kepada Sakura. Kedua sudut bibirnya tidak tahan untuk tidak ditarik ke atas─apalagi saat melihat reaksi salah tingkah Sakura. Tawa kecilnya sukses keluar dari bibir ranumnya saat mendengar seruan tidak terima dari Ino.

"Curang! Kenapa hanya Sakura yang dapat?!"

Kira-kira seperti itulah kalimat yang diteriakkan oleh gadis pirang itu.

"Iya, kenapa Kami tidak dapat juga?" tanya Hinata, sedikit ingin menggoda temannya itu.

Sasori menoleh. Sebelah alisnya terangkat, menatap heran Hinata. "Hm, bukannya Naruto sudah membelikannya untukmu?"

"Eh?" kali ini Hinata yang menatap heran Sasori. Sebuah suara yang familier kemudian terdengar meneriakkan namanya.

"Hinata!"

.

.

Naruto milik Masashi Kishimoto

After Jaunt milik Ravenia Chloe

AU, OOC, sedikit typo, sedikit membingungkan

lanjutan dari Jaunt

disarankan untuk membaca Jaunt agar tidak bingung

.

.

"Hinata!"

Hinata menoleh. Wajahnya seketika berseri-seri, senyumnya merekah, perasaannya berbunga-bunga saat melihat Naruto yang sedang melambai-lambaikan botol minuman padanya dengan senyuman khas pemuda itu─siapapun akan senang jika mendapatkan barang pemberian, apapun itu, dari orang yang disukai.

Hinata bangkit, berjalan menuju Naruto dengan langkah ringan. Diabaikannya gerutuan tidak berdaya Ino. Saat ini suasana hatinya sedang terlalu bagus hanya untuk menanggapi gerutuan-gerutuan tidak penting.

Wajah Hinata terlihat semakin-seri berseri seiring semakin dekatnya jarak di antaranya dan Naruto. Begitu juga dengan Naruto, matanya nyaris menyipit sangking lebarnya cengirannya.

"Hinata─" seru Naruto, tangannya yang memegang botol minuman ditarik ke belakang. "─tangkap!"

Mata Hinata melebar saat Naruto akan melemparkan botol minuman itu kepadanya. Refleks, Hinata berjongkok. "Tunggu!" teriaknya, kedua tangannya berusaha melindungi kepalanya. "Aku belum siap!" matanya terpejam erat, bersiap merasakan rasa sakit dan perih.

Namun, hanya suara kekehan Naruto lah yang ia dengar, sehingga Hinata mendongak dan mendapati Naruto yang merunduk menatapnya.

"Maaf. Aku hanya bercanda," ucap Naruto, tidak tertawa, namun ada senyum samar di matanya.

Tangan Naruto kemudian terulur pada Hinata. Hinata mencebik, tapi ia tetap menerima uluran tangan Naruto, membiarkan pemuda itu menariknya berdiri.

"Aku benar-benar bercanda tadi, maaf," pinta Naruto lagi saat melihat bibir Hinata masih melengkung ke bawah. Ia tidak bisa mencegah dirinya untuk tidak tersenyum geli─karena bagaimanapun juga, Hinata terlihat seperti anak-anak jika sepeti itu, dan itu imut.

"Ini." Naruto mengulurkan botol minuman pada Hinata. "Kakimu masih sakit?"

Hinata menerima botol minuman pemberian Naruto, kepalanya sedikit menunduk menyembunyikan rona di wajahnya. "Sudah tidak lagi. Terima kasih karena tadi sudah me–menggendongku."

Naruto tersenyum. "Yup, kapanpun" jawabnya, kemudian mengambil botol minumannya lalu menegukknya dengan nikmat.

Hinata menatap Naruto─yang sedang melegakan dahaganya─dari balik bulu matanya. Air menetes tumpah menuruni leher Naruto. Saat Hinata mengikuti air yang mengalir itu dan mendapati matanya tanpa sengaja melirik jakun Naruto yang bergerak naik-turun, sontak wajah Hinata memanas. Segera ia alihkan tatapannya ke kedua ujung kakinya yang bergerak-gerak gelisah. Mungkin, pikirnya, ini kesempatan yang diberikan kepadanya.

Hinata menengadah. "Naruto," panggilnya. Suaranya bergetar, namun kukuh. "Aku menyukaimu."

Naruto tersedak, air menyembur keluar dari mulutnya. Ia terlalu kaget dengan pernyataan Hinata yang tiba-tiba.

Awalnya Hinata sedikit kesal dengan respon Naruto. Tapi saat melihat Naruto masih terbatuk-batuk dan raut wajahnya benar-benar terlihat kesakitan, Hinata panik. Tersirat rasa cemas dari balik matanya yang menatap panik Naruto yang masih juga terbatuk-batuk─sepertinya benar-benar terkejut.

"Naruto! Naruto, di mana yang sakit?!" Hinata mendekati Naruto panik.

"Se–sak..." Naruto berujar dengan suara tercekat. Matanya berair. "Ti–dak bi–sa ber–na–fas..."

Hinata semakin panik. "Bagaimana ini..." lirihnya, ingin menangis.

"Na–fas bua–tan," ucap Naruto dengan suara yang hampir menghilang. Tapi Hinata mendengarnya dan ia mengerti maksudnya.

Dengan malu-malu Hinata mendekati Naruto. Ini demi menyelamatkannya, pikir Hinata. Wajah Hinata dan Naruto semakin dekat. Kedua bibir itu kemudian bersentuhan. Seharusnya begitu, tapi tidak. Hinata tidak melakukannya. Kedua bibir itu nyaris saja bersentuhan kalau saja Hinata tidak mendorong Naruto dengan tiba-tiba hingga pemuda itu terpental dengan punggung yang menyentuh tanah duluan.

"Aku tidak bisa melakukannya," jelas Hinata dengan suara bergetar. "Dan lagi, mana mungkin bisa sembuh dengan nafas buatan," ucapnya skeptis. Namun, sejurus kemudian sekelebat rasa bersalah mulai menggerayanginya. Perbuatannya tadi bisa jadi memperburuk kondisi Naruto dan ia menyesal karenanya.

Saat Hinata hendak memberi bantuan pada Naruto, tiba-tiba saja pemuda itu bangkit dengan wajah yang berbinar cerah. "Sudah sembuh!" teriaknya girang. "Akhirnya Aku bisa menghirupmu lagi oksigen. Aku bisa bernafas lagi!" katanya penuh haru, membuat Hinata bernafas lega.

"Teman-teman!" teriak Naruto lagi dengan girang. Segitu senangnyakah Naruto karena sembuh dari sedakannya, pikir Hinata. Pikiran Hinata ternyata salah. Karena kemudian Naruto berseru, "Ternyata Aku tidak bertepuk sebelah tangan. Cintaku berbalas!" membuat mata Hinata melebar.

Sorak sorai pun terdengar dari yang lainnya. Berbagai ucapan selamat mereka sampaikan dengan gegap gempita. Mulai dari, "Selamat ya, Kalian berdua," dan "Ciee yang nggak jomblo lagi," sampai "Jangan lupa traktir ya."─Naruto bahkan mendapat jitakan dari Ino dan tempelengan dari Sakura.

Bibir Hinata bergetar, matanya tak lepas dari Naruto, penasaran. Mungkinkah itu maksudnya Naruto juga menyukaiku, pikirnya berharap. Mulutnya yang awalnya terkatup mulai terbuka, ingin menyakan perihal itu pada Naruto langsung."Naruto," panggilnya, membuat Naruto menoleh. "Mungkinkah, mungkinkah itu maksudnya kau... juga menyukaiku?" tanyanya agak ragu. Tapi kemudian Naruto menyeringai, kepalanya mengangguk mantap mengiyakannya, membuat Hinata tersenyum─senyum termanis yang pernah ia tunjukkan.

"Tapi... yang tadi itu nyaris sekali ya," ucap Naruto, matanya menyeringai samar. "Ciumannya."

Rona menjalari wajah Hinata, pipinya memanas. "Mak–maksudmu nafas buatan, kan," ucapnya gelagapan. "Aku, Aku tidak biasa melakukannya."

"Wah, sama, dong," ujar Naruto santai. "Maka dari itu, untuk saat ini, segini saja, ya," ucapnya kemudian sambil menyapukan bibirnya di permukaan kulit Hinata, tepat di sudut bibir gadis itu.

Hinata tidak mampu berkata apa-apa. Lidahnya kelu. Yang ia tahu suhu tubuhnya tiba-tiba meningkat dan matanya berkunang-kunang sebelum kemudian ia terhuyung kebelakang dan jatuh, membuat Naruto panik.

"Dasar Naruto mesum! Apa yang Kau perbuat pada Hinata Kami?!" teriak Ino dan Sakura dari kejauhan.

"Eh...?! Jadi ini salahku?!"

.

.

Fin


Akhirnya selesai juga fic lanjutan dari Jaunt, cerita dengan genre romence kedua Saya *nangisharu.

Argh... Saya benar-benar malu saat menulis adegan Hinata yang melihat jakun Naruto, juga adegan Naruto mencium Hinata─meskipun bukan di bibir. Jadi, Saya mohon maaf jika ceritanya mengecewakan pembaca sekalian .

Terima kasih untuk NaruHinaBoltHima Uzu Family, Luca Marvell, hqhqhq, Guest, , Byakugan no Hime, Alice, dan hinatasakura atas review-nya di fic Jaunt─Saya senang ada yang kasih juga untuk para pembaca yang membaca fic ini ^^

Fic After Jaunt ini hanya berupa kumpulan oneshoot. Chapter pertama khusus oneshoot Naruhina. Sedangkan untuk chapter selanjutnya─chapter kedua─akan ada oneshoot khusus Sasosaku. Jadi, silahkan dinantikan...

Berhubung Saya masih pemula, kritik dan saran dari pembaca sekalian sangat dibutuhkan. Jadi, mohon review-nya :)

Jaa, sampai ketemu lagi semuanya~