Ini adalah Fic pertama saya di fandom ini, biasanya saya nongol di fandom Fairy tail , jadi mohon maaf jika kurang memuaskan. Dan juga.. maaf jika ada kesamaan ide atau yang lainnya. Saya nggak ada maksud buat jadi plagiat. Dan ini.. asli dari otak saya.
Salam kenal untuk para senpai!
.
Hello! Welcome to the past!
.
TAHUN 2038
"Uhmm.." Dehuman lembut seorang cewek yang menatap sebuah benda dihadapannya dengan memincingkan matanya itu dapat terdengar oleh rekan kerjanya yang berada disampingnya. Mata biru langitnya memperhatikan dengan teliti setiap sudut benda—yang terlihat penting baginya itu. Cewek itu menggaruk belakang kepalanya sembari tangan yang lainnya mengibas jas putihnya. Rambut panjangnya terjuntai indah hingga ke bahunya.
"Aku tak mengerti. Apa yang kurang?" Ia mengelap beberapa keringat yang mengalir di ujung-ujung pelipisnya. "Semuanya sudah terpasang dengan benar" Katanya menunjuk benda itu. Benda yang terlihat seperti kotak telpon umum, dengan beberapa tombol di ujung pintunya itu tidak bekerja meski cewek itu sudah menyambungkan kabel pada sumber listrik.
Cewek itu menyibak poninya yang sempat menghalangi penglihatannya untuk beberapa saat. "Mungkin ada sesuatu yang tertinggal. Sesuatu yang penting yang berfungsi untuk menghidupkan mesin waktu ini?" Ujar rekan kerjanya yang berkeliling mengitari benda yang mereka maksud mesin waktu itu.
"Mungkin.." Cewek itu menggerakan bola matanya kesegala arah, hingga sebuah tuas menyita perhatiannya.
"ASTAGA!" Cewek itu menepak keningnya sendiri. "Kita terlalu pintar untuk menyadari hal ini" Ia berlari menuju tuas itu, dan menariknya bersamaan dengan tubuhnya yang ia condongkan kedepan. "Tuas ini berfungsi menghidupkan mesin. Haha.. " Katanya sembari tertawa kecil.
Sesaat setelah ia menarik tuas itu, lampu yang ada pada mesin waktu itu menyala. "Kau menghidupkannya!" Sorak rekan kerjanya, sembari melompat-lompat gembira. "Proyek kita berhasil! Kita akan masuk koran! Surat kabar! Televisi! Dan yang terpenting…" Ia menahan kalimatnya sebentar. "Kita akan menjadi dua ilmuwan paling terkenal di tahun 2038 ini!"
"Ow.. Ow.. tenang kawan. Aku yakin kita akan terkenal. Tapi.." Cewek dengan surai berwarna baby blue itu melangkahkan kakinya mendekati mesin waktu ciptaannya itu. "..Jika mesin ini tak bekerja sesuai dengan yang diharapkan. Kita hanya akan mendapatkan malu" Katanya dengan nada khawatir.
"Lalu apa yang akan kau lakukan?" Tanya rekannya sembari mengernyitkan dahi.
Cewek itu hanya melirik sesaat rekan kerjanya itu sebelum ia kembali melangkah, kini ia sudah berada didalam mesin waktunya sendiri. Jantungnya sedikit berpacu lebih kencang.
"Aku.. akan mencobanya"
"Mencoba?" Rekannya mengulangi perkataannya "Tapi, itu berarti kau akan pergi ke dimensi lain. Kau mungkin tak dapat menyesuaikan dengan baik keadaanmu disana?"
"Bagaimana kita tahu alat ini berfungsi jika aku tak mencobanya?" Pertanyaannya menutup mulut rekannya. "Tenang saja. aku akan baik-baik saja. Lagi pula aku yang menciptakan mesin ini" Rekannya hanya dapat mengangguk pelan.
"Jadi? Kau akan pergi kemana?"
"Aku suka angka 14.. dan 20.." Cewek itu mengusap-ngusap dagunya yang tak memiliki jenggot itu "Tapi.. itu artinya aku akan kembali kemasa lalu terlalu jauh. Karna jika digabungkan, aku akan pergi ke tahun 1420"
"Bagaimana tak kau balik angka itu?" Usul dari rekannya.
"Ah. Itu berarti aku… akan berada di masa.. dimana orang tuaku SMA!" Teriaknya bersemangat. "Baiklah!" Ia menekan beberapa angka yang ada pada ujung pintunya. "2014… aku datang"
Tiba-tiba mesin bergetar hebat. Lampu yang ada pada mesin pun berkelap-kelip. Mereka tahu, jika mereka tengah berada didalam ruangan, lalu kenapa angin terasa begitu kencang disana saat itu?
"Tititp salamku untuk yang lainnya… Midorima-san!"
Tak butuh waktu lama ketika cewek yang berada didalam mesin waktu itu, menghilang dengan bersamaan munculnya cahaya yang menyilaukan mata. Rekannya hanya dapat menatap mesin waktu yang kosong itu dengan matanya yang seakan ingin keluar dari tempatnya "KUROKO-SAN!"
.
.
TAHUN 2014
BRUK!
"I-Ittai…" Cewek bertubuh mungil itu mengelus kepalanya yang terasa nyut-nyutan, karena terbentur oleh sebuah pohon besar. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali, berusaha memfokuskan kembali penglihatannya. "Di mana aku?" Tanyanya pada dirinya sendiri, sembari mencoba berdiri dari tempatnya terjatuh—lebih tepatnya mendarat dan jidat mulusnya sukses mencium pohon.
"Apakah.. aku berhasil kembali ke masa lalu?" Ia tidak yakin jika mesin waktunya berhasil, tapi.. sebuah pemandangan—tidak, segerombolan pemuda menyita perhatiannya. "Itu.." Cewek itu sontak bersembunyi dibalik pohon—yang nistanya bikin jidatnya benjol.
.
.
"Aominecchi! Hidoi-ssu! Kenapa aku yang menang saat bermain basket tadi, malah aku yang mendapatkan hukuman!" Rengek seorang cowok bersurai blond, sembari memukul-mukul lengan salah satu cowok bersurai dark blue. Cowok bertubuh rada gelap itu, mendengus kesal akan perlakuan cowok disampingnya yang kelewat manja.
"Berhenti memukulku atau kugantung kau di ring basket, Kise!" Ancamnya tegas.
"U-Uh..." Cowok yang bernama Kise itu dibuat kelabakan oleh ancaman temannya itu, akhirnya melirik ke cowok lain berambut merah yang lebih pendek darinya "Akashicchi! Aominec—"
"—Ryouta.. merengek padaku, gunting sakti ini akan menembus tenggorokanmu"
Begitu mendengar perkataan cowok bernama Akashi itu, Kise langsung bungkam seribu bahasa. 'Aku masih sayang nyawa-ssu!' Batinnya berteriak.
"Kisechin~ mau maibou..? Ini bisa membuatmu merasa lebih baik.." Cowok lain yang memiliki tinggi tubuh tidak normal itu, mencondongkan sedikit badannya agar dapat bertatap muka dengan temannya yang masih dalam mode—nyawa tengah terancam.
"Itu hanya berguna untukmu saja nanodayo" Sahut cowok yang memiliki surai hijau itu, sembari memeluk lucky itemnya, yang berbentuk kodok. Tak lupa ia beri nama .
"Tak apa Midorimacchi, saat ini.. aku memang membutuhkan sesuatu yang bisa menenangkanku.." Ucap Kise masih dengan suara yang tersenggal-senggal. Tiba-tiba Kise diam untuk beberapa saat, membuat semua temannya berhenti melangkah, karena menunggunya.
"Oi. Kise. Kenapa berhenti?" Tanya Aomine yang berjalan paling depan.
Kise tersenyum lebar "Tidak apa-ssu! Aku hanya teringat.. disaat-saat seperti ini.. yang bisa menenangkanku hanya.." Kise melirik kebarisan paling belakang, dimana seorang cowok mungil tengah memandangnya bingung, sembari memiringkan kepalanya lucu "..KUROKOCCHI!" Kise membentangkan lengannya selebar yang ia bisa dan memberikan cowok bersurai baby blue itu pelukan kematian.
"K..Kise..kun… nafas.. aku.. t..tak bisa.." Cowok mungil bernama Kuroko itu, mencoba melepaskan pelukan maut dari Kise, tapi apa daya.. ia tak kuasa.. ia tak cukup kuat untuk melawan serangan yang dapat membuatnya kehabisan nafas itu.
"BODOH!" Aomine menjitak kepalanya "Tetsu tidak akan hidup lama, jika begini caranya!"
"Ittai-ssu! Aku yang tak akan hidup lama jika disiksa terus oleh kalian!"
"Kau yang memaksa kami untuk—selalu ingin menyiksamu nanodayo"
"Kisechin memang cocok untuk dijadikan tahanan saat perang"
"Eh? Apa hubungannya Murasakibaracchi?!"
"Ryouta. Apa yang harus kulakukan agar kau tak selalu berteriak?"
"Ta-Tapi.. Akashicchi… semua juga berter—"
"—berani melawanku? Kunaikan porsi latihanmu dua kali lipat" Akashi melirik sinis kearah Kise yang masih memeluk Kuroko layaknya itu benda kesayangannya. "Eh? Tapi kau kan, bukan kapten kami lagi?"
JENG JENG JENG
Ahomine.. kau menggali kuburanmu sendiri.
Kise menarik Kuroko mundur. Midorima menelan liurnya sendiri sebelum menjauh dari Aomine—yang sialnya tepat berada disampingnya. Murasakibara hanya melangkah sekali dan itu sudah membuatnya jauh dari sang kapten iblis yang kini murka.
"Ulangi.. perkataanmu.. Daiki.." Akashi berjalan perlahan mendekatinya, sesekali memainkan gunting saktinya diantara jemarinya. Membuat bunyi yang mengilukan setiap—mantan anggota timnya itu.
Aomine memandang Akashi layaknya malaikat pencabut nyawa. Beberapa kali ia menelan liurnya sendiri, tak lupa ia menambahkan efek pada tubuhnya sendiri yaitu.. getaran hebat. Senyum Akashi saat itu, sangat tampan. Bahkan dapat megalahkan artis korea yang gagal operasi sekalipun.
Beberapa detik lagi mata gunting Akashi akan mengenai Aomine, sebuah suara kecil mengurunkan niatnya "Akashi-kun.. sudahlah. Ahomine-kun tak sengaja berkata begitu padamu" Kuroko berbicara disela-sela celah lengan Kise yang memeluknya hingga muka mungilnya tak terlihat. Akashi menatap Kuroko sesaat sebelum menghela nafas "Baiklah.. Testsuya.." Melihat Akashi memasukan lagi senjata pamungkasnya ke sakunya, Aomine menghela nafas lega hingga lemas. Beruntung nyawanya bisa selamat. Ia sangat mencintai—maksudnya dalam artian sahabat pada mantan-shadownya itu.
"Daiki.. siapa suruh kau lega dulu?"
Ngek?
"Bujukan Tetsuya hanya berguna saat kita ada dikeramaian. Saat kau dan aku sendiri.. kita akan melakukan hal yang tertunda tadi"
Aomine langsung nemplok—nempel—lengket sama Midorima yang paling dekat dengannya "Mi-Midorima.. jangan tinggalkan aku.. untuk beberapa saat ini…"
"Menjauh dariku, Ahomine! Kau sendiri yang membangkitkan jiwa iblis Akashi!" Midorima mendorong Aomine menjauh darinya, hingga beberapa detik kemudian ia mengingat apa yang telah ia ucapkan.
Kise, Kuroko dan Murasakibara cuman cengo. 'Satu korban lagi..' Batin mereka resah, karena mereka akan kehilangan satu teman lain. "Shintarou"
"Y-Ya?" Midorima menggerakan lehernya patah-patah kearah Akashi "Bersiaplah"
Akashi hanya berkata sepatah kata kok. Nggak banyak. Cuman bisa bikin semua bergidik ngeri.
Akashi kembali melangkahkan kakinya. Diikuti dengan anak buahnya yang paling setia—Murasakibara. Lalu Kise yang menyeret Kuroko. Midorima dan Aomine berjalan lemas di barisan paling belakang "Ini semua salahmu nanodayo!"
"Kau bisa membahas itu nanti, Midorima.." Aomine mengehala nafas untuk yang kesekian kalinya. "Eh? Kenapa kau malah lega nanodayo?"
Aomine menyengir kearah Midorima "Setidaknya.. aku tak akan ke neraka sendirian nanodayo~" Jawabnya sembari meng-copy ciri khas Midorima itu.
"Kau—!"
"KYAAA!"
Sebuah teriakan melengking mengunci mulut Midorima dalam seketika. "Ada apa di sana?" Kise menunjuk kearah keramaian, ia memincingkan matanya "Chotto.. matte… Kurokocchi, bukankah itu Seirin?"
Kuroko mengikuti arah pandang Kise. Dan memang benar, disana tengah berdiri—semua anggota timnya. Tunggu. Tak semua. Diantara mereka ada salah satu cewek bersurai baby blue sama sepertinya. Siapa dia?
.
.
Semua anggota Seirin minus Kuroko tengah dalam perjalan kembali setelah latihan ringan. Kagami sedari tadi hanya mengumpat dan menggerutu mengenai Kuroko yang seenaknya men-skip latihan dan berjalan bersama para GoM. Ia bahkan berjalan layaknya king kong jalan. Kakinya dilebarkan dan sembari terus mengeluarkan asap dari telinganya.
"Kagami.. berhentilah berjalan dengan aneh. Kau membuat semua orang yang berjalan melewati kita.. menoleh kearahmu" Hyuuga melirik kouhai-nya yang membuat mereka malu.
"Jangan salahkan aku! Salahkan Kuroko!" Kagami mentautkan alis cabangnya.
"Bagaimana ini bisa kesalahannya Kuroko-kun, Kagami-kun?" Riko menaikan sebelah alisnya sembari melipat kedua tangannya didepan dadanya.
"Jelas saja! Bagaimana bisa ia membiarka aku, light-nya berlatih sendiri, sedangkan ia bersenang-senang dengan para GoM?! Shadow macam apa dia?!"
Kiyoshi tiba-tiba mengacak rambut merahnya "Ka-ga-mi. Jangan begitu. Kuroko hanya ingin berkumpul kembali dengan mantan timnya, kita harus menghormati itu. Bagaimanapun.. mereka tetap timnya dulu"
Kagami berdengus "Huh. Yah! Terserahlah! Kali ini, ia kumaafkan!"
"Kau seperti seseorang yang mendapati pacarnya berselingkuh dengan lima orang" Izuki menggelengkan kepalanya "Aku tahu dari dulu ada sesuatu yang beda dengan kalian berdua"
"Jangan memulai.. Izuki.." Sahut Koganei, diikuti dengan Mitobe dan Tsucida yang manggut-manggut. Ketiga anggota kelas satu mereka juga cuman tersenyum kecil.
"Apa yang—eh? Bukankah itu… Kuroko dan para GoM?" Kagami menunjuk kearah segerombolan orang bersurai warna-warni. Sungguh? Warna rambut mereka itu begitu mencolok. Apalagi si Kise yang ribut itu, lalu Aomine yang menyebalkan itu, lalu Murasakibara yang polos-polos bego itu, lalu Midorima si lumut ngambang penggila Oha-Asa itu, lalu.. kapten cebol mereka yang berjiwa iblis itu.. lalu..
Yah… menurut Kagami yang paling waras di GoM hanya Kuroko.
"Oy! Kuro—!" Mulut Kagami tiba-tiba dibekap oleh pelatihnya sendiri yaitu Riko. "Ssst…" Desisnya pada seluruh anggota tim. Begitu semua perhatian teralihkan padanya, Riko menunjuk kesebuah—tidak seorang cewek yang tengah berjongkok dan memperhatikan gerak-gerik anggota GoM dari balik sebuah pohon.
Dengan mendengdap-endap, Riko mendekatinya. Langkah demi langkah. Perlahan tapi pasti. Begitu ia sudah berada tepat dibelakang cewek jas putih itu…
"Apa yang kau lakukan?" Bisiknya ditelinga cewek itu. Suaranya begitu halus, tapi sukses membuat cewek itu berteriak kencang.
"KYAAA!"
Sontak semua perhatian tertuju padanya, bahkan para anggota GoM sudah mulai berlarian kearahnya. "Riko! Kau membuat kita jadi perhatian!" Hyuuga menepuk bahunya.
"G-Gomen! Aku tak tahu ia akan berteriak, padahal aku hanya berbisik ditelinganya"
"Ada apa-ssu?" Kise adalah anggota GoM pertama yang mendekati mereka. Dibelakangnya Kuroko dan yang lainnya berlari kecil kearahnya.
Mereka melihat cewek bersurai baby blue itu, mulai ketakutan. "Apakah cewek ini ketakutan karena si Bakagami itu?" Aomine langsung menghujam tuduhan pada rivalnya itu.
Kagami tak mau kalah "Huh? Aku baru saja melihat suatu benda yang hitam berbicara"
"Teme—!"
"Daiki.." Aomine melirik Akashi yang sepertinya ingin lewat dihadapannya.
"Oh.. H-Hai'! Silahkan…" Aomine mempersilahkan kapten cebol—maksudnya mantan kaptennya itu melangkah didepannya.
"Jadi.. Seirin.. bisa kalian jelaskan apa yang terjadi disini?" Tanya Akashi masih dengan logat berwibawanya, sembari melirik cewek—yang belum diketahui siapa namanya itu.
"Begini.. kami melihat cewek ini tengah memata-matai atau memperhatikan gerak-gerik kalian sedari tadi. Karena curiga aku mencoba berkomunikasi dengannya—"
"—atau membuatnya takut"
"Diamlah, Koganei" Riko mendelik kearahnya sebelum kembali menghadap para anggota GoM "Dan… itulah yang kalian dengar. Ia berteriak"
"Jadi…" Kiyoshi menatap lekat-lekat cewek itu "Siapa kau?"
Cewek itu semakin ketakutan karena sekarang ia menjadi pusat perhatian. Keringat dingin sudah mengalir dipelipisnya. Rasa tidak nyaman sudah menodai perasaannya. "Ugh.. a-aku…"
"Tak apa. Kami bukan orang jahat kok" Sahut Kuroko dengan tersenyum lembut kearahnya. Begitu matanya bertemu dengan Kuroko… ia…
"Huwaaa!" Ia berlari dan langsung memeluk tubuh Kuroko erat. Ia bahkan membasahi baju Kuroko dengan air matanya. Semua temannya yang melihat itu langsung ribut bukan main, lantaran ada cewek yang tidak dikenal memeluk phantom player kesayang mereka itu.
Ini dialog yang terdengar sesaat cewek itu memeluk Kuroko :
"EH?! EEEEHHHH?! APA YANG KAU LAKUKAN PADA KUROKOCCHIKU?! CEWEK-CCHI?!"
"Tetsu/Kuroko! Lepaskan shadowku!" Kagami dan Aomine mulai saling beradu kening. "Makhluk ini Shadowku!" "Itu dulu Ahomine! Sekarang ia lebih memilih aku!" "Kau!" Dengan begitu kedua light itu masuk kedalam zone(?)
"Kuroko-kun ku! Lepaskan anggota timku yang berharga !" Riko mencoba melepaskan Kuroko dari dekapan cewek yang baru ia temui dijalan itu.
"Kuro-chin~ cewek-chin~ kumohon lepaskan Kuro-chin~ aku akan memberikanmu setengah dari Maibouku~"
"Tolong lepaskan, temanku. Bukan berarti aku peduli padanya, hanya saja aku takut ia tak bisa bernafas" Midorima.. kalau khawatir ya.. katakan saja, wahai Tsundere-sama.
"Uwooh! Cewek ini benar-benar lengket pada Kuroko!" Koganei dan Mitobe membantu Riko menarik Kuroko, tapi hasilnya pun nihil.
"Bagaimana caranya agar cewek aneh ini melepaskan Kuroko?" Hyuuga menaggaruk kepalanya. Lalu ia melirik Kiyoshi yang tengah tertawa sendiri melihat pemandangan ricuh dihadapannya "Ha Ha Ha! Aku suka dengan adegan ini!"
"Aho! Kenapa kau malah menjadi penonton saja!" Hyuuga menjitak kepala sahabat—anehnya itu. "Huh? Bukankah ini seru?"
Cekres Cekres
Oh no. Bunyi nyanyian kematian sudah terdengar…
Semua menggerakan leher mereka perlahan kearah sumber suara. Glek.
Akashi sudah memegang dua gunting—maksudku.. DUA gunting! Satu gunting itu sudah parah! Jika Akashi sudah mengeluarkan dua gunting saktinya, berarti saat ini.. ia sangat murka!
Keheningan seketika melanda atmosfer disana. Tak ada yang dapat berani bergerak—sesenti pun! Bayangkan betapa hebatnya Akashi! Bahkan para Senpai dari Seirin pun tak berkutik dibuatnya.
"Permisi.. jadi.. bisa kau lepaskan Tetsuya?" Akashi menodongkan guntingnya kearah cewek itu. Bagi Akashi… mau cewek kek, manula kek, orang buta kek, yang namanya udah bikin dia murka.. semuanya bakal dia bantai!
"Ugh… baiklah.." Cewek itu perlahan melepaskan pelukannya pada Kuroko. Semuanya mulai lega melihat teman mereka sudah lepas dari maut. Tapi.. perkataan cewek itu selanjutnya membuat semuanya membelokkan mata mereka ".. gomen. Paman Sei.."
Satu
Dua
Tiga
"PAMAN SEI?!" Teriak semuanya menggelegar disepanjang jalan! Bahkan seorang nenek tuli sempat sembuh penyakitnya lantaran mendengar teriakan mereka *abaikan.
"A-Akashicchi? Siapa cewek ini? kenapa ia memanggimu dengan Paman?!
Sejujurnya Akashi juga syok, ketika cewek itu tahu namanya, belum lagi menambahkan kata 'Paman' pada namanya. Tapi alih-alih jaga image.. ia masih tetap mempertahankan wajah coolnya.
"Bisa kau ulangi memanggilku apa?"
"Paman.. Sei?"
"Kenapa—"
"—Kenapa kau memanggil Akashi begitu? Apa kau kerabatnya?"
"Daiki. Aku tak suka perkataanku dipotong"
Aomine langsung membekap mulutnya sendiri 'Sial cebol!' Hardiknya dalam hati.
"Sebelumnya siapa namamu?" Akashi membenarkan posisi gunting ditangannya. Sungguh? Melihat guntingnya hanya bergerak sedikit saja yang lain sudah bergidik.
"Namaku?" Cewek itu terlihat ragu-ragu untuk memberitahukan namanya. Lalu ia melirik Kuroko, membuatnya kembali membalas tatapannya dengan tatapan bingung. "Oi-Oi. Berhenti melirik, Tetsu!"
Cewek itu tersentak kaget mendengar suara Aomine "Jangan membuatku kaget Paman Daiki!"
Kau yang malah membuat Aomine kaget dengan sebutan 'Paman' itu.
"Bolehkan aku memberitahu namaku?" Tanya cewek itu pada Kuroko. Lagi-lagi.. ia menoleh pada Kuroko. Apasih hubungannya dengan Kuroko?!
"Tentu.. saja" Kuroko masih terlihat datar, walau dalam raut wajahnya ada sedikit ekspresi bingung.
Cewek itu menghela nafas "Baiklah.. namaku adalah… Saaya.. Saaya Kuroko"
"Oh… Saaya Kuroko.." Teman-temannya mulai manggut-manggut.
"Hei, kalian tahu.. nama itu tidak asing bagiku" Kiyoshi menggosok dagunya. "Kau benar" Hyuuga manggut-manggut.
Apa yang membuatnya tak asing ya….
Coba dipikirkan baik-baik…
Masih belum dapat?
Coba lagi dipikirkan…
Ah. Sepertinya mereka sudah sadar akan sesuatu.
"Hmmm…"
"Saaya.."
"..Kuroko.."
"…"
"…"
"…"
"KUROKO?!" Akhirnya… bahkan para GoM pun ikut bagian dalam keidiotan ini. selamat GoM!
"C-C-C-C-CHOTTO MATTE! Ku-Kurokocchi! Ia salah satu kerabatmu atau.. apa?!" Kise menjambak rambutnya frustasi.
"A-Aku tak tahu, Kise-kun" Kuroko mengibas tangan kedepan.
"Kenapa kau bisa memiliki nama yang sama dengan Kuroko.. anou… Kuroko-san?" Ah.. Kagami jadi awkward manggilnya. Kalau dia manggil dengan nama pertamanya entar dikira so' akrab.
"Panggil aku Saaya juga tak apa, Paman Taiga"
Ngek?!
Sekarang dia yang dipanggil Paman?! Setua itu kah Kagami?!
Semua mata kini hanya tertuju pada cewek yang baru diketahui bernama Saaya itu. Ia terlihat seperti cewek pada umumnya. Ia juga sepertinya seumuran dengan mereka. Rambut panjang Saaya berwarna baby blue yang terjuntai hingga bahunya itu, bergoyang diterpa angin, membuat helai demi helai rambutnya tersisir oleh angin.
Kulit putih susunya itu begitu bersih dan sepertinya sangat lembut. Belum lagi mata biru langitnya yang terlihat seperti Kuro—eh? Kalau dilihat-lihat mereka cukup mirip?
"Kau.. apa kau Kakaknya Kuroko?" Tanya Midorima sembari membenarkan kacamatanya.
"Uhm~ Uhm~ Karena Saaya-chin mirip dengan Kuro-chin"
Saaya menggelengkan kepalanya "Ah.. tidak..tidak.." Ia tersenyum kecil "Aku tak mungkin menjadi Kakaknya.."
"Kenapa? Kalian kan mirip?"
Saaya menghela nafas dalam "Seorang anak tak mungkin menjadi Kakak bagi ayahnya sendiri kan?" Katanya menjawab pertanyaan Izuki.
Seirin dan GoM cuman cengo. Suara Saaya masuk telinga kanan, keluar telinga kiri mereka.
GoM lagi dalam proses me-loading data.
Seirin dalam mode—not responding.
Kuroko? Dalam otak Kuroko sudah bertuliskan 'Your computer might be at risk'
"Minna?" Saaya mencoba menarik perhatian mereka kembali. Saaya menggaruk belakang kepalanya "Gini.. okeh. Singkat cerita adalah… aku adalah anak dari Tetsuya Kuroko di masa depan yang tengah melakukan percobaan pada mesin waktu yang baru aku buat untuk suatu proyek ilmiah dimasa depan. Aku memilih tahun ini karena.. aku hanya penasaran bagaimana ayahku di masa lalu…jadi aku memutuskan untuk pergi ketahun ini jadi… Hey! Apa kalian mendengarkan aku?" Saaya mangernyitkan dahinya, kesal karena sepertinya omongannya tak didengarkan.
"Ugh? Oh.. yah.. tentu.." Riko baru saja menutup mulutnya yang menga-nga "Mimpiku… ini benar-benar membuatku sakit kepala hehe.."
"Iya. Aku yakin ini hanya mimpi, pfft. Seseorang dari masa depan..jangan bercanda" Hyuuga mengucek matanya.
"Cepat bangunkan aku-ssu! Wahai Kami-sama!" Kise mulai memanjatkan doa, agar cepat dibangunkan dari tidurnya.
"Setidaknya.. dimimpi aneh ini… aku masih bisa memakan Maibou…" Suka-suka kau saja Murasakibara.
"Ada dua.. Kuroko.. ada dua Kuroko.. ada dua Kuroko…" Kagami terus mengulangi perkataannya.
"Bakagami.. sekarang ia sakit jiwa" Cibir Aomine yang melihat rivalnya itu memeluk dirinya sendiri.
" … hanya kau dan aku yang waras disini bukan?" Kau malah tak waras jika berbicara dengan salah satu lucky itemmu itu Midorima.
Akashi saja bahkan mengerjapkan matanya berkali-kali, sepertinya ia juga yakin kalau mereka berada didalam mimpi.
Kuroko hanya dapat mematung ditempat, bergerak sesenti pun tidak. "Anou… aku benci mengatakan ini tapi… apakah mungkin dalam semalam kalian… maksudku KALIAN yang banyak ini mendapatkan mimpi yang sama?"
"Tidak…?" Kiyoshi menyahut pertanyaannya. "Kalau begitu ini.."
"NYATA!" Untuk yang kesekian kalinya mereka berteriak bersama. Bahkan author pun capek membuat mereka berteriak di adegan yang sama.
"Okeh.. Okeh…" Kuroko akhirnya berhasil menyadarkan dirinya sendiri " Jadi… kau benar-benar a-a-a-a-a-anak-u-u-u…"
"Ini pertama kalinya aku melihat Kuroko se-syok itu sampai gagap.." Bisik Izuki pada Koganei.
"….dari masa depan?"
Saaya mengangguk dengan—sangat percaya diri. Lalu tiba-tiba ia mengulurkan tangannya "Mohon bantuannya tou-san dari masa lalu!"
"Souka…" Kuroko menjabat tangannya masih dengan ekspresi datarnya. Sebelum…
Bruuk!
"KUROKO!"
"KUROKO-KUN!"
"KUROKOCCHI!"
"KUROCHIN?"
"TETSU!"
"TETSUYA?"
"TOUUU-SAAAAN!"
..saat ini Tetsuya Kuroko tekapar di jalanan.
.
.
Dan… untungnya itu adalah teriakan terakhir untuk chapter ini.
.
Preview Next Chap :
"Eh? Aku pikir Kurokocchi menikah denganku?"
"Huh? Sebuta-butanya Tetsu pasti ia memilihku!"
"Oi! Oi! Jangan memperebutkan partnerku ! "
"Cih. Paman! Kalau Tou-san menikahi salah satu dari kalian, aku tidak akan ada!"
"Ah.. itu benar-ssu.. tapi.. siapapun juga tau aku dan Kurokocchi sangat cocok!"
"KAMI TAK AKAN RELA MEMBERIKAN KUROKO PADAMU, KISE!"
.
TBC
.
.
JADI? JADI MINNA? Ba-Bagaimana? O, o
Mohon pendapatnya yaa… review, fav, dan foll diterima dengan ikhlas w) sampai jumpa di chappie berikutnya!
