Hello? What's up? How are you doing?

Rasanya udah setahun aja Cygnus ga muncul dan menelurkan cerita. Kali ini mau publish cerita abal yang sebenarnya udah lama aku tulis cuman enggan aku publish. Tapi berhubung kemarin aku baca cerita inses yang *what the hell* bikin merinding dan ngeri saking banyak kata adegan moaned-.-. jadi, aku memutuskan untuk membuat cerita yang sama tema cuman agak elegan.

(Agak elegan? Ini kata yang ambigu haha)

Reader : Staaaawwwpp!

Cygnus : Oke, Check this out! Siapkan kantung kresek, plastik, baskom dan sebagainya untuk wadah muntah. Okay?

WARNING : GAJE, INSES, RATED M, TYPOS!


Harry Potter © J. K Rowling

C. Jessenia

Present

Golden

Bab 1

19 Oktober 1981

Hari begitu mendung, awan kumolonimbus berarak membentuk balon-balon gembung diatas langit. Petir sesekali menyambar, menciptakan kilatan cahaya yang menakutkan. Didalam kastil itu, dibalik jendela yang bersinar temaram, ada seorang wanita cantik yang duduk di sofa hijau. Ia mengelus perut buncitnya, senyum tipis tersungging dibibir merah si wanita. Disampingnya ada seorang anak kecil berambut pirang menyala.

"Mum, apa Hermione akan segera lahir?" tanya si anak.

Narcisssa Malfoy mengangguk pelan dan megelus rambut Draco Malfoy yang tak begitu lebat.

Ia begitu senang, anak laki-lakinya begitu antusias menyambut adik kecilnya yang bahkan belum lahir ke dunia. Adik kecil yang telah dinamai Hermione. Hermione Jean Malfoy.

"Kau tidak sabar ya?"

Draco mengangguk cepat.

"Kau akan segera mendapat teman baru, teman yang sangat cantik," Narcissa tersenyum lembut.

"Aku akan menyayangi Hermione, seperti aku menyayangi Mum dan Dad." Draco kecil mencium tangan ibunya dan bergelung di lengan Narcissa yang sedikit menggemuk.

Narcissa tak pernah sebahagia ini, ia begitu bahagia sampai paru-parunya tak sanggup menghirup aroma kebahagiaan.

Harum,

Sangat harum.

Suami yang mencintainya, anak yang tampan dan baik serta calon bayi yang begitu dinanti.

Bayi perempuan.

Bayinya...

Petir kembali menyambar salah satu menara manor dan menyebabkan kegaduhan kecil. Lilin-lilin padam berjatuhan. Semuanya gelap gulita. Dan saat itu pula Narcissa mengalami kontraksi hebat di perutnya. Ia merasakan sakit yang luar biasa.

"Aww...arrgghh...,"Narcissa meraung kesakitan.

"Mum? Mum kenapa? Mum?" Draco panik saat merasakan tubuh ibunya mengejang hebat.

"Dra..Draco...suruh Hooky untuk memanggil ayahmu di Kementerian Sihir. Mengerti?" Narcissa mencoba berbicara ditengah-tengah rasa sakitnya, ia butuh bantuan.

Draco panik dan mencengkeram jari-jari mungilnya sendiri.

"Aarrgghhh...," Narcissa bersumpah bahwa rasa sakit pada perutnya 2 kali lipat daripada saat melahirkan Draco dahulu.

"Dob-by...errgghh...Dobby..,"

Tak berapa lama terdengar bunyi puff yang cukup keras dan seketika itu pula Dobby berlari menghampiri sang majikan.

"Bantu aku Dobby...bayiku...Hermioneee..." Narcissa terengah-engah dan mencengkeram erat sofa.

Peri rumah yang lain menggandeng Draco keluar ruangan, mereka memeluk Draco layaknya saudara.

"Kreacher, apa Mum akan baik-baik saja?" tanya Draco.

"Tentu, Young Master. Mistress akan baik-baik saja."

Waktu serasa berjalan lama sekali, malam itu jeritan-jeritan terdengar dari ruang keluarga dan pada puncaknya muncul suara lain...tangisan seorang bayi.

Draco buru-buru masuk ke ruang keluarga dimana Narcissa melakukan persalinan. Mata kelabunya menangkap sosok lain, dia sangat kecil dan lucu. Pipinya merah tembam, kulitnya putih kemerah-merahan, rambutnya coklat keemasan. Siapa dia?

"Draco, kemarilah. Berikan salam pada Hermione," kata Narcissa lirih.

Draco terbelalak tak percaya, inikah Hermione?

Cantik sekali.

Draco mendekat dan membelai pipi Hermione yang merona.

Narcissa tersenyum, pria kecilnya yang paling ia sayangi terlihat bahagia saat bertemu dengan adiknya.

"Dia cantik, Mum. Hermione sangat cantik! Boleh kucium?" Bocah berumur 5 tahun itu menatap penuh harap kepada ibunya. Mata esnya berbinar lucu.

"Tentu, kau boleh mencium Hermione kapan saja."

Draco tersenyum lebar dan buru-buru mengecup pipi si bayi. Terasa begitu kenyal dan lembut. Boccah pirang itu juga membelai rambut coklat adiknya dan kembali menundukkan kepala untuk mendaratkan ciuman bertubi-tubi.

"Hermione Jean Malfoy...adikku!"

*****golden*****

Ruang keluarga Malfoy manor terlihat lebih semarak daripada biasanya, banyak mainan berwarna-warni dan beberapa balon yang terbang ke sudut ruangan ataupun atap rumah. Bertebaran dimana-mana.

"Dlaco...Helmione au (mau) itu...Dlaco...," Hermione kecil mengejar bocah pirang yang berlari menjauhinya. Tangannya terulur ke depan seperti hendak mengambil sesuatu. Ia berjalan tertatih dan terkadang terseok saat memutari sofa besar berwarna hijau di tengah ruangan. Derai tawa terdengar dari sosok anak laki-laki yang dikejar Hermione, anak itu sangat gembira.

"Ayo ambil...kemarilah," Draco memperlihatkan buku biru dan boneka anjing Syberian Husky milik Hermione yang diambilnya.

Hermione mengerutkan dahi dan memasang wajah masam, ia berlari kencang untuk dapat mencapai anak laki-laki berumur 7 tahun yag terus saja menghindarinya.

Draco tersenyum, ia suka melihat wajah adiknya yang kesal, lalu rambut lembat sepinggang Hermione, tak lupa ia suka bintik-bintik di sekitar hidung Hermione. Draco selalu mengecupnya dikala mau tidur. Draco suka segala sesuatu yang ada pada Hermione, baginya Hermione adalah perwujudan sempurna dari apa yang disukai Draco.

Wajahnya, senyumnya, tingkah lucunya...

Tak terasa tubuh mungil balita berumur 2 tahun itu telah mendekap pinggang Draco, memeluknya erat, seperti memeluk tiang besi yang keras.

"Aku au Husky dan bu-ku hilu (biru)," suara imut Hermione benar-benar membuat Draco tak kuasa menahan tawa, demi apapun Draco sangat menyukainya. Ia sangat suka saat Hermione gagal mengeja huruf 'r' ataupun menyebut kata-kata tertentu menjadi istilah lain yang terdengar aneh.

Hermione mengguncang tubuh Draco yang lebih tinggi darinya, "Dlaco...kenapa?"

Draco menggeleng dan berusaha menggendong tubuh mungil adiknya. Sejak 2 tahun yang lalu, Draco selalu berusaha untuk dapat menggendong Hermione. Baginya, ia akan merasa kuat saat berhasil memboyong gadis cilik itu dengan tenaganya sendiri.

Draco mencium pipi Hermione, menghirup aroma bedak dan aroma khas bayi dari diri Hermione. Sedangkan Hermione sendiri tak keberatan, ia malah asyik menjilat telinga bonekanya yang berbulu.

Tak berapa lama pintu besar yang menghubungkan ruang keluarga dengan lorong panjang Malfoy manor terbuka dan menampakkan dua sosok yang tak asing bagi Draco maupun Hermione.

"Mum? Dad?" teriak Hermione antusias.

Narcissa menghampiri Hermione dan megakat tubuhnya ke udara.

"Lapar?" Tanya Narcissa.

"A-ku au cucu, Mum," celoteh Hermione.

Sedangkan Lucius Malfoy menghampiri Draco dan mengelus rambut putra kecilnya itu dengan sayang.

"Terima kasih karena telah menjaga adikmu. Dad bangga padamu," seulas senyum tipis terukir di bibir Lucius Malfoy.

Draco hanya mengangguk kecil dan masih memperhatikan Hermione, ibunya dan seorang peri rumah bernama Hooky yang membawakan sebotol susu.

Lucius pun melakukan hal yang sama. Baginya Draco dan Hermione adalah hal terpenting yang ia miliki bersama Narcissa. Alhasil, ia pun selalu memanjakan putra dan putrinya, terlebih Hermione. Ia merasa bersalah, mengingat dirinya tak berada di samping Narcissa saat sang istri berjuang melawan maut untuk melahirkan putri cantik mereka dan Lucius berjanji akan melakukan apapun untuk menebus itu.

Lucius mengalihkan pandangannya pada Draco, pria berambut panjang itu ingin memberikan sebuah kejutan yang menurutnya akan membuat Draco melonjak kegirangan.

"Dad akan memberikanmu hadiah!"

"Benarkah? Apa itu?" tanya Draco..

Lucius mengayunkan tongkat sihirnya dan dalam sekejab mata datanglah bungkusan panjang yang terbang ke arah mereka. Draco membelalakkan mata dan menatap ayahnya dengan ekspresi kaget.

"Tidak mungkin! Apa ini...sapu terbang?" Draco langsung meraih bungkusan panjang yang melayang di udara dan merobek kertas pembungkusnya.

Benar dugaannya,

Sebuah sapu terbang.

Akhirnya...tidak sia-sia selama ini dia membujuk ayahnya yang kadang berpikiran kolot tentang olahraga. Draco tersenyum lega. Selama ini ia hampir iri setengah mati karena anak salah satu kolega ayahnya, Theodore Nott, lebih dahulu memiliki sapu terbang dan bisa terbang melayang setinggi 4 kaki di udara dengan sikap pongahnya.

"Thanks Dad."

"Anything for you, Son," Jawab Lucius.

Inilah keluarga Malfoy, walau terlihat kaku dan kolot, tapi ada kasih sayang di dalamnya. Mereka sama seperti keluarga normal lainnya.

******golden******

Hari ini keluarga Malfoy akan berkunjung ke Grimmauld Place No. 12 yang merupakan kediaman keluarga Black. Bibi tersayang mereka, Bellatrix Lastrange, akan mengadakan perjamuan untuk merayakan ulang tahun putranya yang ke-9.

Tom Marvolo Lastrange

Hermione terus merengek minta digendong oleh Narcissa, namun si ibu tidak bisa melakukannya, ia tengah berusaha mengenakan gaun panjang yang membutuhkan tenaga dari dua tangannya.

Hermione menangis keras, gadis cilik itu meremas gaun warna putihnya dan menarik mahkota dari sulur anggur yang bertengger cantik di atas rambutnya. Narcissa sedikit menjerit, butuh 1,5 jam untuk membuat gadis ciliknya itu nampak bagaikan malaikat dan ia tidak rela jika dandanan itu hancur dalam sekejab bagai diterpa badai tornado.

"Hermione, Mum mohon jangan ditarik…,"

Tiba-tiba saja pintu kamar terbuka lebar dan menampakkan seorang pria kecil yang memakai jas warna hitam dan dasi kupu-kupu yang manis. Rambut pirangnya disisir ke belakang, dagunya runcing dan kulitnya berwarna putih pucat. Sangat aristokrat.

"Draco, tolong Mum…tenangkan Hermione. Jangan biarkan dia merusak tatanan rambutnya," Narcissa merapikan gaun-gaun yang bertebaran di atas ranjang miliknya.

Draco segera menghampiri Hermione yang duduk di atas sofa kecil berwarna merah, bocah pirang itu mencium pipi Hermione yang terlihat lebih merona daripada biasanya.

"Halo, Tuan Putri…," sapa Draco, ia menyeringai saat melihat Hermione melebarkan bola mata ketika hazel gadis itu menatapnya.

"Dlaco…Helmione ingin naik punggung," pinta Hermione.

Dan benar saja, tanpa babibu Draco langsung membungkukkan punggungnya agar Hermione bisa naik dengan mudah.

"Apa begini?" Tanya Draco.

Dapat Draco rasakan kalau gadis cilik yang sedang ia gendong mengangguk semangat, dan hal itu lebih dari cukup untuk sekedar membuat Draco melonjak bangga. Ia bisa membuat adiknya senang.

"Apa kau senang?"

"Yes…Dlaco hebat…Helmione saying Dlaco…," selanjutnya terdengar tawa renyah dari bibir mungil Hermione.

Jantung Draco berdebar senang, ia merasakan sesuatu saat mendengar derai tawa itu. Tapi apa? Dadanya menghangat, hangat sekali. Apa ini?

******golden******

Lucius dan Narcissa menggunakan jaringan floo untuk dapat mencapai Grimmauld Place. Lucius mengibaskan debu yang menempel di tuxedo hitamnya, setelah itu ia menggandeng Draco dan melangkah angkuh. Bellatrix berteriak kencang saat Narcissa melangkah menghampirinya. Wanita berambut keriting itu tertawa keras dan menggendong Hermione yang merasa ketakutan dengan kelakuan abnormal bibinya.

"Lihat dia Cissy, rambutnya bergelombang sama sepertiku dan ibu. Dia pewaris gen keluarga Black," kata Bellatrix.

"Bukankah dia lucu?" Tanya Narcissa sangat antusias.

"Dia memang lucu. Harusnya dia jadi anakku dan menjadi adik Tom," kata Bellatrix. Perempuan itu mendudukkan Hermione di atas sofa hitam di samping seorang anak laki-laki berambut hitam kelam.

Si anak memandang Hermione dengan tatapan heran, ia merasa baru melihat gadis cilik ini.

"Hey, siapa namamu?" Tanya Tom.

Hermione diam, ia tidak mengenal anak laki-laki di depannya dan ia merasa takut.

"Hermione….," jawab Hermione dengan ragu.

Belum sempat Tom memperkenalkan namanya, tiba-tiba muncul seseorang yang memeluk Hermione.

"Mione, aku mencarimu kemana-mana."

Hermione langsung tertawa gembira.

"Dla..co….,"

Hermione menggapai kepala Draco dan meremas helaian-helaian pirang yang ada, ia merasa aman apabila telah melihat Draco di sampingnya. Draco menciumi tangan Hermione dan mengelus punggung si adik, ia melirik ke samping dan mendapati sang tuan rumah menatap mereka dengan ekspresi aneh sekaligus iri.

"Lastrange," panggil Draco.

"Malfoy."

Harus diakui walau mereka bersaudara, Tom dan Draco sama sekali tidak akur. Mereka saling merasa paling tampan dan paling baik diantara semua keluarga Malfoy dan Black. Jadi, terciptalah rasa angkuh dan saling menyombongkan diri di antara mereka.

"Selamat ulang tahun," ucap Draco datar.

"Terima kasih, Malfoy."

Draco melengos dan memandang Hermione lagi.

"Mau bertemu Mum?"

Hermione mengangguk, maka Draco segera menggandeng pergi Hermione, meninggalkan Tom sendirian. Tom pun menatap Hermione dengan pandangan sedih, ia merasa tertarik pada gadis cilik itu. Tapi kenapa Draco membawanya? Apa hubungan mereka?


8 Tahun Kemudian…..

Helaian coklat berkibar bebas di atas balkon menara Malfoy manor, jubahnya juga berkibar diterpa angin dingin bulan Desember

Hermione Malfoy

"Herbivicus" ucapnya dengan lantang.

Tak terjadi apapun

Akan tetapi gadis itu tersenyum senang dan mencium tongkat barunya meski ia belum bisa melakukan sihir. Ia dibawah umur dan akan melanggar hukum jika menggunakan sihir di luar izin kementerian.

Tongkat baru Hermione terbuat dari kayu anggur dengan inti urat jantung naga yang baru dibelinya 4 hari yang lalu di Olivander Wandshop. Hermione juga membeli seekor burung hantu coklat yang ia namai Hermes.

Tak berapa lama muncul sosok jangkung yang bersandar di daun pintu.

"Wow..lihat siapa gadis yang akan masuk Hogwart sebelum usia 11 tahun…ouch hebat," Draco menyindir Hermione yang ia anggap terlalu pintar.

Hermione mendengus dan merapatkan jubahnya.

"Memang kenapa? Harusnya kau senang karena bisa melihatku bersekolah di Hogwarts di tahun kelimamu."

Draco menyeringai, ia berjalan medekati Hermione kemudian mendekapnya dari belakang. Sesekali Draco tertawa karena ia menyadari bahwa Hermione masih saja pendek, sedangkan dia sendiri telah tumbuh menjulang layaknya menara lonceng Hogwarts.

"Kurasa kau benar. Aku hanya khawatir, akan ada gadis umur 10 tahun yang harus beradaptasi dengan lingkungan baru ."

Hermione menggenggam tangan Draco yang berada di perutnya.

Hangat.

Nafasnya juga hangat, semua yang ada pada Draco bagi Hermione adalah sebuah kehangatan. Draco lebih dari seorang kakak….dia itu teman dekatnya.

"Di Hogwarts ada kau, kenapa aku harus takut?" Hermione meringis kecil, ia berusaha menebak ekspresi Draco.

Kakaknya itu paling tidak suka kalau dirayu dan Hermione cukup penasaran dengan hasil bualannya.

"Kau benar lagi…," Draco mendekatkan bibir pada telinga Hermione. Ia mengambil sejumput rambut warna emas milik adiknya itu dan menyelipkan ke belakang telinga.

"Ada aku."

Entah ini hanya perasaan Hermione atau hal lain, tetapi gadis cerdas itu merasakan sesuatu yang lain pada Draco.

****GOLDEN****

"Berhati-hatilah, son," kata Lucius Malfoy dengan wajah datar.

Draco mengangguk dan ganti menatap ibunya.

"Hati-hati, sayang. Jaga dirimu, dan ibu benar-benar minta tolong jagalah Hermione."

Draco melirik Hermione yang berdiri mematung di samping pintu Hogwarts Express. Gadis itu mengenakan baju hangat coklat dan celana baggy panjang, dibalut dengan jubah coklat dan syal orange yang mengalung di leher mungilnya. Rambut semaknya dikucir tinggi dan itu membuat Hermione lebih cantik daripada biasanya.

Narcissa memeluk Hermione, begitu juga Lucius Malfoy, pria pirang itu mencium puncak kening sang putri.

"Siap untuk petualangan baru?" Tanya Narcissa Malfoy.

"Ya…aku siap. Aku akan menjadi penyihir hebat."

Draco mendengus mendengar perkataan adiknya yang masih begitu polos dan tidak tahu menahu tentang apa-apa saja yang mungkin terjadi di sekolahnya.

"Cepat naik! Kau mau ketinggalan kereta?" Draco menyenggol lengan Hermione.

Hermione mengerucutkan bibir, kemudian menggigit bibir bawahnya sebagai tanda kekesalan

"Kalau kau tidak cepat jangan harap bisa duduk satu kompartemen denganku." Draco mengulurkan tangannya untuk membantu Hermione menaiki tangga di pintu masuk kereta. Si gadis memutar bola mata, namun pada akhirnya ia menyambut uluran tangan Draco.

Di dalam kereta, Hermione mendapati banyak kotak kaca yang tertutup dan beberapa pedangan dengan troli dorongnya. Ia juga menjumpai beberapa penyihir seusianya yang baru saja naik ke dalam kereta. Kemudian, datang dua pemuda dari arah berlawanan dari Draco dan Hermione.

Pemuda tampan dengan rambut sehitam bulu gagak dan pria berkulit gelap.

"Hey, mate! Kukira kau sudah mencari kompartemen sendiri atau bersenang-senang dengan Pansy," kata pria berkulit gelap.

"Hentikan ucapanmu, Blaise," Draco melirik ke arah Hermione.

Blaise terbelalak dan berjongkok menyamai Hermione, "Dia….,"

"Hermione Malfoy," potong Draco.

"Aku tidak percaya, jadi inilah orang yang selalu menjadi alasan dari kepulangan Draco ke rumah. Ada bidadari kecil yang menunggumu di rumah, eh?" Blaise menyeringai dan menendang ujung kaki Theodore Nott.

"Hermione, mereka adalah teman-temanku dari asrama Slytherin. Ini Blaise Zabini dan yang berdiri itu Theodore Nott."

"Senang bertemu dengan kalian Mr. Zabini dan Mr. Nott."

Ini babak baru Hermione, teman baru, sekolah baru dan petualangan besar yang tentu saja baru. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi, tidak sama sekali.


Hermione berjalan cepat dan mengikuti makhluk besar brewok yang mengaku bernama Hagrid. Ia digiring ke sebuah ruang besar yang penuh dengan lilin melayang dan ratusan wajah asing. Matanya melirik ke asrama dengan lamabang ular, Hermione menemukan Draco yang sedang menaikkan pialanya dan tersenyum manis. Hermione harus jujur, ia sangat menyukai ekspresi itu. Ekspresi kakaknya.

Hermione kembali mengalihkan pandangannya dan mendapati seorang wanita berkacamata oval dan bertopi runcing. Wanita itu memegang sebuah topi kerucut using dan sebuah perkamen yang cukup panjang.

Tak berapa lama si topi bernyanyi. Hermione tahu inilah yang dinamakan topi seleksi.

"Baiklah, aku akan melakukan seleksi asrama untuk murid tahun pertama. Maju ke depan saat kupanggil," kata si wanita.

"Neville Longbottom."

Seorang anak dengan wajah bulat maju ke depan dengan senyum gugup yang berlebihan. Si wanita yang dikenal dengan nama Minerva Mcgonagall itu meletakkan topi di atas kepala Neville.

"Hmmm….GRYFFINDOR," teriak si topi.

Minerva Mcgonagall membaca perkamen lagi dan memanggil nama selanjutnya,

"Hermione Malfoy."

Hermione tersenyum lebar dan melirik ke meja dengan panji-panji hijau. Ia mencari orang itu. Namun, orang itu tidak melihatnya dan malah asyik mengobrol dengan seorang gadis berambut hitam. Hermione merasakan hal aneh.

"Hmmm…pintar….Ravenclaw….tidak..tidak…GRYFFINDOR!" teriak si topi. Seketika kerumunan dengan panji-panji warna merah emas bersorak sorai.

Hermione tersenyum gembira dan mendekati pemuda berambut merah yang duduk di bangku paling depan.

"Hai..," sapa Hermione.

"Selamat bergabung di Gryffindor, Ms. Malfoy," balas si pemuda yang ternyata bernama Percy Weasley.

"Rekor baru..ada keluarga Malfoy di Gryffindor," sahut George Weasley.

Hermione tidak mengerti, apa yang salah dengan Gryffindor? Bukankah semua asrama sama saja? Apa itu tadi..ada Malfoy di Gryffindor? Memangnya selama ini leluhurnya tidak ada yang masuk Gryffindor? Gadis berambut coklat keemasan itu tahu jika setiap asrama punya sebuah sikap khas seperti Hufflepuff yang rendah hati, Ravenclaw yang pintar, Slytherin yang ambisius dan Gryffindor yang berani. Jadi, apa yang salah jika seorang Malfoy di Gryffindor?

Setelah penyeleksian selesai, seorang lelaki berjenggot berdiri dan mendentingkan gelas. Ia mengedarkan pandangannya ke setiap meja panjang di depannya dan menggenggam tangan kirinya sendiri.

"Nah, itu adalah Albus Dumbledore, dia itu…,"

"Tua."

Percy melotot saat Fred mengintrupsi kata-katanya. Sedangkan Fred memukul bahu George karena tidak kuat melihat ekspresi konyol Percy. Para anak tahun pertama langsung mengalihkan perhatian saat ada suara menggelegar yang menggaung di seluruh ruangan.

"Perhatian semuanya..," semua orang yang ada di aula besar menatap si lelaki, "Aku mengucapkan selamat datang dan selamat bergabung di Hogwarts kepada siswa-siswa baru dan selamat datang kembali bagi siswa tahun ke-2, 3, 4, 5, 6, dan 7. Malam ini kita akan bergembira, merayakan penghuni baru dan tahun ajaran baru."

Para siswa bertepuk tangan dan bersorak gembira, Dumbledore menepuk tangannya sendiri seketika itu muncul bubuk berwarna emas dan perak yang menghujani para murid. Para hantu juga keluar dari bawah lantai, dari dinding kemudian melayang-layang di udara dan tertawa keras.

Hermione menatap hantu keriting yang melewati meja Gryffindor. Percy yang mengetahui bahwa gadis itu penasaran langsung berbisik lirih, "Itu Sir Nicholas, dia punya kepala yang hampir putus.'

Hermione mengernyit bingung, lalu matanya mengelana ke arah hantu yang berdiam diri di samping tembok. Pandangan mata si hantu kosong dan tubuhnya mengeluarkan cairan perak menjijikkan.

"Itu Baron Berdarah, dia adalah hantu penghuni asrama Slytherin. Jangan tatap dia seperti itu, Ms. Malfoy, dia bisa mengamuk."

Hermione mengangguk paham dan menatap Percy dengan mata berbinar lucu. Ia merasa Gryffindor adalah asrama yang menyenangkan, berisi orang-orang seramah Percy Weasley dan selucu orang kembar bernama Fred dan George Weasley yang sedari tadi melontarkan lelucon ringan kepada murid baru.

Ia senang. Tapi bagaimana dengan orang tuanya?

******golden*******

"Dia adalah lukisan penjaga pintu asrama Gryffindor. Kalian harus mengatakan kata sandi jika ia bertanya. Misalnya …'tanduk unicorn'," Percy menjadi pemandu bagi murid-murid baru, mereka sekarang berasa di depan pintu masuk asrama Gryffindor.

Hermione memperhatikan setiap penjelasan Percy, sesekali ia menoleh untuk berbicara atau sekedar menanggapi komentar teman barunya tentang asrama mereka.

"Asrama Gryffindor adalah asrama terbaik," Percy mengangkat tangannya sebagai indikasi betapa bangga dan seriusnya kakak si kembar Weasley itu dengan ucapannya. Tiba-tiba terdengar sayup-sayup suara dengusan dan suara tawa mengejek. Hermione meoleh ke belakang dan mendapati helaian pirang di balik tembok dan sebuah telapak tangan yang bergerak mengundang.

Tangan itu melambai-lambai kepada Hermione, insting Hermione yang pemberani mengontrol tubuhnya untuk datang ke arah tangan misterius itu. Ia berjalan mundur perlahan dan akhirnya berjingkat menuju dinding. Dengan cekatan Hermione menangkap dan memerangkap tangan misterius itu, ia berbisik "Siapa kau….Draco?"

Hermione terkejut saat mengetahui si empunya tangan adalah saudaranya. Mulutnya terbuka dan menutup cepat, beberapa kali ia menoleh ke kerumunan dan kembali menatap Draco untuk memastikan bahwa tidak ada satu orang pun yang melihat keberadaannya dan Draco.

"Hey..sister?"

"Mau apa kau kemari? Kau kan Slytherin? Dan untuk apa kau mengendap-endap? Kau benar-benar seperti pencuri," Hermione berbicara panjang lebar tanpa henti.

"Hentikan kebiasaanmu yang selalu berbicara cepat seperti laju kereta," Draco membebaskan tangannya dari cengkraman adiknya.

"Kau mengendap-endap seperti ini bukan untuk sekedar mengomentari cara bicaraku kan?"

Draco menyeringai, "Menurutmu? Topi tambalan itu kan bilang kau pintar, harusnya kau bisa menebak kedatanganku."

"Oohh, atau mungkin kau mau memata-matai asramaku."

"Aku bukan orang yang tidak punya pekerjaan lain sehingga harus melakukan hal konyol itu."

Hermione memutar bola mata, ia menoleh ke belakang dan melihat rombongannya mulai masuk ke dalam asrama.

"Terserah apa alasanmu. Aku harus segera kembali,"

Gadis cilik itu mulai berbalik namun Draco menahan langkahnya, pemuda itu mengenggam pergelangan tangan adiknya yang kecil lalu mendaratkan kecupan ringan di pipi Hermione.

"Ucapan selamat datang dariku," kata Draco datar.

Hermione mengulum senyum lalu segera berlari ke arah rombongan murid baru Gryffindor sedangkan Draco masih menyandarkan tubuhnya ke dinding dan mengamati sang adik yang masuk ke asrama barunya. Batinnya sedikit kecewa saat mengetahui Hermione tak masuk ke asrama Slytherin dan malah masuk ke asrama dengan lambang singa yang merupakan musuh bebuyutan Slytherin. Padahal ia telah menyiapkan semuanya, kamar baru untuk Hermione dan sedikit tour keliling Hogwarts, namun semuanya gagal.

Akan tetapi, melihat gadis yang sejak kecil tumbuh bersamanya itu bahagia sudah lebih dari cukup untuk Draco.

Sangat sederhana bukan?

Setidaknya untuk saat ini!

.

.

.

TO BE CONTINUE….!

SAYA SIAP UNTUK MENERIMA CACIAN **nutup wajah***

Ya ampun, ini ff apa coba? Tau dah!

Cygnus cabut kata2 cygnus sebelumnya. Ini sama sekali ngga elegan :'( (ngumpet di bawah tangga)

Cuma berharap kalian semua menyukainya atau setidaknya membaca dan memberi review.

Lanjut nggak? Yes or No?

Oke deh, segitu aja! Bye! Ciao!

Salam

C. Jessenia