Dapet inspirasi sebelum pergi mandi ~\O/~
Sasuke ketjeh abis kalo dia lagi dikelilingin para harem-nya wkwkwk
But the Queen of his heart is only Naruto for sure xD

Title: Harem
Pairing: SfN (main)
Rating: T
Disclaimer: ©Masashi Kishimoto
Warning: Alternate Universe, Alternate Reality, Gender Bender

Suki ja nakereba, yomanaide... sankyuu...

HAREM

Sasuke Uchiha. Pewaris tunggal Uchiha Group yang kini telah resmi menggantikan sang ayah menjadi direktur utama. Dikaruniai kekayaan berlimbah, paras tampan, dan tubuh bak pahatan patung dewa Yunani, Sasuke menjadi begitu rakus akan segalanya. Karena ia memiliki segalanya yang orang lain impikan. Di usia dua puluh tahun ia sudah menikah dengan putri keluarga dokter, Sakura Haruno. Dua tahun kemudian, Sasuke meminang Hinata Hyuuga, pewaris dari Hyuuga Group yang asset kekayaannya menempati posisi kedua setelah keluarga Uchiha. Dua tahun berikutnya, Sasuke memperistri seorang artis, aktris, dan model cantik yang sedang naik daun, Ino Yamanaka. Dua tahun setelahnya, Sasuke menikah lagi dengan seorang trainer Wu Xu yang juga berdarah setengah China, Tenten. Reputasi Sasuke sebagai petualang cinta sudah menjadi rahasia umum. Dan anehnya, banyak yang semakin memujinya ketimbang mengkritikinya. Wajar saja, dengan segala yang ada pada sosok sempurna Sasuke, orang-orang wajar jika pria seperti Sasuke memiliki banyak istri-istri cantik. Para istri Sasuke sendiri pun tidak bisa memprotes. Mereka semuanya terlalu mencintai suami mereka dan jika memiliki istri baru bisa membahagiakan Sasuke, mereka rela. Lagipula, mereka tak pernah kekurangan apapun. Sasuke selalu membagi waktunya dengan adil. Karena istrinya sekarang ada empat, Sasuke membagi waktunya setiap minggu dengan satu istri yang ia berikan tempat tinggal di tempat berbeda-beda. Dan dari keempat istrinya itu, Sasuke memiliki 4 orang anak.

Sarada Uchiha. Putri pertama Sasuke dari Sakura Haruno atau yang sekarang Sakura Uchiha. Sarada memiliki ciri fisik yang sama persis dengan ayahnya. Namun sifatnya menurun dari ibunya.

Boruto dan Himawari Uchiha. Putra-putri kembar Sasuke dari Hinata Hyuuga atau Hinata Uchiha. Si kembar mewarisi surai senada dengan sang ibu, namun memiliki iris serupa dengan sang ayah. (Disini warna rambut Boruto sama kayak Himawari. Biarin XP)

Inojin Uchiha. Putra Sasuke dari Ino Yamanaka atau yang sekarang Ino Uchiha. Inojin bisa dibilang versi laki-laki dari Ino. Tapi dia karakter dingin dan cerdas-nya sama seperti Sasuke.

Lee Uchiha. Putra kedua Sasuke dari Tenten yang kini juga turut menyandang marga Uchiha. Rambut raven, mata onyx, hanya saja karakter Lee benar-benar mirip dengan Tenten yang selalu penuh semangat jika itu sudah menyangkut olah raga dan seni bela diri.

Banyak yang mengira, jika Tenten adalah penutup dari perjalanan cinta Uchiha bungsu. Bungsu? Ya. Sasuke sebenarnya memiliki seorang aniki alias kakak laki-laki, Itachi Uchiha. Sayangnya, Itachi tak tertarik meneruskan perusahaan dan lebih memilih menjadi dosen sekaligus peneliti di Universitas Konoha. Itachi sudah menikah dengan wanita bernama Deidara dan memiliki seorang putra yang diberinama Tobi (XD).

Fugaku Uchiha, kepala keluarga Uchiha saat ini, tak menentang keputusan putra sulungnya, karena Sasuke sendiri bersedia menggantikan posisi sang kakak.

Kembali ke topik, memang sudah tiga tahun setelah Sasuke menikah dengan Tenten, belum ada kabar jika ia akan mempersunting wanita lagi. Sarada kini berusia delapan tahun dan sedang duduk di bangku kelas empat sekolah dasar. Si kembar Boruto dan Himawari baru genap berusia enam tahun, namun sudah akan naik ke kelas dua sekolah dasar. Inojin yang masih berusia empat tahun sudah sering melihat ayahnya menggarap dokumen-dokumen perusahaan dan seolah paham dengan apa yang dikerjakan sang ayah. Sementara si bungsu Lee, yah dia seolah menjadi atlit Wu Xu cilik padahal usianya baru dua tahun.

Seorang pria berambut pirang membuka kenop pintu begitu sang direktur utama mempersilakan dirinya masuk.

"Kerja bagus paman Minato. Apa menurutmu, kita bisa melakukannya di Macau?"

"Tentu saja presdir. Saya dan Kakashi sudah memantau dan men-survey area yang akan kita jadikan pusat perbelanjaan baru. Lokasinya strategis. Banyak pesaing tapi, mereka bukan masalah." Jelas seorang pria bername-tag Minato Namikaze itu.

"Itulah yang kusuka darimu paman Minato. Lalu, mengenai hutangmu pada perusahaan, kapan kau akan melunasinya?"

Raut wajah yang tadinya ceria kini berubah suram. Minato tahu jika boss-nya pasti akan membahas masalah ini.

"Kau tahu kan, aku tidak sekaku itu dengan anak buahku sendiri. Tapi aku juga bukan orang yang baik, apalagi jika sudah menyangkut perusahaan."

"Maafkan saya presdir, untuk sekarang uang itu belum ada. Tapi saya pasti akan melunasinya." Jawab Minato gugup.

"Kapan?"

Minato menggigit lidah dalamnya.

"Se-secepatnya."

"Yasudah. Kau boleh keluar."

"Baik."

"Ah, Paman Minato!"

"Ya?"

"Mungkin tidak ada salahnya kau mulai mencari lowongan pekerjaan lain. Jika bulan ini uang itu masih belum ada, maaf, aku tidak bisa memperkerjakan paman Minato lagi."

Kalimat itu serasa mencekik bathin Minato. Namun ia tetap mengangguk sopan dan berjalan keluar ruangan.

Hidup memang berat.

Sebenarnya apa salah Minato sampai menanggung beban hidup seperti ini?

Posisinya di perusahaan Uchiha Group tidak serendah itu. Ia adalah salah seorang manajer pemasaran. Gajinya seharusnya lebih dari cukup untuk menghidupi keluarganya. Lalu bagaimana dirinya bisa terjerat hutang senilai 1 milyar itu?

Salahkan ibunya yang sudah tua namun masih banyak tingkah. Ibu Minato, Tsunade gemar berjudi namun juga selalu kalah. Tsunade sudah lama pensiun dari pekerjaanya sebagai bidan. Dan sekarang ia menumpang dirumah anak lelaki satu-satunya. Sayangnya ia masih belum berhenti dari kegiatan berjudinya. Sampai pernah surat tanah rumah anaknya menjadi taruhan. Karena itulah ia nekat meminjam uang perusahaan untuk menutupi kekurangan hutang-hutang ibunya. Naruto bukanlah anak sedurhaka itu untuk membuang begitu saja sang ibu ke panti jompo. Meski kadang ia sering merasa tak sanggup lagi. Bahkan istrinya, Kushina, sudah tidak tahan lagi dengan kelakuan mertuanya. Akhir-akhir ini ia dan Kushina juga jadi sering bertengkar. Kushina khawatir akan masa depan keluarga mereka jika terus membiarkan ibu mertuanya. Kushina juga yang selalu memojokkan Minato agar memindahkannya ke panti jompo. Tapi Minato menolak. Ia benar-benar anak yang baik dan berbakti. Namun karena itu ia jadi sering perang dingin dengan sang istri.

"Otousan!"

Suara nyaring seorang gadis belia menyapa pendengarannya.

"Naruto? Apa yang kau lakukan disini?"

Minato menghampiri sosok gadis berambut pirang panjang yang tengah mengenakan seragam Konoha High School.

"Tentu saja menjenguk otousan. Otousan pasti capek bekerja, jadi Naru bawakan bekal makan siang."

Gadis dengan name-tag Naruto Namikaze itu memberi gestur agar sang ayah merapat, lalu membisikkan sesuatu ke telinga sang ayah.

"Okaasan yang masakin, jadi jangan bilang-bilang yah kalau diam-diam Naru ambilin jatah buat otousan."

Minato mengangguk-angguk geli. Dalam hati ia bersyukur ia memiliki putri secantik, sebaik, dan seriang Naruto. Meski sering menyaksikan ia dan Kushina bertengkar, Naruto selalu berpikiran positif. Bahkan seperti kali ini, sejak Kushina tak pernah lagi mengunjunginya ke kantor untuk sekedar mengirim bekal makan siang, yang dulu kerap Kushina lakukan, Naruto diam-diam mengambil alih tugas ibunya. Dulu banyak karyawan lain yang iri pada Minato. Punya istri cantik dan perhatiannya minta ampun.

"Terima kasih Naruto. Kau sudah makan?"

"Sudah dong. Naru takkan pernah melewatkan makan ramen milik paman Teuchi yang ada di kantin sekolah. Rasanya eeeeeennnnnnaaaaaakkkkk sekali." Naruto tersenyum lebar sambil memamerkan ibu jari membuat sang ayah tergelak.

"Kau ini masih saja suka yang namanya ramen. Apa kau tidak takut gendut?" goda sang ayah yang tidak sepenuhnya bohong. Banyak gadis remaja jaman sekarang menghindari makanan semacam ramen untuk menjaga bentuk tubuh mereka.

"Ih, otousan katrok ah. Mana bisa ramen seenak itu bikin Naru gendut. Nih buktinya, Naru masih langsing-langsing aja. Hehehe.."

Benar juga. Mungkin karena Naruto gemar berolahraga, tubuhnya tidak berubah meski sering mengonsumsi ramen. Terakhir yang Minato tahu, putrinya itu mengikuti klub renang di sekolah.

"Baiklah, kalau begitu temani ayah makan, ok?"

"Roger that!"

Sepasang ayah dan anak itu memilih duduk di taman belakang gedung Headquarter Uchiha Group. Minato tersenyum kecil melihat sosis bentuk gurita tersaji dalam bentonya. Rupanya Kushina masih ingat kesukaanya.

"Kau pulang lebih cepat hari ini Naru?"

"Hm-mm, Iruka sensei sedang mengikuti rapat wali kelas, jadi kelasku dipulangkan lebih awal. Dan tidak ada latihan renang juga."

"Begitu?"

"Dan tadi aku juga diantar pulang Gaara-chan."

"Siapa dia? Pacarmu?"

BLUSH~

"O-Otousan!"

"Hahaha... tidak apa-apa sayang. Kau sudah bukan putri kecilku lagi. Asal saja kalian tidak macam-macam, mengerti maksud ayah kan?"

Naruto masih belum berani memandang ayahnya. Dia masih malu sekali.

"Gaara-chan itu temanku. Dan dia sangat baik."

"Teman spesial juga tidak masalah. Kapan-kapan suruh dia ke rumah."

"Otousan!"

Minato tertawa lagi mendapat protesan dari putrinya.

"Ayah jadi ingat pertama kali kamu mendapat menstruasi, ayah lah yang pertama tahu, bukan kau atau ibu-mmmmfff!"

Naruto menjejalkan telur gulung ke mulut cerewet yang ayah.

"Jangan membahas hal itu lagi otousan. Naru kan malu."

"Oke-oke ayah gak akan bahas itu lagi. Jangan cemberut dong!"

Minato benar-benar menikmati kebersamaan dengan putrinya. Ia seakan lupa akan masalah yang sedang di hadapinya. Ia hanya tidak tahu jika ia tengah di perhatikan. Sepasang iris onyx mengawasi seksama perbincangan ayah dan anak itu. Ia tertegun entah untuk berapa lama. Yang jelas, tangan kirinya meraba dadanya sendiri. Ia bisa merasakan gemuruh hebat yang selama ini tak pernah muncul.

'Apa ini?'

Saat pertama bertemu Sakura pun, ia hanya terkesan kecantikan dan ketegasan wanita itu. Saat bertemu dengan Hinata, ia terpesona oleh keanggunan dan juga ehm-keseksiannya-ehm. Dengan Ino, ia hanya tertarik karena begitu banyak pria mendambakan Ino sebagai kekasihnya, sekalian saja Sasuke memperistrinya untuk melenyapkan mimpi pria-pria itu. Saat bertemu Tenten, ia terkesima dengan kepiawaian gadis berdarah China itu.

Tapi ini...

Sasuke tidak terkesan, tidak terpesona, tidak berniat mengungguli siapapun, tidak juga terkesima...

Sasuke merasa dirinya jatuh.. entah kemana... lututnya serasa lumpuh hanya untuk bertekuk lutut pada gadis bersurai pirang dan bermata cerulean yang kadang cemberut, kadang tertawa, yang mana saja Sasuke suka.

Sasuke tidak pernah seperti ini sebelumnya.

Sasuke menginginkannya.

Sasuke ingin gadis itu menjadi miliknya.

Ia mengetik sebuah pesan singkat melalu handphone miliknya.

Paman Minato, setelah makan siang segera temui aku di ruanganku. Ada yang harus kubicarakan.

~KKEUT~

~OWARI~

~END~

~or not?~