Ayaya... semalem baru nonton Toy Story 3 jadi terinspirasi bikin fic ini :3 Maaf geje, ini fanfic Vocaloid pertama aku .

Disclaimer: Vocaloid punya Crypton, YAMAHA. Toy Story punya Disney Pixar. Walau gak maen disini :D Point Blank... punya pemiliknya orz

Ya, OC saya nyambung sama cerita saya 'Chatroom Party!'. Itu fanfic Harry Potter, tapi chara-nya emang seorang otome XD

Langsung aja kita ke TKP! *toktoktok*


Vocaloid Story

Seorang Otaku yang tinggal di suatu wilayah ini sangat fanatik terhadap Vocaloid. Dia koleksi lagu, dia senang bikin lagu menggunakan Vocaloid maupun UTAUloid. Dia malah sering menggunakan suara-suara mereka untuk menyanyikan lagu lokal, seperti lagu 'Kedatanganmu' nya Ridho Rhoma seringkali dinyanyikan oleh Gakupo Kamui, atau 'Cinta Satu Malam' oleh Luka Megurine walau agak aneh di telinga. Memang terdengar menjijikan, bahkan author sampai merinding begini, tapi begitulah kenyataannya. Oh iya, dia juga koleksi action figure masing-masing karakter. Hatsune Miku, Zatsune Miku, Hatsune Mikuo, sampai Yowane Haku dia koleksi. Dan satu yang ia tidak ketahui...

...Koleksinya itu bisa bergerak bebas ketika ia tidak ada.

Suatu hari, Riyuki, sang otaku, sedang pergi sekolah. Action figure yang ia tata rapi itu mengedipkan matanya masing-masing.

"Riyuki sudah pergi!" Kata Len diatas road rollernya. Semua bersorak riang. Tentu saja, itu karena Riyuki bersekolah di sekolah asrama misterius yang jauh. Mereka tidak perlu diam sampai pegal-pegal. Tapi mereka agak sedih juga, karena tidak ada majikan mereka yang baik hati –dan agak autis—yang mau main sama mereka.

"Ayo kita main Point Blank lagi, Len!" sorak Rin sambil menunjuk PC milik Riyuki tercinta. Tangan Len yang begitu kecil (kan action figure) memegang mouse yang hampir sebesar tubuhnya, sedangkan Rin yang mengambil alih di bagian keyboard. Miku menonton mereka dengan riang, tertawa terbahak-bahak saking senangnya. Haku dan Meiko duduk-duduk santai di depan jendela, memandangi pemandangan luar yang begitu luas, sambil minum-minum.

"Mereka kelihatan senang, ya." Kata Mikuo.

"Yah, habisnya libur musim panas Riyuki-dono lama sekali. Badan kita jadi pegal-pegal nih." Kata Gakupo sambil melemaskan tubuhnya.

"Hahaha. Si Riyuki itu ogah keluar dari kamarnya, paling buat ke belakang sama makan aja. Dia begadang dan terus disini, kesempatan kita bergerak jadi sedikit banget." Kata Kaito, sambil ketawa miris.

Sementara itu, Rin dan Len masih asik main Point Blank. Miku yang hanya duduk diam dan menonton juga ikut senang. Teto dan Neru juga sangat bersemangat menonton mereka. "Terus tembak, Len!"

"Aku sedang berusaha... Rin awas!"

"Hah! Rasakan itu. Ayo, Len, kita basmi mereka!"

"WHOOO!"

Sementara lima figurine itu heboh, Luka hanya memandangi mereka dari kejauhan—tepatnya di dekat pintu dibawah gantungan kunci Hachune Miku. Hachune yang terus menggoyang-goyangkan daun bawangnya – tanpa bicara apa-apa kerap membuat Luka kesal. Hachune ingin sekali bergabung, sayang takdirnya sebagai gantungan kunci menghalangi niatnya itu.

Saat Luka sedang diam memandangi lima orang heboh itu bersama ikan salmonnya, terdengar suara langkah kaki. Luka berteriak, "Semuanya, ada yang datang!" dan semua membatu kembali layaknya sebuah action figure normal. Luka yang diam di depan pintu, dan ketika manusia itu datang dan membuka pintu, tubuh Luka terbentur dan terlempar dari tempatnya. Dengan suara kecil Luka mengeluh kesakitan.

Sang manusia melihat para figurine yang berserakan dimana-mana, "Ya Tuhan, Riyuki ini apa-apaan sih? Masa dia membiarkan figurine miliknya berserakan begini... Ya ampun, dia main komputer gak dimatiin, pula."

Sang ibu Riyuki pun mematikan Pcnya. Len, Rin, Miku, Neru, dan Teto yang berada di depan komputer langsung menggenggam kelima figurine tersebut dan memasukkannya kedalam kardus. Haku dan Meiko yang berada di depan jendela juga. Begitu pula dengan Gakupo, Kaito, Akaito, Mikuo, dan Luka yang bergabung bergabung bersama mereka karena terpental barusan. Mereka dikumpulkan di satu kardus besar bertuliskan 'Panti Asuhan' di depan kardus tersebut.

"Nah, ini akan disumbangkan. Riyuki bilang silahkan saja. Jadi akan kusumbangkan mereka." Dan dia pun pergi ke luar kamar.

Miku mengedipkan matanya, melihat keluar sebentar, dan berteriak, " Kalian semua dengar itu? Kita akan dipindah-tangankan!"

"Aku gak mau pindah dari sini." Kata Rin, dengan muka cemberut.

"Kita juga tidak mau." Kata Akaito. "Tapi Riyuki bilang silahkan, berarti dia bukan majikan yang baik. Aku ingin majikan yang lebih baik."

"Memang Panti Asuhannya macam apa sih?" tanya Gumi.

"Kita tidak begitu tahu. Bagaimana kalau salah satu dari kalian menge-cek keluar? Siapa tahu kita bisa dapat info." Kata Neru.

"Aku saja." Kata Gakupo, "Aku dan Ted."

Kedua figurine itu diam-diam keluar kamar. Mereka saling membantu menuruni tangga (soalnya tangganya tinggi-tinggi). Mereka berdua mendapati Ibu dan Kakak Riyuki berdiskusi tentang Panti Asuhan yang akan menjadi pemilik baru mereka. Gakupo dan Ted mencuri dengar, bersembunyi di balik pillar tangga.

"Bu, Panti Asuhan itu anak-anaknya anarkis semua. Entar mainannya langsung rusak."

"Tak apa. Toh itu bakal jadi hak mereka."

"Ya sudah deh, terserah ibu saja."

Ted dan Gakupo berlari menuju kamar Riyuki. Walau jarak dari tangga ke kamar bagi manusia itu tidaklah jauh, tapi bagi para figurine, itu sama seperti kurang lebih 2 kilometer.

"T-Teman-teman!" kata Ted, "Panti Asuhannya..."

"Sudahlah, kak." Kata Teto, khawatir terhadap kakaknya itu.

"...mereka bilang anak-anak di Panti Asuhan itu anarkis semua."

Semua kaget. Suasana bising.

"A-Aku gak mau mati duluan! Aku ogah rusak!" jerit Neru.

"Kalau begitu kita kabur saja..." kata Haku. Semua pandangan tertuju padanya. Kaito kemudian membantah, "Tapi mereka bakal curiga kalau kita menghilang tiba-tiba."

Miku langsung berteriak, "Daripada kita cepat rusak, mendingan kita kabur sekarang! Anggap saja kita dimakan kucing..."

"Memang kucing makan plastik?" Luka memotong.

"Uh... sudahlah! Kita kabur saja! Cepat!"

Dan para figurine Vocaloid pun kabur. Tidak lupa membawa item masing-masing. Hachune Miku diam, menggoyang-goyangkan bawang daunnya itu. Dia ingin ikut. Sayang teman-temannya melupakannya. Takdirnya sebagai gantungan kunci membuat ia tidak bisa kemana-mana selain bergelantungan di pintu.


To Be Continued

Yay geje! Read and Review, or else! XDD