Disclaimer: I own nothing here. All of them, belong to JK Rowling, Warner Bros company. I just own the plot.


They Should Have Known

Harry Potter © JK Rowling

.

.

.

Seorang gadis berumur enam belas tahun dengan rambut cokelat lurus sepunggung berjalan tergesa-gesa menuruni tangga menuju Aula Besar. Bisa ditebak sekali kalau dia terlambat untuk sarapan pagi. Sesampainya di meja panjang Gryffindor, semua yang ada di meja itu serempak geleng-geleng melihatnya, beberapa berekspresi geli. "Kau terlambat lagi, Emma. Cobalah bangun lebih pagi," komentar Hermione yang diacuhkan oleh Emma. Gadis itu duduk di sebelah Harry dan langsung menyantap sarapannya.

Harry tertawa ke dalam piringnya. Emma hanya mengangkat bahu. Hermione memasang tampang jutek, dan Ron tergelak. "Apa yang lucu?" tanya Hermione ketus. Ron masih tergelak. "Ayolah, Hermione. Terlambat kan, tidak seburuk itu," kata Ron setelah kembali normal.
"Tapi, setiap hari? Mungkin kau satu-satunya yang bisa memberi toleransi pada Emma. Aku yakin Harry tidak. Ya kan, Harry?" tanya Hermione yakin.

"Sebenarnya Hermione, aku masih memberi toleransi pada Emma. Dia tidur paling lama daripada kita semua," kata Harry santai. Hermione langsung menampilkan ekspresi ketidakpercayaan yang luar biasa. Ron kembali tergelak. Yang dibicarakan tampak tenang-tenang saja menyantap sarapannya.

"Hermione. Ini hari Sabtu. Jangan protes ya, tolong," akhirnya Emma angkat bicara setelah membersihkan piringnya. Hermione putus asa. Kali ini Ron tak mampu mengontrol tertawanya.

Di meja asrama lain, seorang remaja laki-laki bermata abu-abu, memperhatikan keakraban sekawanan Gryffindor itu dengan hati berkecamuk. Antara jijik, dan ingin bergabung. Oke, yang terakhir tidak sepenuhnya benar. Dia hanya ingin bertukar tempat dengan si anak berkacamata tolol yang duduk di samping Emma. Malfoy hanya ingin mengobrol dengan Emma.

XxoooxX

Sudah lama sekali. Hampir tiga musim panas penuh dia tidak melihat gadis bermata biru laut itu berada di rumahnya sendiri. Emma menghabiskan musim panasnya bersama si bodoh Potter dan teman-temannya yang konyol, dan Malfoy benci itu. Sebelum musim panas tahun ketiga, Emma selalu liburan di Crockant's Manor. Rumah Emma sendiri.

Malfoy sering ke sana karena orangtuanya adalah salah satu pelanggan tetap ibu Emma yang notabene adalah perancang busana terkenal. "Hei, Draco. Mau jalan-jalan?" tanya Pansy tiba-tiba. Yang ditanya hanya menggeleng. Pansy pun menyingkir dengan sangat kecewa. Saat sudah memastikan Pansy benar-benar pergi, Malfoy bangkit dari kursinya dan berjalan keluar Aula Besar.

Pemandangan paling memuakkan ditemui Malfoy saat berjalan ke tepi Danau Hitam. Sekawanan Gryffindor itu ternyata sudah memesan tempat itu secara tidak langsung, dan sedang terlibat dalam obrolan seru. Sampai tidak menyadari ada orang asing yang datang.

"Oh, memesan tempat ini untuk mengobrol bersama teman-teman konyolmu eh, Potter?" cela Malfoy. Harry, Hermione, Ron, dan Emma otomatis menoleh ke arahnya.

"Bukan urusanmu, Malfoy," Harry membalas sinis. Ron sudah mau meledak tapi ditahan Hermione. Emma masih tenang.

"Pergi Malfoy. Tidak ada yang mengundangmu bergabung," kata Hermione tegas. Malfoy mengernyit.

"Sudah tidak malu atas status darahmu, Granger? Si Darah-Lumpur?" ejek Malfoy. Emma sudah temannya menatapnya cemas.

"Sudah selesai? Bisa pergi dari sini? Kuminta dengan hormat, Malfoy," kata Emma tenang, walau kentara sekali mengejek. Malfoy merasa terhina. Dia memutar balik menuju kastil. Emma kembali duduk. Wajahnya terlihat sedikit kesal. "Jangan temui dia. Keadannya sedang tidak baik."

"Kau baik-baik saja, kan?" tanya Harry menatap Emma cemas. "Biasanya kalau dia sudah datang, kau langsung meledak-ledak tak terkendali."

"Oh, aku? Tak apa. Aku hanya..." Emma terdiam sebentar, lalu melanjutkan, "dia hanya sedikit tempramental akhir-akhir ini."

Harry, Hermione, dan Ron mengernyit bersamaan. Sejak kapan Emma begitu memerhatikan keadaan Malfoy? Oke, ini cukup aneh. Oh, tidak. Ini sangat aneh. "Hei, kalian ini kenapa, sih? Bumi kepada Harry, Hermione, dan Ron. Apakah kalian masih di sini?" tanya Emma kesal. Tiga orang itu mengerjap bersamaan. Emma mendengus.

"Sori. Harry masih di sini. Tidak tahu bagaimana Ron dan Hermione," jawab Harry bergurau. Hermione tertawa, Ron tergelak (lagi). Emma mendengus keras. "Ayolah, Emma. Luna lebih sering menghilang dalam percakapan daripada kami."

"Jangan memikirkan macam-macam tentang aku dan si Ferret itu. Kami tidak ada apa-apa," kata Emma sambil lalu.