Mengapa?
Author : Jaehwanyx
Length : Chaptered
Main Cast : Im Jaebum, Park Jinyoung from GOT7
Other Cast : Other Members, Hongbin, Ravi, Hyuk from VIXX, Choi Jinhyuk
Genre : School Story, Romance
Rate : T
Hari pertama di musim ajaran baru, semua mahasiswa baru sangat antusias untuk berangkat kuliah. Transisi dari pelajar yang selalu mengenakan seragam sekolah dengan segala aturan yang sungguh ribet, sekarang beralih menjadi mahasiswa yang bebas berpakaian, kau bisa berekspresi dengan dandananmu sehari-hari. Mau pilih mata kuliah jam berapapun, itu hak kamu. Ah enaknya jadi mahasiswa baru. Hal yang sama juga dirasakan oleh Park Jinyoung, atau yang lebih sering disapa Junior. Dengan dandanan colorful dan stylish, mengenakan kaos berwarna light blue, ripped jeans, sneakers dan snapback warna senada. Tak lupa ia merangkul sebuah tas ransel mahal di bahunya. Perlu diketahui, Junior ini adalah anak orang kaya. Ayahnya memiliki 3 hotel di Korea, sementara ibunya adalah pemilik Brand tas ternama di Korea. Tentu saja ayah ibunya memasukkan Junior di Universitas yang elit dan bergengsi.
"Akhirnya aku sudah menyandang status mahasiswa. Hihihi akan kupamerkan kepada ayah ibu, bagaimana antusiasnya anak tunggalnya ini untuk berkuliah"
*TUT TUT*
"Yeoboseo?"
"Ayah! Ini Junior. Ah ayah, aku sangat merindukan ayah dan ibu. Bagaimana keadaan disana? Apa ayah dan ibu baik-baik saja?"
"Iya Junior sayang, ayah dan ibu selalu dalam keadaan sehat. Bagaimana keadaanmu?"
"Aku baik-baik juga ayah hehe. Oh iya, ayah seharusnya melihat bagaimana tampannya jagoan ayah ini, yang sebentar lagi akan memasuki kelas pertama di tempat kuliah. Aku sudah sangat tidak sabar!"
"Kau bersemangat sekali. Ayah dan ibu senang mendengarnya. Apa apartemen barumu yang ayah belikan sangat nyaman?"
"Sangat nyaman. Bahkan aku bisa hmm.. Melihat pemandangan tetangga sebelah yang cukup membangkitkan semangatku hihihi. Sudah dulu ya ayah, Junior mau berangkat kuliah. Annyeong"
*Flashback*
"AH APARTEMEN APA INI?! Apartemen mahal tetapi airnya selalu mati pada saat malam hari?! Argh! MENGAPA pelayanan disini begitu buruk? MENGAPA?!"
Junior segera turun untuk protes karena pelayanan di apartemen ini begitu buruk. Ia baru saja ingin memanjakan tubuhnya sendiri di Jacuzzi hangat pribadi miliknya, namun air selalu mati. Dengan hanya mengenakan jubah mandi berwarna putih seputih kulit mulusnya yang benar-benar tanpa sehelai benang sedikitpun, dan ditemani sandal tidur berbentuk kepala teddy bear berwarna pink, ia berjalan sambil menggerutu menuju kearah lift. Ia segera menekan tombol lantai 1, letak resepsionis berada. Sambil menunggu pintu lift terbuka, terlihat ia selalu mengomel sambil merancangkan gugatan apa yang akan dilayangkan bagi apartemen ini, beserta pasal-pasalnya. Sungguh sangat berlebihan anak ini. Namun, Ia hanya mematung, mulutnya terbuka lebar begitu pintu lift terbuka karena muncullah sosok lelaki berparas tampan, dengan matanya yang sipit namun cukup mempesona di mata Junior, senyumnya yang manis pada saat berkenalan. Oh, sungguh, Junior benar-benar mengamini bahwa love at the first sight itu benar adanya.
"Oh, Annyeonghaseyo, Im Jaebum imnida. Kau bisa memanggilku Jaebum" ujar pemuda pemikat hati Junior tersebut sambil membungkuk.
"Park Jinyoung imnida. Tapi biasa dipanggil Junior ehe-ehehehe" balas Junior dengan canggung lalu segera membungkuk. Sungguh, tingkah Junior benar-benar konyol. Bodoh! Itu yang pertama melintas di pikirannya saat ini. Bagaimana bisa Junior bertingkah sekonyol ini di hadapan pemuda yang bisa jadi adalah jodoh kelaknya. Pikiran macam ini astaga.
"Hei Junior, kau sedang melamun? Hei? Junior? Jawab aku" Jaebum mendekatkan wajahnya ke wajah Junior, memastikan orang yang dihadapannya tidak sedang melamun yang aneh-aneh.
*DEG*
Detak jantung Junior begitu cepat. Wajahnya dan Jaebum hanya berjarak sepersekian sentimeter, ditambah tatapan tegas milik Jaebum, hembusan nafas Jaebum pun dapat Junior dengar dengan jelas. Sial, MENGAPA harus Jaebum yang menarik perhatiannya hanya dalam waktu sepuluh menit perkenalan?
"Ah.. A-ani. Aku baik-baik saja hehe" Junior menggaruk kepalanya canggung, padahal sedang tidak gatal. Benar-benar bukan Junior yang sebenarnya.
"Ngomong-ngomong, Junior, apa kau tahu letak ruangan 204? Aku baru saja pindah hari ini, aku kebingungan mencarinya. Apartemen ini mahal tetapi letak ruangannya saja tidak berdasarkan nomor urut. Benar-benar payah"
*DEG*
"A-apa? 204?"
Tolong pukul kepala Junior sekarang. Apa ia sedang bermimpi? Ataukah pendengarannya sedang terganggu saat ini? Barusan pria pemikat hatinya mencari nomor 204 kan? Kau tahu, itu nomor sebelah ruangan Junior. Ia menempati apartemen nomor 203. Itu berarti ia akan bertetangga dengan… Jaebum?
"Hei Junior. Jawab aku. MENGAPA kau selalu melamun?"
"A-aku tahu. Mari ikut denganku. Kebetulan apartemen tempat tinggalku bersebelahan denganmu hehe"
"Oh ya? MENGAPA bisa sangat kebetulan? Ah Tuhan pasti sudah mengatur semua ini untuk kita"
Tunggu.. Apa barusan Junior tidak salah dengar? Jaebum baru saja mengatakan "Tuhan sudah mengatur semua ini untuk kita". Dan, kita? Itu berarti… Jaebum dan dirinya kan? MENGAPA pria ini pandai memikat hati orang sih? Gerutu Junior dalam hati.
"Nah. Ini ruangan 204. Senang berkenalan denganmu, tetangga"
"Senang berkenalan denganmu juga, tetangga yang hobi melamun kekeke. Perkenalan yang sangat berkesan. Oh ya hampir saja lupa.."
"Apa yang lup.. Ah Jaebum!"
"Aw. Mwoya… Aku hanya ingin berbisik kepadamu"
"Aku kira kau ingin berbuat yang aneh-aneh terhadapku hehehe"
"Tsk dasar byuntae. Aku hanya ingin berbisik kalau.. Kau sangat menggemaskan dengan jubah mandi dan sandal pink teddymu. Kau tidak sedang menggoda tetangga barumu ini kan? Aduh!"
"Rasakan itu byuntae!"
Sebuah pukulan keras melayang di bahu Jaebum sebelum Junior masuk kembali ke apartemennya. Bahkan ia jadi mengurungkan niatnya untuk protes soal air mati tersebut. Ia bahkan tak punya nyali untuk keluar dengan menggunakan jubah mandi dan sandal "Pink Teddy" miliknya ini. Tunggu. Pink Teddy? Sungguh tetangga lancang! Baru berkenalan sudah seenaknya memberi julukan terhadap barang kesayangan Junior.
*FLASHBACK END*
Orangtua Junior benar-benar pandai mencarikan lokasi tempat tinggal untuk anak kesayangan mereka. Cukup berjalan kaki sekitar 5 menit, Junior sudah sampai di kampus barunya. Ia segera melihat papan pengumuman di depan tempat tata usaha jurusan yang ia pilih. Seni rupa, entah mengapa dari dulu Junior ingin sekali berkuliah jurusan itu. Ia mencari info mata kuliah yang harus ia tempuh pagi ini terletak di ruangan nomor berapa.
"Kau juga berkuliah di jurusan ini?"
*DEG* Junior sudah tak asing dengan suara tersebut.
"Im Jaebum? Kau berkuliah disini juga rupanya? Dan kau juga mengambil jurusan seni rupa sama sepertiku? MENGAPA bisa kita terlibat dalam suatu kebetulan yang sangat sering akhir-akhir ini?"
"Mungkin saja kau yang mengikutiku, Junior. Kau masuk kelas jam 8 pagi?"
"Iya. Kau? Jangan bilang kita akan…."
"Tentu saja. Aku mengambil kelas jam 8 pagi. Bagaimana kalau kita duduk bersebelahan? Aku benar-benar sendirian disini"
"B-baiklah"
Jam kuliah mata kuliah pertama berhasil Junior lewati. Tetapi ia tak bisa menangkap informasi apapun yang dijelaskan oleh dosen seni rupa tadi. Bagaimana bisa ia konsen, kalau disebelah Junior duduk terdapat sosok makhluk berahang tegas dan bermata sayu, yang konsen memperhatikan materi perkuliahan. Junior yang sebenarnya ingin konsen juga, malah konsen memperhatikan wajah lelaki itu yang jika dilihat selama berpuluh-puluh tahun pun tak akan bosan.
"Junior, apa kau mau menemaniku makan? Aku belum sarapan, mumpung kita masih jam kosong. Mata kuliah selanjutnya masih 2 jam lagi. Bagaimana? Aku yang traktir deh"
"Hmm baiklah. Kebetulan aku juga belum sarapan tadi pagi"
"Wah sama dong. MENGAPA kebetulan selalu menghampiri kita? Apa karena kita ini jodoh? Ah! Kau kasar sekali"
"Itu yang kusebut jodoh. Tsk!" Junior mencubit lengan Jaebum sebelum pergi mendahului Jaebum menuju kantin. Jangan lupakan pipinya yang kini bersemu merah mendengar gombalan dari Jaebum.
"Kau mau makan apa? Biar kupesankan"
"Terserah kau saja, Jae. Apa saja, asal masih layak kusebut makanan"
"Jutek sekali. Kau sedang mengalami tanggal merah? Dan, apa? Tadi kau menyebutku Jae? Apa itu panggilan sayang darimu?"
"Apa sih…." Junior mendadak ingin sekali mencakar muka lelaki dihadapannya saat ini. Bagaimana bisa Ia dengan frontalnya menyebut bahwa itu panggilan sayang Junior kepada Jaebum? Tetapi memang itu panggilan special dari Junior sih.
"Hei tukang melamun. Kau belum jawab pertanyaanku. Apa kau sedang mengalami tanggal merah? Ya, I mean.. Kamu seperti anak-anak perempuan gitu hehe"
"IM JAEBUM! CEPAT BELIKAN MAKANAN UNTUKKU! DAN BERHENTI MENYEBUTKU PEREMPUAN! YAAAA!"
Buru-buru Jaebum segera berlari menjauhi Junior dan segera memesankan dua porsi bento untuknya dan untuk Junior. Ingin rasanya Jaebum membungkam ucapan kasar yang terlontar dari bibir manis Junior. Tentu saja dengan bibir miliknya sendiri. Maafkan Jaebum jika ia memiliki pikiran semesum ini, Junior yang memancingnya. Namanya juga lelaki.
"Hei manis. Ini makan siang untukmu. Kau benar-benar marah karena aku mengejekmu seperti perempuan?"
"Menurutmu?"
"Entahlah. Aku hanya sedang bercanda, aku tak tahu bahwa kau akan semarah ini"
"Sudahlah. Aku tak lapar lagi. Kau habiskan makanan ini. Satu hal lagi, aku bukan perempuan. Jangan samakan aku dengan perempuan. Aku lelaki, aku tampan, aku perkasa, aku, aku, aku….. AH SUDAHLAH!"
"… YAAA!"
Buru-buru Jaebum menarik tangan Junior hingga Junior terduduk kembali.
"Dengarkan aku. Maaf untuk soal yang tadi. Maksudku, ayolah, bercanda itu tidak dilarang. Aku hanya mengejekmu seperti itu. Lagipula.."
"Kau cantik, manis, imut, mempesona, menawan, melebihi perempuan. Bahkan aku sendiri tak paham, mengapa ibuku bisa kalah cantik jika harus dibandingkan denganmu, Park Jinyoung" *BLUSH*
Junior mematung dengan bisikan Jaebum di telinganya. Hanya Tuhan, dirinya, dan Jaebum yang tahu penyebab Junior diam bersemu merah saat ini. Apa Jaebum memiliki perasaan yang sama? Atau hanya ingin mempermainkan perasaannya?
"Maafkan aku soal tadi. Aku janji, aku tak akan mengataimu seperti perempuan. Aku juga tak akan membuatmu marah lagi"
"Jae.. A-aku.."
"Baikah, aku juga tak lapar. Aku pergi duluan ya. Sampai bertemu di mata kuliah selanjutnya"
Jam mata kuliah sejarah seni rupa dimulai. Choi Jinhyuk sonsaengnim sudah hadir di ruangan kelas. Junior sengaja memilih bangku paling belakang. Bukannya ia ingin menghindar dari mata kuliah ini, tetapi ia hanya ingin menenangkan pikirannya.
"Junnie sayang, kamu dimana? Apa kelasnya sudah dimulai? Aku baru sampai tempat parkir. Raviku benar-benar payah. Ban mobil kami bocor :("
Junior tersenyum membaca pesan dari sahabatnya, Lee Hongbin. Sungguh, bagi Junior, Hongbin dan Ravi ini benar-benar pasangan terunik. Hongbin terlalu bawel, pemarah, galak, bahkan terlalu menghambur-hamburkan uang. Sementara Ravi? Ya semacam suami-suami takut istri.
"Cepatlah kau datang, Kongie. Kelas baru saja dimulai. Aku baru saja sampai. Aku duduk paling belakang. Ada bangku kosong tepat di sebelahku"
"Tunggu aku, Junnie :("
15 menit berlalu, sosok yang Junior tunggu tak kunjung muncul di kelas. Ia menjadi cemas, apakah benar Jaebum menghindarinya? Hanya karena ia membentaknya saat di kantin? Apa urusannya dengan Junior? MENGAPA ia mempedulikan Jaebum? Memangnya siapa Jaebum? Kekasihnya? Hmm. Semoga..
"Annyeong, maaf kami telat pak. Maaf :(" Ujar Hongbin dengan muka memelas andalannya sambil masuk ke kelas.
"Kali ini saya ampuni. Cepat kalian masuk"
"Ah Junnieku.."
Buru-buru Hongbin duduk tepat di sebelah Junior. Menghampiri teman bergosipnya
"Ah kau tau Junnie, Ravi benar-benar payah! Untung saja dia tampan. Kalau tidak, aku tak sudi menerimanya jadi kekasihku. Huh!"
"Sudah bosan aku mendengar ucapanmu ini, Kongie. Ujung-ujungnya kau mengejekku untuk segera mencari kekasih. Tsk"
"Ucapanku memang benar kan"
"Lalu kemana Ravi?"
"Ia tak satu kelas denganku. Ia di kelas sebelah. Salah memilih kelas pada saat pendaftaran mata kuliah. Benar-benar payah kan. Huh"
"Lalu tadi kau masuk kelas dengan siapa? MENGAPA kau mengatakan "Kami" kepada Jinhyuk sonsaengnim?"
"Maaf saya terlambat"
Belum sempat Hongbin menjawab pertanyaan sahabatnya itu, sosok yang dimaksud telah hadir.
"Tuh. Aku tadi bersama dia. Ganteng ya, Junnie. Sayang sekali aku sudah memiliki Ravi :("
"Mulai kan genitnya. Kujambak rambutmu pakai garpu taman baru kau tahu rasa"
"Galaknya. Apa kau kenal dia?"
"Ya. Im Jaebum namanya. Tetangga apartemen sebelahku"
"APA?! KAU DAN JAEBUM TERNYATA…."
"Kecilkan suaramu, Kongie"
"Eh-hehe iya maaf, Junnie"
Junior sempat melihat kearah Jaebum, tetapi Jaebum tak melihatnya sama sekali. Jangankan menyapa, menengok saja tidak. Nyes. Apa Jaebum benar-benar marah atas ucapannya tadi?
*TBC*
Author hadir lagi dengan ff BNior. Maaf ff Don't Want to Be an Idol nya belum dilanjutin. Lagi semangat ngerjain ff ini dulu(?)
RnR ya. Ditunggu reviewnya. Thankyou
