…
Watashi no Shugo Tenshi
Naruto Masashi Kishimoto
Romance, Adventure, & Parody
[FemMadara x Hashirama], [FemTobirama x Izuna]
Rating T
Kembali ke masa lalu karena menerima penawaran dari Hagoromo adalah hal terakhir yang bisa dipikirkan oleh Madara setelah ia mati untuk yang kedua kalinya. Lantas, apakah kesempatan ini dapat digunakan dengan baik oleh sang Uchiha? Apalagi mengingat dirinya yang sekarang adalah sebagai seorang wanita?
Warning : Female!Madara, Gender-bender, Hashi x Female!Madara, Izuna x Female!Tobirama,Time-Travel!, OOC, !, Alive!Itama-Kawarama-Butsuma-Tajima, OC!Mom's.
DLDR. Ya know!
Revision Date : 1/12/2017
...
-Chapter 1-
...
Kegelapan..
Kekosongan..
Kehampaan..
Adalah hal-hal yang telah menemani dirinya sejak kematian adik tercintanyam hingga kematiannya yang kedua kalinya ini. Uchiha Madara hanya duduk diam ditengah-tengah kegelapan alam yang ia kenal sebagai dunia orang mati ini.
'Seandainya.. aku mendengarkan Hashirama dulu.. mungkin hal ini tidak akan terjadi..' Batinnya untuk yang kesekian kalinya.
"Mungkin saja Tobirama benar kalau Uchiha memang terkutuk.." Tiba-tiba saja Madara ditengah-tengah kegelapan itu.
Satu jam sudah ia habiskan hanya untuk duduk berdiam diri tanpa melakukan hal apapun selain berpikir, merenungkan dan menyesali perbuatannya, walaupun bukan ia sebenarnya pencetus ide Mugen Tsukuyomi itu.
Lagipula, mengapa ia tidak langsung dipertemukan ke Shinigami saja langsung? Dan mungkin saja.. di adili atas dosa-dosanya? Yah.. ia tahu seharusnya hal itulah yang terjadi. Walaupun sebenarnya ia juga tidak ingin kesana...
Tapi tidak dengan faktanya..
Namun, lambat laun setitik cahaya muncul di depannya dan titik kecil itu perlahan semakin melebar sehingga ruangan dimensi yang tadinya di penuhi dengan warna gelap itu berubah menjadi putih sehingga Madara harus menutup kedua matanya untuk menghindari cahaya yang menyilaukan kedua matanya itu.
"Ah, akhirnya orang yang kutunggu-tunggu sedari tadi sudah datang..."
Sebuah suara pria yang terdengar parau memanggilnya dan karena rasa penasaran yang besar, dengan perlahan ia membuka kedua matanya itu dan menemukan seorang pria tua yang tengah melayang dalam posisi duduk dengan sembilan buah gudoudama dibelakang punggungnya.
"Kau... Hagoromo?" Nama dari pencetus Ninshu itu pun meluncur keluar dari mulut sang mantan Rikudo ketiga itu. Dan sang pria tua yang disebutkan namanya tadi hanya tersenyum lembut kearah Madara yang masih bingung.
Madara tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh sang Rikudo karena ini adalah pertama kalinya ia langsung bertatap muka dengan sang legenda yang hampir menjadi mitos belaka itu.
"Ah ya, langsung saja.. aku rasa kau tidak suka hal yang bertele-tele bukan?" Madara hanya diam saja, namun karena merasa sang Rikudo menunggu jawaban, akhirnya ia memberikan anggukan kepala sebagai jawabannya.
"Kau tahu betul kalau kau tidak bertemu denganku saat ini, kau pasti sudah ada di neraka sana dan membayar semua dosamu dengan hukuman disana bukan?"
Lagi-lagi, Madara menganggukan kepalanya sebagai jawaban. Namun, sebenarnya ia tidak tahu jika ia tidak bertemu dengan Hagoromo, ia kemungkinan besar sudah berada di neraka sana. Sepertinya, keinginan kecilnya untuk tidak berada disana terkabul.
"Tapi.. ini semua juga bukan sepenuhnya kesalahanku bukan? Si Zetsu-teme itu yang memperalatku! Aku mana tahu kalau dia sebenarnya adalah anak dari Kaguya juga! Dan malahan semua orang juga diperalatnya! Kupikir tulisan di batu bodoh itu benar-benar tulisanmu tahu!" Hagoromo hanya menganggukan kepalanya karena memang benar perkataan Madara.
Sebenarnya, ia juga baru menyadari arti penting dari tulisan itu. Bukan artinya Senju dan Uchiha bergabung dan membentuk sebuah desa. Bukan artinya seseorang dari transmigran salah satu dari anaknya melaksanakan Mugen Tsukuyomi seperti Madara.
Tetapi, ini berhubungan dengan kasih sayang atau cinta yang dimiliki seorang dari klan Uchiha kepada orang yang paling disayanginya sebelum orang itu membangkitkan Sharingan. Itulah teori yang Hagoromo temukan baru-baru ini setelah ia melihat perang dunia shinobi keempat dan kebangkitan ibunya itu.
Teori yang ia temukan itu juga ternyata cukup menyambung dengan teori Tobirama tentang kekuatan Sharingan milik Uchiha dan itulah alasan mengapa ia memanggil Madara. Untuk memberikannya kehidupan yang belum pernah ia miliki. Dan karenanya, ia sudah mempersiapkan seseorang yang sudah jauh lebih dulu menjalankan tugas darinya ini.
Karenanya, ia akan memberikan kehidupan kedua untuk Madara. Ia merasa kasihan karena Madara tidak pernah bisa merasakan kasih sayang lagi sejak Izuna dan keluarganya pergi meninggalkannya.
"Lagipula.. " Madara menyambung perkataannya kembali dan hal itu membuat Hagoromo kembali mengalihkan tatapannya kearah Madara.
"..seperti yang kau tahu, aku hanya menginginkan kedamaian.. itu saja.. dan pada akhirnya mahkluk sialan itu mengacaukan seluruh kehidupanku.. membuat waktu yang telah kupakai bertahun-tahun telah menjadi sia-sia.. seharusnya.. aku mempercayai kata-kata Hashirama.. dan merelakan kematian Izuna saat itu.." Katanya sembari menunduk dengan kedua tatapannya yang menerawang entah kemana pikirannya membawanya.
Dan Hagoromo bisa melihat jika Madara mengeluarkan isi hatinya itu tanpa sang Uchiha benar-benar sadari. Ah, ia seperti melihat Indra sekarang. Madara memang benar-benar mirip dengan anak sulungnya itu dibandingkan dengan Sasuke.
Hagoromo tahu bahwa Madara sudah menjalani kehidupannya dengan berbagai macam masalah yang tiada habisnya walaupun semua orang juga memiliki masalah masing-masing. Pengucilan, ketidakpercayaan, kematian anggota keluarganya, pengkhianatan dan kebencian membuatnya menjadi target mudah dan sempurna bagi Zetsu untuk ia kendalikan layaknya boneka panggung.
Selain dibenci dan tidak dipercayai penduduk desa Konoha, tak tanggung-tanggung ia juga dibenci oleh seluruh anggota klannya karena mereka pikir Madara hanyalah pecinta perang. Ia tahu sebenarnya Madara tidak bermaksud melakukan hal yang jahat dan yang diinginkannya hanyalah yang terbaik untuk keluarga dan klannya.
"Maafkan aku. Aku tahu dan memang sejak awal semua kekacauan ini menjadi kesalahanku. Aku tidak mengira jika Zetsu hitam yang lemah itu bisa menyebabkan kekacauan sebesar ini.. Tapi, aku memanggilmu kemari bukan untuk membicarakan Zetsu hitam, akan tetapi untuk memberikan sebuah penawaran padamu.. sekarang tinggal kau pilih dulu jawabannya."
Sang petapa menghela nafas sejenak sebelum menatap kembali sepasang onyx yang terlihat bingung didepannya itu.
"Kau hanya harus mengatakan ya atau tidak.. jika kau sudah memilih salah satu dari jawaban tersebut, maka aku akan memberitahumu apa isi penawaran yang akan kutawarkan padamu, Madara-kun.."
Baiklah, Madara memang tidak pernah kalah dalam hal bertaruh atau bermain judi semasa ia masih tinggal di Konoha bersama Hashirama dulu. Namun, dua jawaban yang diberikan oleh Rikudo Sennin ini, akan menentukan nasibnya. Lagipula, ia benar-benar tidak memiliki gambaran atas apa yang akan terjadi jika ia memilih salah satu dari jawaban itu bukan?
Namun waktu tidak berhenti dan berjalan terus, seiring Madara berpikir atas jawaban mana yang akan ia ambil. Dan dengan perasaan bercampur-aduk, antara penasaran dan tertarik, antara khawatir akan nasibnya dan juga takut. Karena Ya dan Tidak bisa berarti banyak hal. Namun akhirnya ia memilih salah satu jawaban yang diberikan oleh Rikudo.
"Aku.. memilih.. Ya.." Katanya dan sedetik kemudian, ia melihat sebuah seringaian penuh arti dari wajah sang Rikudo dan ia tahu saat itu kalau ia memilih jawaban yang salah?!
"Hahahahaha! Lucu sekali ekspresimu itu, Madara-kun. Tenang saja... jawaban yang kau ambil tadi adalah jawaban yang kuharapkan.." Mendengar itu, Madara hanya diam saja dengan tetap memasang ekspresi stoic andalannya, namun ia merasa lega setelah mengetahui kalau jawaban yang ia ambil adalah yang sang Rikudo harapkan.
Namun tetap saja, seringaian tadi sepertinya memberikan sebuah pesan tersirat baginya dan Madara harus tahu apa kemungkinan isi pesan tersirat itu, itu pun jika Rikudo memang sengaja memberikan pesan tersirat dibalik seringaiannya. Seperti.. Sesuatu yang mungkin akan membuatnya 'menyesal'?
'Akan kubuat kau memiliki kehidupan yang lebih baik dari yang telah kau lewati.. kau tidak akan menyesalinya.. tapi maaf, aku juga harus merubah gendermu.. agar semua rencanaku berjalan dengan lancar..' Batin Hagoromo semari tersenyum lembut kearah Madara yang masih menatapnya dengan tatapan curiga, membuat sebuah bulir keringat jatuh di belakang kepalanya.
"Begini, aku akan memberikan sebuah penawaran yang bisa kau bilang sebagai kesempatan kedua untuk memperbaiki kehidupanmu. Kau tahu sendiri seperti apa hidupmu itu bukan?"
Mendengar ini, Madara terkejut bukan main. Kesempatan kedua?
"Ya, kau akan kukembalikan ke masamu sendiri dimana Era Sengoku Jidai masih berlangsung dan dari situ, kau bisa memperbaiki apa yang salah, misalnya memburu Zetsu hitam? Tetap berteman dengan Hashirama? Menyelamatkan adikmu dari serangan fatal itu misalnya? Atau berteman dengan Kurama? Kau tahu bukan kalau dia sangat membencimu.. " Madara hanya mendengus geli mendengarnya. Tentu saja, rubah itu tidak akan pernah melupakan apa yang ia perbuat padanya dulu.
"Dekat dengan Kurama akan sangat menyenangkan, kau tahu.. Indra dulu sering sekali bermain dengannya dan bahkan sering membawa Kurama masuk kedalam kamarnya untuk tidur bersama." Madara mendengus kembali mendengarnya.
Tapi, Hagoromo memang benar. Ia bisa merubah banyak hal di masa lalunya, hanya saja tidak dengan hal yang terlalu signifikan. Izuna bisa ia selamatkan dan ia tidak akan hidup sendirian lagi.
Keluarganya.. dan anggota klannya.. dan mungkin saja, Konoha yang nanti akan ia dan Hashirama bangun kembali.. akan melihat dirinya seperti Hashirama..
Ya.. itu mungkin..
Tunggu! Ia terlalu berharap. Konoha tidak mungkin akan menerimanya walaupun ini adalah kesempatan keduanya untuk hidup! Konoha tidak pernah menjadi tempat tinggalnya sejak dulu! Ia benci dengan tatapan mereka yang mengarah kepadanya seperti mereka melihat monster didepan mereka.. dan itu membuat kenangan buruk itu kembali menerjang pikirannya..
Walaupun kelihatannya hidupnya akan menjadi lebih baik saat ini, Konoha tetap tidak akan pernah menjadi rumahnya. Rumahnya adalah keluarganya saja. Hanya bersama mereka ia merasa damai, walaupun ayahnya terbilang keras.
"Oh ya, karena jawabanmu adalah Ya tadi, kau akan berubah gender menjadi seorang wanita. Maafkan aku, tetapi.. setiap Ninjutsu yang kalian para shinobi gunakan memiliki efek samping bukan? Ninshuku juga begitu dan inilah efek sampingnya.. Lagipula, kau tidak akan merasa bosan karena Tobirama juga adalah seorang perempuan disana. Jadi, siapa tahu kau bisa berteman baik dengannya?" Mendengar itu, Madara terkejut bukan main.
"Tobirama.. menjadi seorang perempuan? Jangan-jangan dia juga ikut menerima penawaran ini?!" Tanya Madara dengan ekspresi seperti seseorang yang akan diterjang ombak tsunami.
"Tidak.. Tobirama tidak menerima kesempatan seperti ini. Kupikir hal itu akan menjadi pertunjukkan yang menarik untuk dilihat.. hehehe.. " Madara sweatdropped seketika mendengar alasan bodoh dari sang mantan Jinchuriki Juubi itu.
"Tapi tetap saja aku tidak akan pernah mau berteman dengan si idiot brengsek itu!" Katanya sembari menyilangkan kedua tangannya didepan dada, layaknya anak kecil yang kesal karena tidak diberikan permen oleh ibunya.
Hagoromo pun menatapnya dengan tatapan bingung. "Aku tidak pernah menyuruhmu berteman dengannya kok.." Katanya dengan nada anak polos layaknya ingin menghindari omelan ibunya. Madara pun hanya mendelik tajam kearah Hagoromo.
"Ayolah Madara-kun, aku merasa bosan karena si alien dan ibuku sudah tersegel dan dunia pun damai setelahnya. Yah, itu memang mauku, hanya saja semuanya jadi monoton dan tidak ada menarik-menariknya sama sekali. Sekalian, penawaran dariku ini karena aku ingin melihat apa yang akan kau lakukan untuk mencapai kedamaian dengan jalan yang benar.." Madara masih memasang ekspresi bosan dan tetap mendelik tajam kearah Hagoromo.
'Teme.. aku tahu seharusnya seringaian itu memiliki arti seperti ini.. dan sialnya, dia membuatku menerima hal ini agar dia mendapatkan hiburan. Brilian!' Pikir Madara. Yah, tidak salah juga sebenarnya pemikiran Madara, namun sayangnya Madara hanya benar setengahnya.
"Nah, selamat menikmati kesempatan keduamu. Dan ingat satu hal. Tidak ada Mugen Tsukuyomi lagi atau rencana menghancurkan dunia, dan jika kau masih melakukannya, kau akan tahu akibatnya.." Madara hanya mengangguk saja mendengarnya.
Tentu saja! Mana mau ia melakukan hal yang sama dua kali seperti itu? Apalagi jika ia sudah mengetahui akhirnya yang seperti itu..
"Ah ya.. satu hal lagi. Jika kau berencana untuk menyegel Zetsu hitam suatu hari nanti, maka aku akan memunculkan tanda di tanganmu dan Hashirama, seperti yang kuberikan pada Naruto dan juga Sasuke sebelumnya.. bagaimana cara meyakinkan Hashirama juga itu terserah padamu.. baiklah.. selamat jalan!" Jelas Hagoromo lagi dan Madara hanya mengangguk saja.
Meyakinkan Hashirama? Tapi ia tentu saja tidak mau mengatakan dirinya kalau ia sebenarnya dari masa depan. Yah, mungkin saja suatu hari nanti akan terbongkar dengan sendirinya..
Namun, kemudian ia berpikir sejenak. Mengapa harus ia, dari sekian banyak orang yang layak untuk tugas ini, harus ia yang terpilih?
Jika ia adalah Rikudo Sennin, seperti Hagoromo maksudnya karena ia sudah pernah merasakan rasanya memiliki kekuatan seperti orang tua aneh dibelakangnya itu. Mungkin ia akan memilih Hashirama atau Naruto untuk kembali ke masa lalu dan mengubah hal-hal yang tidak baik. Namun pemikiran itu menghilang seiring kesadarannya menghilang.
…
"..ra-chan.." Apa ini? Suara seseorang memanggilnya? Siapa? Dan juga, apa yang sebenarnya dilakukan oleh si Rikudo-..
Tunggu sebentar! Bukankah ia mengatakan kalau ia akan berubah menjadi...?
"...dara-chan..." Perempuan...?
Dan melakukan Time-Travel kesini sebagai kesempatan kedua dan agar si tua aneh itu mendapatkan hiburan?
"..dara-chan! Sadarlah!"
Tunggu sebentar.. siapa sebenarnya orang menyebalkan yang memanggilnya dan mengganggunya sedari tadi?
"Madara-chan! Sadarlah!"
Madara yang sedari tadi menutup kedua matanya, langsung terbuka begitu saja saat kesadaran memenuhi dirinya kembali. Ia langsung duduk dan menatap sekeliling sampai akhirnya ia menemukan sebuah wajah yang terlalu familiar baginya.
'Hashirama ..' Batinnya yang kemudian teringat sesuatu hal yang sangat penting dan menakutkan.. hanya menurut dirinya..
'Ya ampun.. ' Dengan pemikiran horor yang tiba-tiba datang tersebut, Madara menelusuri tubuhnya dan benar saja, sekarang tubuhnya terlihat feminim. Rambut hitam ravennya yang liar itu terurai dengan bebas, namun terasa lebih halus.
Kedua mata onyxnya senantiasa tetap sama. Kulit putih pucatnya yang terasa halus disaat Madara menyentuhnya.. dan jangan lupakan kedua asetnya itu yang langsung membuat wajah sang Uchiha menjadi pucat pasi dan juga kesal disaat yang bersamaan.
'Kuso-oyaji! ' Umpat Madara dalam hati karena merasa kesal dengan sang petapa yang memberinya kesempatan kedua yang ujung-ujungnya merupakan sebuah bentuk penyiksaan.. menurut dirinya..
'Si kakek tua bangka itu tidak main-main rupanya. Dan dia benar-benar merubahku menjadi seorang wanita! Ini menurunkan daya tempurku, teme!' Batin Madara yang lagi-lagi protes. Ia tidak tahu apakah kakek tua bangka itu bisa mendengarnya atau tidak.
'Setidaknya kau harus tahu kalau aku mulai membencimu sekarang, Kuso-Oyaji! Ini jauh lebih buruk dari apa yang kubayangkan!' Batin Madara dengan sepenuh hati.
"Madara-chan? Kau tidak apa-apa? Tadi kau hampir mati tenggelam.." Kata si pemilik suara itu dengan nada khawatir.
Madara yang sedari tadi masih asik melamuni dengan apa yang terjadi padanya pun langsung menengokkan wajahnya ke arah pemilik suara tadi.
"Mengapa sedari tadi kau melamun terus, Madara-chan? Apa kau sakit?" Tanya anak yang bernama Hashirama tersebut sembari mengarahkan punggung tangannya untuk mengecek apakah temannya itu mengalami demam atau tidak karena saat mereka sedang sparring diatas sungai tadi, Madara tiba-tiba saja kehilangan keseimbangannya dan tenggelam. Seluruh baju sang Uchiha pun basah sekarang dan Hashirama kebetulan membawa satu set baju pengganti yang bisa dipakai untuk sang gadis, sementara pakaian basahnya dikeringkan diatas api.
Dengan lembut, Madara menepis tangan Hashirama dari dahinya dan menatap sang Senju dengan senyuman kecil.
"Tenang saja, Hashirama. Aku tidak sakit.." Kata Madara sembari tersenyum lembut, membuat lawan bicaranya itu hanya memandangnya dengan tatapan 'Apa kau yakin?'
"Kau yakin? Kau bisa pulang lebih cepat jika kau mau, kau tahu? Lagipula, setelah ini kita hanya akan memancing dan mengobrol sebentar seperti biasanya.." Kata Hashirama dengan ekspresi khawatir yang masih tercetak diwajahnya itu.
"Tidak.. ayo kita memancing sekarang! Perutku sudah berbunyi tahu~" Sahut Madara dengan nada kekanakan, mencoba meyakinkan Hashirama jika dia baik-baik saja.
Terkadang, Senju didepannya itu bisa juga menjadi pintar jika ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Ia sudah terlalu mengenal Hashirama, lebih daripada Hashirama mengenal dirinya sendiri.
"Baiklah, tetapi pertama-tama ganti bajulah dulu dengan pakaian ekstra ku. Aku hanya kebetulan membawanya dan tidak menyangka kalua pakaian itu akan terpakai juga" Katanya sembari menyerahkan satu set pakaian kepada Madara untuk dipakai sementara.
Dan setelah sang gadis berganti pakaian, kedua anak kecil berbeda klan itu mengisi hari-hari mereka dengan kegiatan yang menyenangkan sementara pakaian lama Madara masih dikeringkan. Bahkan Madara sampai tertawa puas mengingat sudah lama sekali ia tidak merasakan perasaan seperti ini.
Menjadi anak-anak kembali dan merasa lebih bebas, melupakan kengerian sebuah peperangan, darah dan mayat juga kematian orang-orang terdekat. Ia berharap memiliki masa kecil seperti anak-anak yang tumbuh pada era Konoha berdiri. Karena mereka hanya butuh permainan tanpa peduli dunia yang bobrok ini.
Tidak akan ada yang bisa menggantikan perasaan bebas yang menyenangkan ini. Dan Madara pun menyimpannya dalam memorinya. Memori hari-hari menyenangkannya bersama Hashirama.. yang terulang dua kali.
"Ah ya, aku punya sebuah jurus baru yang ingin kutunjukan padamu, Madara-chan! Ini jurus yang sangat luar biasa!" Seru Hashirama dengan semangat menggebu-gebu. Madara yang agak lupa dengan jurus apa yang dikatakan Hashirama hanya bisa mempersilahkan sang Senju untuk mendemonstrasikan jurus tersebut.
"Silahkan.." Madara pun mempersilahkan sang Senju memperkenalkan tekniknya itu.
"Yosh! Nama jurus ini adalah "Teknik andalan gabungan : Elemen api dan Genjutsu : Jurus Shuriken Raksasa Ganda!" Mendengarnya, Madara sweatdropped di tempat.
Tentu saja! Ini adalah nama jurus terbodoh yang pernah ia dengar, dan pada kenyataannya sekarang ia malah jadi mendengarnya dua kali.
'Dan sekarang aku tahu bahwa Hashirama membuat nama jurus terbodoh, lebih dari pada Yondaime yang saat itu menamakan jurus baru waktu itu.. Rasen Cho- apa? Ah sudahlah..' Batin Madara disaat mengingat pria tampan dan jenius berambut pirang yang sayangnya juga payah dalam penamaan jurus, menurutnya.
Karena ia juga mendengar kalau Tobirama saat itu juga memikirkan hal yang sama dengannya, namun bedanya Tobirama mengatakannya secara blak-blakan di depan Yondaime itu sendiri. Dan si pirang itu hanya tersenyum kikuk saja disana.
"Itu bukan jurus, dobe. Lagipula, namanya juga sangat aneh. Jadinya kau ingin jurus itu sebagai Genjutsu atau tekhnik Katon, hah?" Tanya Madara sembari berkacak pinggang. Hashirama hanya tersenyum kikuk mendengarnya.
"Yah.. kalau begitu aku akan menjelaskannya sekarang. Bagaimana?" Tanya Hashirama, masih dengan antusiasnya itu.
"Tidak perlu. Sekarang ayo kita memanjat tebing itu. Kudengar pemandangannya sangat bagus dari sana" Kata Madara sambil menujuk puncak tebing itu. Hashirama yang mendengarnya pun langsung depresi di tempat.
"Kau ini jangan murung seperti itu terus, dasar payah.. " Komentar sang gadis Uchiha dengan nada monoton sembari menghela nafas lelah dan pada akhirnya ia menarik tangan sang Senju yang langsung terkaget dari sifat murungnya itu.
Yang ditarik pun hanya berkomentar "Eh?" sembari tetap memandang helaian raven didepannya yang berkibar tertiup angin karena mereka sedang berlari keatas, namun tetap membuat Senju kecil ini terpukau.
Madara melakukannya agar ia tidak dicurangi untuk kedua kalinya oleh si Senju idiot yang ia tarik ini, tanpa tahu apa yang terjadi pada anak dibelakangnya. Hashirama hanya bisa memerah disaat ia merasakan tangan Madara yang sangat halus itu.
Sayangnya, cara berpikir Madara masih bisa terbilang cukup polos walaupun ia sudah menerima kesempatan kedua ini. Salahkan saja Zetsu yang membuat hidupnya seperti itu, sehingga ia masih tidak tahu dengan apa yang dilakukannya sekarang. Bisa dibilang, jadi kurang peka dengan hal-hal seperti yang dilakukannya itu.
Setibanya kedua anak kecil itu diatas, mereka pun langsung menari tempat duduk dan setelah menemukan tempat yang cocok, keduanya memandangi hutan yang luas dan membentang didepan mereka.
'Tempat ini.. tempat dimana mimpi mendirikan Konoha lahir..' Batin Madara sembari menatap sendu tatapan didepannya itu. Sontak, kenangan-kenangan buruk dimana ia masih di Konoha pun menerjang pikirannya, membuat tangan kecil Madara menggenggam erat batu kecil yang tidak sengaja ada digenggamannya itu.
'Aku.. tidak akan pernah diterima disana.. walaupun ini adalah kesempatan keduaku..orang-orang pasti akan masih tetap menganggapku seperti monster.' Batin sang Uchiha pesimis sembari tersenyum sedih.
"Kau memang benar, Mada-chan! Pemandangan disini sangat indah!" Komentar dari Hashirama pun membuyarkan lamunannya dari pemikiran pesimisnya itu. Setelahnya ia hanya menengok kearah sampingnya dimana Hashirama terlihat masih memandang pemandangan indah didepannya.
Madara hanya tersenyum tipis mendengar komentar sahabatnya itu.
"Hn, memang benar. Bahkan kelihatan sampai jauh. Dan aku sih percaya kalau mataku tidak akan kalah darimu." Kata Madara dengan percaya diri. Hashirama menengok kearah sahabatnya dengan ekspresi heran.
"Eh? Tiba-tiba kau sangat bangga dengan penglihatanmu yah?"
"Tentu saja! Aku kan punya Sha-.." Madara menghentikan kata-katanya, familiar dengan hal yang baru saja ia katakan.
"Ada apa?" Tanya Hashirama yang kali ini bingung dengan sang gadis raven yang tiba-tiba saja terdiam itu. Surai hitamnya kembali tertiup angin kembali disaat sang raven sedang memikirkan sesuatu dan ekspresinya itu cukup untuk membuat Hashirama terpukau atas kecantikan dari sahabatnya yang ada disampingnya ini.
"Ah.. lupakan saja apa yang kubicarakan tadi.." Sambung Madara kembali, kali ini dengan nada monoton yang merupakan ciri khasnya.
'Bagaimana jika aku tetap tidak bisa melihat Izuna lagi? Kalaupun Konoha kembali terbentuk kembali, sia-sia saja jika Izuna tetap mati. Apalagi dengan keadaanku yang menjadi wanita sekarang..' Batin Madara sembari menatap lahan luas yang akan menjadi Konoha itu dengan tatapan sendu.
Mengubah masa lalu tidaklah semudah apa yang orang-orang kira. Satu persatu tindakan pun bisa membuat banyak orang menjadi curiga jika hal tersebut dilakukan tanpa pemikiran yang matang.
Dan karena ini adalah pengalaman pertamanya melintasi waktu, Madara harus memikirkan dengan matang rencana-rencana untuk kedepannya. Ia tidak ingin hal yang sama terulang kembali.
"Hm... sudah kuputuskan!" Teriakan Hashirama kembali membuyarkan lamunan sang Uchiha kembali. Madara kembali menengok kearah sang Senju dan Hashirama pun melanjutkan perkataannya.
"Ayo kita bangun desa kita disini! Desa dimana anak-anak tak perlu saling membunuh lagi!" Kedua mata Madara agak membulat disaat mendengar hal itu.
Yah, desa yang seharusnya menjadi tempat bagi anak-anak untuk tidak saling membunuh lagi, malah pada akhirnya menghasilkan lebih banyak korban di perang dunia shinobi pertama hingga ketiga. Yah, siapa lagi kalau bukan para genin? Termasuk Obito yang dulu ia selamatkan. Dunia ini memang sudah terlalu terpuruk dengan segala keserakahan, kerakusan akan wilayah dan keegoisan para manusia.
"...lalu kita bangun sekolah yang akan melatih anak-anak hingga tumbuh dengan kuat dan bisa saling bekerja sama, juga bebas memilih misi! Lengkap dengan pengawas yang membagikan level misi sesuai dengan kemampuan mereka! Itulah desa yang takkan mengirim anak-anak ke medan perang!" Jelas Hashirama dengan ekspresi penuh kegembiraan yang terpancar dari wajahnya. Madara hanya tersenyum lembut mendengar semua itu diucapkan kembali.
"Hm.. aku setuju. Dan jika kau jadi pemimpin di desa itu, aku akan berada disampingmu.." Mendengar itu, Hashirama terkejut.
"Eh? Apa maksudnya?" Madara hanya tersenyum mengejek kearah sang Senju sebelum ia berdiri dan membersihkan pakaiannya.
"Tentu saja untuk mengawasimu agar tidak melakukan dan memutuskan hal yang bodoh, idiot.." Mendengar itu, Hashirama pun kembali depresi, membuat Madara hanya tertawa melihatnya. Sembuh dari depresinya, Hashirama melihat sang gadis yang tertawa dengan segala pesonanya, cukup untuk membuat sang Senju mulai menyukainya.
Dan pada akhirnya, sebuah ide gila –menurut Madara- muncul di pikirannya.
"Madara-chan!" Mendengar namanya dipanggil, otomatis Madara menolehkan wajahnya kearah sang Senju.
"Ada apa?" Tanya Madara yang tanpa sadar memiringkan sedikit kepalanya ke kanan, menyuguhkan pemandangan imut hanya bagi sepasang mata Hashirama.
"Madara-chan, menikahlah denganku!"
TBC
A/N : Bisa dibilang, ini sebagai cerita pengganti The Chance. Aku rencananya mau revisi aja Mada nya jadi cewe.. hehe... Thanks for reading and can't wait to see your precious review :3
Madara's Queen out!
