UNTITLED
author : firetomylight
cast : – byun baekhyun – park chanyeol
– wu yi fan – sehun (yang demi kenyamanan cerita bermarga park)
– luhan, kyungsoo
– another cast in next chapter.
main pair : chanbaek / krisbaek
genre : just read and find it
lenght : chaptered 1/- (4248w)

YAOI CONTENT, dont like please leave ^^


UNTITLED


aku ini manusia macam apa. .
benci aku. .
jika itu bisa menutup luka yang kubuat
benci aku. .
jika itu bisa membuat senyum itu kembali
benci aku. .
jika pada akhirnya jemari yang kau genggam erat saat ini dapat membuatmu bahagia. .
aku akan melepaskanmu. .
meski aku tidak akan pernah bisa. .
karena rasa menyesakkan yang orang sebut cinta ini sudah terlalu besar, meluap, hingga aku tidak sanggup untuk menahannya. .


"Mana kejutan untukku?" Baekhyun meremas ujung jaket Chanyeol, kekasihnya sambil menggoyangkannya pelan.

Ia tersenyum.
Mata indahnya tak lepas dari wajah kekasih yang sangat Ia sayangi yang juga sedang memandangnya lekat seolah dihari esok dirinya tidak akan bisa lagi memandangi wajah manis nyaris sempurna atau bahkan memang benar-benar sempurna dihadapannya ini.

"Chanyeol. ." Baekhyun melepas remasan jemarinya begitu menyadari perubahan tatapan kekasihnya itu.

Tatapan Chanyeol entah mengapa terlihat begitu nanar dan menyedihkan.
Bahkan Baekhyun yang hanya melihatnya saja seperti ikut merasakan sakitnya.

Tanpa menunggu Chanyeol merespon panggilannya ia memeluk lelaki tampan yang lebih tinggi darinya itu erat.
Tubuh Chanyeol bergetar pelan, tanpa Baekhyun tau bulir-bulir bening yang sedari tadi ia coba tahan terjatuh.
Dibalasnya pelukan erat Baekhyun sambil mengusap punggung Baekhyun hangat.

Tubuh dan hati Baekhyun yang dalam dekapan hangatnya kini, sebentar lagi tidak akan menjadi miliknya lagi.

Chanyeol mengumpulkan segenap kekuatannya. .
Ia meyakinkan dirinya. .
Ini harus diakhiri.
Ia tidak bisa membuat posisi Baekhyun akan lebih sulit nantinya.

Baekhyunnya. .
Baekhyun yang sungguh demi apapun lebih Ia sayangi daripada dirinya sendiri. .
Baekhyun yang selama 3 tahun ini Ia jaga. .
Baekhyun. .
Dan hanya Baekhyun satu-satunya seseorang yang bisa membuat hatinya bergetar, tertaut dan memutuskan untuk mengunci seluruh raganya. .
Hanya pada Baekhyun. .

Byun Baekhyun. .

Perlahan Chanyeol melepaskan pelukan erat lelaki mungil dihadapannya, menatapnya sayang untuk yang terakhir kali. Mencoba mengabaikan tatapan-tatapan Baekhyun yang meneduhkan itu terlihat begitu sendu. .
Membiarkan hatinya sakit. .
Terluka parah. .
Sangat parah. .

Diusapnya surai halus kecoklatan milik kekasihnya itu, Baekhyun kemudian memejamkan kedua matanya, menikmati usapan sayang Chanyeol sembari sesekali berbisik dalam hati

'Tuhan, aku menyayangi Chanyeol. .'
Ibu jari Chanyeol turun mengusap kedua kelopak mata Baekhyun yang terpejam pelan.

'Tuhan berjanjilah padaku. .Jangan sampai membuat airmata malaikatku ini keluar dari kedua matanya yang indah ini. . Berjanjilah Tuhan. . Aku memohon. .' doa Chanyeol dalam hati.

Ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan buliran bening menetes lagi dari kedua matanya.
Perlahan memindahkan jemarinya untuk menyentuh kedua pipi putih Baekhyun mengusapnya penuh sayang hingga ujung ibu jarinya berhenti ketika menyentuh bibir merah Baekhyun.

Ciuman pertamanya dengan Baekhyun.

Seketika segala kenangan manis yang pernah mereka jalani berdua memenuhi pikiran dan hati Chanyeol.
Membuatnya menyadari bersama malaikatnya ini, Ia tidak pernah merasa sedih.
Apapun asalkan disitu ada Baekhyun. . Itu kebahagiaannya.

Chanyeol merasa semakin sulit bahkan hanya untuk menghirup udara, hatinya semakin sesak.
Seperti ditekan oleh beban yang beratnya berpuluh ribu ton.

Demi Tuhan bisakah Ia memohon untuk diberi pilihan lain? asal bukan meninggalkan Baekhyun.
Karena segala apapun usaha yang Ia lakukan Ia takkan sanggup dan tidak akan pernah sanggup. .

'Tuhan. .apa ini bagian dari rencana indahmu?' keluh Chanyeol dalam hati.

'Jika iya. Aku akan menerimanya asalkan itu untuk Baekhyun. . Hidupku. .' lanjutnya.

"Baekie. . " lirih Chanyeol pelan membuat Baekhyun membuka kedua matanya yang terpejam.

"Eum?" Ia tersenyum hangat.

Chanyeol mengepalkan kedua tangannya, menahan tubuhnya yang bergetar dan rasa sesak dihatinya yang semakin penuh.

"Aku ingin kita berakhir."

Terucap. . Kata-kata itu akhirnya terucap dari bibir Chanyeol yang mati-matian menahan buliran air matanya agar tidak menetes.

"A-Apa?" Baekhyun membulatkan kedua matanya.
Mencoba menenangkan kegusaran hatinya yang saat itu lalu meluap.

"Mana kejutan untukku yang kau bilang hey bodoh! ini? Kau mengerjaiku? Meminta hubungan kita berakhir ditanggal dan tempat pertama kali kita memulainya? Ahh lucu sekali? Aku menyayangimu, sayang sekali" Baekhyun melepaskan tawanya. Demi Tuhan ini terlalu sempurna untuk sebuah candaan, dan Ia menyadari akting Chanyeol terlalu sempurna untuk semua itu.

'Ini hanya candaan kan. . Tuhan?' sesak Baekhyun.

"Aku serius. . Aku ingin hubungan kita berakhir." nafas Chanyeol mulai tersengal, seperti sebentar lagi akan mati. . Tentu saja. .
Apa arti hidupnya bila tidak ada Baekhyun, dunianya disana.

Baekhyun menunduk.
Menggigit kasar bibir bawahnya.
Bulirah itu mengalir dari kedua matanya dan membasahi pipi putihnya.

'Tuhan. . Apa ini. . Mana janjimu Tuhan. . Dia menangis. . Malaikatku menangis dihadapanku.' lirih Chanyeol dalam hati.

"Ke-Kenapa? Apa aku membuat kesalahan padamu? Maafkan aku Chanyeol. . Aku akan memperbaiki diriku. . A-aku akan menuruti kata-katamu. . Aku tidak akan mengabaikan waktu makanku lagi, Aku tidak akan lupa lagi menghubungimu, memberimu kabar, Aku tidak akan membuatmu marah, Aku. . Aku tidak akan memanggilmu bodoh lagi. Aku mohon. . Katakan ini hanya sebuah candaan kan? Aku mencintaimu. . Dan kau yang paling tau akan hal itu aku yakin. ." Baekhyun masih terus mencoba menenangkan dirinya.

'Perpisahan' sesuatu yang tidak pernah Ia bayangkan apalagi jika Chanyeol yang memintanya.

Kalimat-kalimat yang baru saja Baekhyun ucapkan membuat Chanyeol terdiam.
Hatinya remuk.
Ia bahkan sudah tidak memiliki daya untuk berdiri jika tidak ada dinding tempatnya bersandar saat ini.
Pandangannya mulai mengabur tertutup lapisan air yang mulai menggenangi kedua kelopak matanya.

Kenapa ia tidak mati saja.

"Aku mencintai orang lain. . Aku berselingkuh dibelakangmu dua bulan ini. . Aku sudah tidak mencintaimu dan aku ingin hubungan kita berakhir." bohong Chanyeol.

Tangis Baekhyun pecah.
Nafasnya tersengal.
Hatinya sesak.

"Bo-bohong. ."

"Aku sudah tidak mencintaimu lagi."

"Ka-kau bukan Chanyeolku. ."

"Aku memang bukan Chanyeolmu lagi mulai saat ini. . Aku pergi. ."

Chanyeol melangkahkan kakinya meninggalkan sosok Baekhyun yang masih menangis dengan sisa tenaga yang Ia miliki. Menyandarkan diri pada sebuah tiang untuk menumpu tubuh tak beraga miliknya kemudian menjatuhkan dirinya.
Ia sampai dititik terakhir.
Dititik batas dimana meskipun Ia masih bernafas tapi tidak berada dalam dunia dan hidupnya tidak lagi bersamanya.

"Kau harus tetap hidup malaikatku. . Kau harus hidup bahagia. ." lirihnya dan kemudian semuanya menghitam.


Chanyeol perlahan membuka kedua matanya. Kepalanya masih terasa berat.

"Hyung!" nada panik Sehun terdengar jelas ditelinga Chanyeol.

"Hyung sudah sadar?" tanyanya lagi.

Chanyeol masih belum bisa merespon pertanyaan adik satu-satunya ini, pikirannya dan hatinya masih dipenuhi satu nama, Baekhyun.

"Dokter, bagaimana keadaan Chanyeol hyung?" ujar Sehun panik begitu dokter Kim, dokter pribadi keluarganya selesai memeriksa keadaan Chanyeol.

"Biarkan dia tertidur, Aku sudah menyuntiknya obat tidur dengan dosis terendah.
Sepertinya Chanyeol sedang mengalami suatu masalah berat dan itu membuat kondisi kerusakan pada hatinya semakin parah. Sehun, apa kau sudah menemukan donor yang tepat untuk hyungmu? Kita tidak punya waktu lagi, segera temukan donor hati untuk hyungmu atau kau menyetujui alternatif operasi yang kuajukan kemarin." dokter Kim mengusap punggung Sehun pelan.

"Aku belum menemukannya dokter. Dan tentang operasi itu bukankah dokter bilang ini operasi pertama untuk kondisi seperti hyung dalam bidang kedokteran Korea, memiliki kemungkinan yang sangat kecil. 20:80 itu sama saja aku membunuh hyungku, Dok. Kau tidak akan pernah mengerti alasanku tapi aku tidak akan pernah menerima operasi itu. . Bahkan jika operasi itu merupakan pilihan terakhir. ." Sehun mulai menangis.

"Aku mengerti. . Kau harus tetap bersemangat mencari donor untuk hyungmu. Jangan lupa ingatkan dia untuk tetap meminum obatnya, setidaknya obat-obat itu akan sangat membantunya." dokter Kim menatap Sehun dengan iba. Ia tau anak lelaki dihadapannya kini sudah berbeda dengan anak lelaki ketika pertama kali Ia melihatnya, semakin dewasa dan kuat.

Meskipun didunia ini mereka (Chanyeol dan Sehun) hanya saling memiliki satu sama lain.
Sifat yang Chanyeol dan Sehun terima dari darah sahabatnya Park Yoochun.

Sehun menatap hyungnya yang masih tertidur.
Sesekali mengusap keringat hyungnya dengan handuk ditangannya.

Ia merasa penasaran bagaimana bisa seseorang yang tertidur karena efek suntikan obat tidur masih bisa berkeringat dingin seperti ini bahkan pendingin ruangan pun sudah ia nyalakan dan set dalam suhu yang bisa membuatnya sendiri kedinginan.

"Hyung. . Apa yang sedang kau impikan? apakah itu mimpi buruk? hyung jangan tinggalkan aku. . Aku hanya memiliki hyung didunia ini. . Appa. . Eomma. ." isak Sehun.

'find me and ill be there for you~'
Sehun mengambil ponselnya dan memencet tombol hijau untuk menerima panggilan dari Luhan, sahabat terdekatnya.

"Sehun!"

"Ne Lu? Kenapa kau berteriak?" Sehun sebentar menjauhkan jarak ponsel dengan telinganya. Setelah dirasanya teriakan Luhan menghilang, didekatkannya lagi ponsel flip berwarna putih itu.

"Sehun, ini tentang Chanyeol hyung!" raut wajah Sehun berubah serius begitu mendengar sahabatnya itu menyebut nama hyung yang paling Ia sayangi.

"Chanyeol hyung?"

"Ne! Chanyeol hyung akan sembuh Sehun. . Dia bisa sembuh!" jawab Luhan pasti.

Tubuh Sehun bergetar pelan.

"Kau tidak bercanda dengan ucapanmu kan Lu?"

"Dokter Zhang yang akan menyembuhkannya, Ia kenalan ayahku di Cina. Ia mengabari ayahku bahwa kemarin Ia sukses melakukan operasi pasien yang memiliki kondisi sama seperti Chanyeol hyung. Kita harus membawa Chanyeol hyung secepatnya. Percayalah padaku Sehun, Chanyeol Hyung akan sembuh."

Kedua mata Sehun berkaca-kaca mendengar penuturan Luhan.
Harapan baru. . Harapan baru itu ada.

"Baiklah. tolong kau aturkan jadwal pertemuan dengan dokter Zhang. besok kami akan berangkat ke Cina Lu. Jeongmal Gomawo."

"Ne Sehun, Kau harus tetap semangat! Aku menyayangimu. . . . Dan Chanyeol Hyung." Sehun terdiam sesaat mendengar kalimat terakhir Luhan yang sempat ia putus sebentar sebelum interaksi via telepon itu tertutup.

'Menyayangi?'
'Sudahlah, kesembuhan Chanyeol hyung tetap nomor satu' pikir Sehun.


"Sehun?" lirih Chanyeol sedikit terkejut begitu melihat adik lelakinya dalam keadaan berpakaian rapi dan memasukkan lembar pakaian miliknya dan Sehun kedalam koper yang ukurannya cukup besar.

"Hyung? Sudah bangun? Aku akan segera menyiapkan sarapan untuk hyung." Ia tersenyum kemudian menghentikan kegiatan berkemasnya untuk menuju dapur dan mengambilkan semangkuk bubur hangat untuk sarapan hyungnya.

"Makan dulu ya hyung." Sehun bersiap menyuapi Chanyeol.

"Kita mau kemana?" tanya Chanyeol langsung.
Sehun menghela nafas pelan.

"Kita akan ke Cina penerbangan jam 10 pagi ini hyung."

"Untuk apa?" tanyanya lagi. Datar.

"Hyung, ayah Luhan memiliki kenalan dokter yang bisa menyembuhkan penyakit hyung. Hyung akan kembali sehat lagi."

"Aku tidak mau. Untuk apa aku hidup"
'Tanpa Baekhyun ada dikehidupanku. .' lanjut Chanyeol dalam hati.

"Hyung!" bentak Sehun

"Apa hyung pernah memikirkan perasaanku hyung? Sebesar apa aku menyayangi hyung? Apa hyung pernah mau tau? Aku tidak memiliki siapapun lagi didunia ini selain hyung! Apa hyung juga mau meninggalkanku? Apa hyung tau apa yang paling kuinginkan didunia ini? Kesembuhan hyung yang selalu kusebut didalam setiap doaku. Apa hyung mau perduli?. . . . " Sehun menahan tangisnya, hanya mengeluarkan isakan halus yang menyentuh hati Chanyeol yang masih terdiam menyadari keegoisannya.

'Apa harapan itu ada? Apa ini bagian dari rencana Tuhan untukku tetap hidup membahagiakan Sehun dan. . . Baekhyun?' desah Chanyeol dalam hati.

"Berhenti menangis Sehun, Baiklah. . Kita akan berangkat ke Cina pagi ini."


"Sudah setahun ya. ." Baekhyun menghela nafas berat.

Hari ini tepat setahun.
Kenangan pahit satu tahun yang lalu dimana lelaki yang pernah begitu Ia sayangi lebih dari hidupnya berubah menjadi sosok yang paling Ia benci.

Baekhyun membenci Chanyeol.

"Kenapa kau masih menggangguku? Apa rasa benciku padamu belum bisa mengalahkan perasaan nista ini dihatiku? Pergi. . Aku mohon. . Aku tidak ingin sakit lagi. ." Baekhyun terisak.

Menangisi bayangan Chanyeol yang masih memenuhi pikirannya.

Terlalu munafik jika Baekhyun berkata Ia sudah melupakan Chanyeol.
Dan hey. .
3tahun bukan waktu yang sebentar untuk memupuk perasaan nista yang orang sebut cinta itu dan setahun. .
Apa itu waktu yang cukup untuk membunuh perasaan itu dan menguburnya begitu saja?

Tidak.

Dan Baekhyun lah seseorang yang saat ini sedang merasakan teori tersebut.

"Aku membencimu Park Chanyeol. . Aku bersumpah. . Aku membencimu. ." lirih Baekhyun.

"Ice cream strawberry?" Baekhyun menoleh ke asal suara itu. Tepat disampingnya. Duduk bersebelahan dengannya.

"Untukmu." tawar suara itu.

Baekhyun memperhatikan seseorang disampingnya.
Bukan seseorang yang Ia kenal, bahkan Baekhyun berani bilang ini kali pertama melihat lelaki yang memegang cup ice cream strawberry favoritnya yang sekarang duduk tepat bersebelahan dengannya.
Cukup untuk bisa masuk kedalam kategori yang orang-orang bilang tampan.
Berbadan proposional, tinggi dan sempurna dalam kesan pertama.

"Take it or Leave it?" lelaki tinggi itu berbicara dalam bahasa inggris.
Sambil tetap menatap Baekhyun yang memandanginya dengan pandangan yang sulit Ia jelaskan. Begitu menggemaskan.

"Aku tidak mengenalmu." jawab Baekhyun. Tidak ada dipilihan yang diberikan lelaki tinggi itu sebelumnya.

"Aku Kris." Lelaki tinggi bernama Kris itu mengulurkan tangannya dan tersenyum bersahabat.

Baekhyun sedikit terkaget.

"Jadi kau juga menolak uluran perkenalanku setelah kau tidak memberi jawaban untuk tawaran ice creamku?" Kris masih tersenyum tangan kanannya masih terulur pada Baekhyun, berharap lelaki manis itu menyambutnya.

"Aku Baekhyun" jawab Baekhyun seadanya. Malas.

Kris menurunkan uluran tangannya.
Entah mengapa Baekhyun yang menanggapinya seperti itu malah semakin terlihat menggemaskan.

"Jadi sepertinya ice cream strawberry ini akan kumakan sendiri. Baiklah." Kris mulai membuka tutup cup ice creamnya.

"Tunggu, seharusnya kau ijin padaku sebelum memakan ice cream itu"

"Ehh?" Kris menatap Baekhyun dengan tatapan bingung.

"Itu ice creamku. Aku menerimanya. Jadi sebelum kau makan kau harus ijin dulu padaku." nada dikalimat Baekhyun masih terdengar cuek. Sembari menatap kearah lain. Ia tau lelaki bernama Kris disebelahnya ini pasti masih memandanginya.

Kris tersenyum.

"Baiklah Baekhyun-sshi, bolehkan aku memakan ice cream strawberry ini?" tanya kris dengan nada bercanda.

"Ti. . Daaaaak. ." jawab Baekhyun sembari mengambil cup ice cream ditangan kris kemudian memakannya.

Kris tersenyum puas.

"Ahhh manis!" ujar Baekhyun disela-sela menikmati rasa ice cream yang ada ditangannya.


Setiap akhir tentu memiliki awal.
Dan dengan begitu saja awal dimana dunia baru tanpa disadari dimulai.
Melupakan dan Memulai sesuatu yang baru atau Tetap bertahan dan Berpura – pura semua hanya mimpi, semua baik – baik saja.


"Baekhyun ada yang mencarimu, dia menunggumu di luar." Kyungsoo menepuk pundak Baekhyun yang masih berkutat dengan pekerjaannya.
Setahun ini Baekhyun memang sibuk atau lebih tepat mencari hal-hal yang bisa membuatnya sibuk dan melupakan seseorang yang untuk menyebut namanya saja ia benci.

"Ne, aku akan menemuinya" Baekhyun mengangguk kemudian melangkahkan kakinya keluar toko. Sedikit malas karena sepertinya Ia sudah tau siapa yang mencarinya itu.

Seseorang yang sama dengan yang mencarinya kemarin, kemarin, dan kemarinya.

"Hai!" Sapa lelaki tampan yang akhir-akhir ini seperti mengikuti Baekhyun.
Ya, lelaki itu memang Kris tepat seperti dugaan Baekhyun.

Baekhyun dengan cepat membalik badannya dan melangkahkan kakinya untuk masuk lagi kedalam toko.

"Tunggu!" Kris menarik lengan Baekhyun cepat.

"Katakan apa maumu? Aku masih banyak pekerjaan didalam." ujar Baekhyun malas.

"Aku membawakanmu ini. Kufikir kau akan suka." Kris tersenyum kemudian menyodorkan kotak berwarna putih dengan pita emas dan dua cup ice cream strawberry.

"Aku tidak bisa menerima ini lagi, dan bahkan aku baru mengenalmu dalam waktu kurang dari satu minggu Kris. kenapa kau seperti mengikutiku hey." Baekhyun gemas sendiri dengan tingkah Kris.

Kemarin saat Ia tertinggal bis terakhir Kris tiba-tiba muncul dan mengantarnya pulang, Saat dua hari yang lalu dompetnya hampir kecurian Kris pula yang mengengejar pencuri itu dan mengembalikan dompetnya.
Yang lebih aneh lagi Kris selalu muncul ketika jam istirahat makan siang untuk hanya mengantarkan cup ice cream. Sebenarnya Baekhyun tidak marah malah sangat berterimakasih pada lelaki tampan itu.
Ia hanya gemas.
Mengapa Kris bisa selalu ada dan bertingkah seperti itu.

Kris menahan senyumnya.
Sepertinya Ia sudah mulai kebal dan terbiasa menghadapi Baekhyun yang sering memarahinya.

"Ini hadiah perkenalan kita Baekhyun, kau harus menerimanya!" Kris mengambil tangan Baekhyun dan memindahkan kotak serta ice cream ditangannya kesana.

"Hey tapi aku bilang a.."

"Aku akan menjemputmu malam ini, dan memastikanmu aman sampai didepan pintu rumahmu. Sampai jumpa Baekhyun!" Kris mencubit pipi putih Baekhyun kemudian melangkah pergi menuju mobilnya mengabaikan suara Baekhyun yang memanggilnya.

Ia puas mengerjai Baekhyun lagi.

"Lelaki tampan itu lagi?" goda Kyungsoo begitu melihat Baekhyun memegang cup ice cream dan sebuah kotak putih.

"Tentu saja Kris, kau fikir siapa lagi lelaki yang bisa mengacaukan jam istirahat siangku selain dia" gemas Baekhyun.

Kyungsoo tertawa kecil.
Melihat perubahan sikap Baekhyun yang menghangat seminggu ini. Tentu Kris memberi pengaruh besar pada hari-hari Baekhyun.
Dan Ia merasa sangat lega.

"Kenapa tertawa Ya! Do Kyungsoo"

"Jadi namanya Kris yaa, Ah! Kemarikan ice creamnya jika kau tak mau memakannya." goda Kyungsoo lagi sambil tersenyum.

"Mana boleh! tentang tingkah menyebalkan Kris dan ice cream itu tidak ada hubungannya jadi ice cream ini tetap akan kumakan" ujar Baekhyun mantap.

Kyungsoo tersenyum.

'Jika Kris memang kebahagiaan untuk Baekhyun. Buatlah dia melupakan kesedihannya Tuhan.' Doa Kyungsoo dalam hati.

Kris melirik ulang jam tangannya, dan benar terbaca pukul 22:00 hatinya mulai gusar.
Ia belum juga melihat tanda-tanda Baekhyun keluar dari toko berarti sudah satu jam Kris menunggu didalam mobilnya. Biasanya dalam waktu sepuluh menit Ia akan melihat Baekhyun keluar dan mengikutinya perlahan sampai Baekhyun menaiki bus, turun dari bus dan masuk kerumahnya.
Entah pesona macam apa yang ada didalam diri Baekhyun sehingga membuat dirinya seperti terbius dan terjerumus ingin merasuki perasaannya lebih dalam.
Pertama kali ketika tak sengaja melintasi taman dimana Baekhyun sering menghabiskan waktunya seperti pertama kali Kris mempercayai bahwa malaikat itu ada.
Dan pertama kali mendekat dan tau Baekhyun menangis seperti ada perasaan sedih yang juga menusuk hatinya.

Malaikat tidak seharusnya bersedih apalagi menangis.

Sebutlah itu cinta pada pandangan pertama seperti apa yang orang teorikan.
Tapi Kris memang mencintai Baekhyun sejak pertama kali Ia melihat Baekhyun dan jangan salahkan dirinya jika perasaan itu tertancap semakin kuat.

"Ok aku harus menemuinya sebelum perasaan ini membunuhku." Kris membuka pintu mobilnya dan berjalan memasuki toko.

"Permisi, apakah aku bisa bertemu Baekhyun?" sapa Kris sopan begitu Ia melihat teman Baekhyun yang biasa ia mintai tolong untuk memanggilkan Baekhyun di jam istirahat.

"Oh, Kris." Kyungsoo tersenyum.

"Ne?" Kris sedikit heran karena teman Baekhyun ini mengetahui namanya.
Baekhyun tentu sudah menceritakan tentang dirinya kepada sahabatnya.
Dan Kris tidak bisa menutupi perasaannya, hatinya yang berbunga.

"Kau mencari Baekhyun? tapi dia tidak ada disini, dia tadi meminta ijin untuk pulang lebih awal."

"Pulang lebih awal?" tanya kris memastikan.

"Iya dia sudah pulang sekitar satu setengah jam yang lalu."

'Sial, kenapa perasaan gusar ini semakin kuat.'

"Ah baiklah kalau begitu aku langsung pulang saja" pamit Kris.

Kris berjalan cepat menuju mobilnya.
Perasaan gusarnya semakin kuat, entah mengapa hatinya mengatakan sesuatu yang buruk sedang terjadi pada Baekhyun.

"Ahh Sial!" Kris memukul stirnya kasar dan mulai menyalakan mobilnya menuju satu tujuan, rumah Baekhyun dan memastikan Baekhyun dalam keadaan baik-baik saja.

Baekhyun masih terduduk diam ditaman dan bangku favoritnya.
Hari ini Ia meminta ijin pulang lebih awal pada Kyungsoo, sahabat sekaligus pemilik toko aksesoris tempat Ia bekerja.

"Kau masih menggangguku. . Jika kau tidak mau pergi bahkan aku sudah memohonnya. . Apa aku harus menggunakan cara lain untuk mengusirmu?" Baekhyun berbicara pada dirinya sendiri.

Dan masih tentang hal yang sama. . Chanyeol. . Park Chanyeol. .

"Kau menyakitiku. . Aku tidak mengenalmu. ."

"Maafkan aku tapi jika kau tidak mau pergi. Maka aku yang akan mengusirmu. . Yeollie. . ."

Baekhyun menghapus air matanya. Ia berjanji ini tangisan terakhir.

"Kris. . Maafkan aku untuk hal ini. . Kuharap kau tidak akan marah. ."

Baekhyun menghela nafas panjang, merapatkan jaket tebalnya dan bangkit dari duduknya.

"Selamat tinggal. . Park Chanyeol. ."

Derap langkah Baekhyun Ia percepat ketika Ia menyadari ada suara derap langkah lain yang terdengar jelas dibelakangnya.
Suara derap langkah lebih dari satu pasang kaki, mungkin dua pasang atau tiga. Sesekali terdengar suara cekikikan.

"Tuhan tolong lindungi selalu diriku." doanya pelan, nyaris tidak terdengar.

Masih ada jarak 1km lagi yang harus Baekhyun tempuh untuk mencapai rumahnya.
Ia memang sengaja turun bukan ditempat yang biasanya karena ingin berjalan sembari memantapkan hatinya.
Tapi bukan keadaan seperti ini yang dia mau.
Rasa takut, gelisah dan keringat dingin mulai membasahi sisi keningnya.

"Aku harus berlari." begitu terdengar derap langkah kaki dibelakangnya semakin cepat dan mendekat.

Dan tanpa aba-aba lagi Baekhyun mulai berlari, sialnya dugaannya benar beberapa lelaki dibelakangnya tadi memang ngikutinya dan yang lebih parah kini dua orang lelaki yang berusia tua itu berada didepannya dan menariknya kedalam sebuah jalan buntu.

"Sepertinya kau terlambat menyadari keberadaan kami manis." ujar lelaki tua yang bertubuh kurus sambil menangkup kasar pipi Baekhyun sedangkan lelaki tua bertubuh berisi satunya memegang kedua tangan Baekhyun kebelakang.

Sekujur tubuh Baekhyun merinding ketakutan.
Ia menyesali pilihannya malam ini.
Cengkraman lelaki tua gemuk ini begitu kuat sedangkan lelaki tua yang satunya terus membelai pipi putihnya dan menghindari tendangan-tendangan yang coba ia layangkan.

'Tuhan. . Bagaimana ini. .'

"Berhentilah melawan cantik, kami akan membuatmu nyaman jika kau tidak melakukan pemberontakan."
Baekhyun memalingkan wajahnya ketika lelaki itu mulai akan mencium bibirnya.

"Kau sialan, Ajusi lepaskan aku sekarang!" bentak Baekhyun.

"Ahh menggemaskan sekali" jawab lelaki yang memegangi tangannya.

Baekhyun menghela nafas pasrah.
Ia merasa percuma karena usahanya berteriak tidak menghasilkan sesuatu.
Malam ini begitu sepi dan jalan buntu ini benar-benar jarang dilewati seseorang.
Apabila sesuatu terjadi padanya malam ini maka ia akan bunuh diri esok hari.
Itu lebih baik daripada hidup ditubuh yang telah dijamah orang-orang menjijikkan seperti ini.

"Baiklah jika kau masih bersikeras melawan. Aku kan melakukannya dengan sedikit kasar. Dudukkan dia!"

Lelaki yang memegangi tangan Baekhyun menjatuhkan tubuhnya dalam posisi duduk. Kemudian lelaki yang berhadapan dengan baekhyun dengan satu tangan memegangi kakinya.
Tangan lelaki itu yang lainnya memegangi dagu dan pipi Baekhyun yang mulai dibasahi air mata lalu mulai menciumi pipi basah itu kasar.
Menyerap aroma wangi lelaki manis itu dan ketika tangannya mulai merobek kaos yang Baekhyun gunakan sontak Baekhyun berteriak.

"Chanyeoooool! Tolong Akuuu. ."
Lelaki itu menghentikan aktivitasnya mencium kasar pipi Baekhyun.

"Chanyeol? hahaahahaahahah"

Dan saat itu pula tangisan Baekhyun pecah. .

"Kau sialan!" Suara lain yang familiar ditelinga Baekhyun terdengar semakin mendekat.

"Kris. ." lirihnya diantara isakan.

Dengan amarah yang memuncak Kris menghajar lelaki yang masih ternganga menyadari kehadirannya.
Memukulinya seperti kesetanan.
Meninju bagian perut lelaki itu, kemudian bagian pipi, menginjak, menendang, dan menghempaskannya, kemudian memukulinya lagi.

Baekhyun berhenti menangis dan bergidik ngeri melihat Kris yang mengerikan seperti itu tanpa dia sadari lelaki satunya telah melepaskan tangannya dan berlari pergi sebelum dia menjadi mayat menyusul temannya yang nyawanya kini berada ditangan Kris.

"Kris. . Hentikan. . Kumohon Kris" ucap Baekhyun.

"Apa yang kau lakukan pada Baekhyunku hah? Kau menjijikkan! Beraninya kau menyentuh Baekhyunku dengan tangan kotormu!"
"Mati Kau!" lanjut Kris sembari terus melayangkan tinjunya.

"Kris! berhenti! Aku tidak mau kau menjadi seorang pembunuh!" teriak Baekhyun sembari memeluk tangan Kris yang sudah bersiap melayangkan satu tinjunya lagi.

Tubuh Kris melemas.
Dipeluknya Baekhyun yang mulai menangis lagi.

Amarahnya mereda.

"Ketika aku melihat wajahmu lagi, aku akan membunuhmu! ingat itu!" seru Kris pada lelaki yang hampir sekarat karena dipukulinya itu.

Kris melepaskan jaketnya untuk melapisi tubuh Baekhyun yang masih bergetar hebat.

"Aku akan mengantarmu pulang." Ujar kris sembari menuntun Baekhyun berjalan menuju mobilnya.

Baekhyun masih terdiam.
Ia berada didalam rumahnya saat ini.
Kris menyibukkan diri di dapur untuk membuatkannya teh hangat.

"Minumlah." Kris menaruh teh hangat yang baru saja ia buat tanpa melepaskan sedikitpun pandangannya dari wajah Baekhyun.

Hatinya seperti ditusuk.

Kelu melihat kondisi seseorang yang ia cintai saat ini.
Rambut halusnya berantakan dengan bercak merah dipipi dan tangannya seperti bekas tekanan kuat juga pakaiannya yang sobek.

'Andai saja Ia datang lebih awal untuk menjemput Baekhyun pasti semua ini tidak akan terjadi.'

"Baekhyun?" tanya Kris membuat Baekhyun menoleh dan menghentikan lamunan kosongnya.
"Kau harus meminum teh mu dan istirahat." ucap Kris penuh sayang sembari menatap Baekhyun teduh.

"Kris. ."
"Terimakasih. ." lanjut Baekhyun.


"Bagaimana kondisimu?" tanya Kris yang datang menjenguk sore itu.
Ada kelegaan dihati Kris begitu melihat Baekhyun dalam keadaaan lebih baik dibanding semalam ketika ia berpamitan untuk pulang.

Sebenarnya Ia merasa begitu berat untuk meninggalkan Baekhyun.
Ia ingin bermalam dan menjaga Baekhyun tapi mengingat hubungan tahap pertemanan yang mereka jalani Kris jadi mengurungkan niatnya.
Begitu pula ketika semalaman Ia tidak bisa tidur dan terus terbayang kejadian dimana Baekhyun menangis ia benar-benar marah dan menyesali dirinya sendiri, begitu pagi datang Ia ingin memberikan waktu Baekhyun untuk lebih lama beristirahat, jadilah sore ini Ia baru datang menjenguk.

"Aku baik-baik saja." jawab Baekhyun singkat.

Kris memandang nanar luka memerah ditubuh Baekhyun.
Kemudian mengepalkan tangannya menahan amarah.

'Lelaki brengsek itu harus mempertanggungjawabkan ini semua.'

"Kau harus banyak beristirahat."

"Aku baik-baik saja Kris."

"Aku menghawatirkan keadaanmu." jawab Kris lagi.

Baekhyun terdiam.
Menunduk.

"Kenapa kau begitu perduli padaku Kris?"

Kali ini Kris yang tak bersuara.
Hatinya ragu.
Ini seperti saat yang tepat untuk mengutarakan perasaannya, segala niat tulusnya.

"Aku. . "

"Aku perduli padamu" lanjutnya.

Dalam hati Kris merutuki dirinya sendiri karena menjadikannya lelaki yang begitu pengecut.

"Begitu. . Terimakasih. . Kau benar-benar teman yang baik." ujar Baekhyun tersenyum tulus.


Ruangan operasi itu masih tertutup rapat.
Lampunya masih menyala menandakan didalamnya masih terjadi aktivitas dimana seorang dokter dan perawat sedang berusaha semaksimal mungkin menyelamatkan nyawa seorang pasien dan pasien yang sedang memperjuangkan keinginannya untuk terus hidup.
Tak jauh dari pintu yang tertutup itu terdapat sosok-sosok yang dengan hati cemas menunggui kabar menggembirakan yang dibawa oleh sang dokter.
Dan semoga kabar itu memang benar kabar yang menggembirakan.

"Sehun, tenanglah. ." Luhan mengusap punggung Sehun pelan.

Berusaha menenangkan tubuh sahabatnya yang belum berhenti bergetar dari dua jam yang lalu tepat ketika operasi dimulai.

"Chanyeol hyung akan baik-baik saja Sehun. Chanyeol hyung seseorang yang kuat." tambahnya.

Sehun masih terhanyut dalam pikirannya.
Selama setahun ini hyungnya memang benar-benar kuat.
Ia menjalani segala terapi dan persiapan pra-operasi tanpa mengeluh.
Sehun tau keinginan hyungnya itu untuk sembuh memang benar-benar besar.

Dan segala terapi itu bukan sesuatu yang mudah.
Sehun dan Luhan yang tidak pernah lepas menemani Chanyeol pun bergidik ngeri.
Terapinya betul-betul berat ditambah obat-obatan herbal yang harus diminum Chanyeol selama 3kali sehari.
Pernah suatu kali Sehun iseng mencoba memakan obat itu dan bukan main rasanya. .
Obat terpahit yang pernah Ia rasakan seumur hidup.
Dan untuk membayangkan bagaimana hyungnya itu melewati hari-harinya saja membuatnya tidak sanggup dan menangis. Kekuatan cinta hyungnya padanya dan seseorang yang bernama Baekhyun yang hyungnya selalu ceritakan itu tentu benar-benar kuat.

'Baekhyun. . Byun Baekhyun hyung. . ketika nanti kita bertemu. . aku akan menangis dan memelukmu, terimakasih karena dirimu. . hyungku akan tetap hidup. .'

"Chanyeol hyung. ." lirih Sehun pelan.

'kau sudah berjanji padaku akan baik-baik saja hyung. kau bilang kau akan sembuh demi aku dan. . Baekhyun hyung. .'


TBC


show me your love juseyo~