"Aku tidak bisa sabtu malam ini," Baekhyun menggeleng dalam penolakan. "Aku sudah memiliki janji."
"Baek janji itu bisa di atur ulang tapi 10 juta won tidak." Kyungsoo menyanggah. "Kau tidak serius akan menolaknya 'kan?"
Baekhyun memutar mata, "kau tau jika aku bernyanyi bukan untuk uang." Sahutnya jengah. Penyanyi itu sedikit banyak merasa tersinggung namun tak ingin menyalahi teman sekaligus manajernya itu.
"Oh ayolah Baek," Kyungsoo mengerang. "Kau tau siapa yang mengundangmu ini 'kan? Ini Loey, Baek! Mereka miliyarder, semua orang penting dan berkuasa akan hadir disana sedang kauㅡ" Kyungsoo menunjuk dengan dramatis. "Hanya penyanyi indie yang merangkap jadi youtuber, kau popular tapi hanya semut kecil dibandingkan mereka."
Sekali lagi Baekhyun memutar bola mata. Apa yang Kyungsoo katakan memang benar, untuk penyanyi seperti Baekhyun mendapatkan undangan tampil di acara eksklusif jelas merupakan kesempatan emas, namun sekali lagi uang dan popularitas bukan alasan Baekhyun untuk bernyanyi. Dia hanya ingin bersenang-senang sedang uang hanyalah bonus saja.
"Baek!"
"Ck," Baekhyun berdecak. "Memangnya acara apa itu, eh?!" Baekhyun bertanya tak benar peduli. Pikirnya dia akan memiliki alasan yang lain untuk menolak untuk datang.
Wajah Kyungsoo mendadak secerah mentari. "Acara pernikahan Baek!" Pun dengan nada bicaranya yang menggebu-gebu.
"Kau gila!" Baekhyun terpekik. "Mengapa pula penyanyi rock di undang di acara pernikahan, kurasa kau sudah sinting!"
"Tapi kau juga punya lagu ballad 'kan? Pengantin prianya sangat menyukai lagumu yang Where Do Broken Hearts Go omong-omong,"
Mata sipit Baekhyun mendadak kian sipit, "Oh, jadi penggemarku yang ngotot itu pengantin prianya?"
"Yups," angguk Kyungsoo.
"Siapa?" Tanya Baekhyun.
"Apa?" Kyungsoo malah balik bertanya.
Baekhyun untuk kesekian kalinya memutar bola mata, "Nama pengantin prianya!"
Kyungsoo berganti mengerjab kini, "kau tidak tau?" Dia lagi terpekik. "Baekhyun aku sedari tadi membicarakan acara pernikahan pewaris Loey Corp! Aku tidak tau apakah selama ini kau menggunakan internet atau tidak, tapi demi Tuhan! Kau tidak tau?!"
Baekhyun menggeleng polos.
"Park Chanyeol!" Kyungsoo berteriak. "Pengantin pria yang merupakan pewaris Loey Corp namanya Park Chanyeol!"
Baekhyun terlonjak, bukan karena teriakan Kyungsoo yang nyaris menembus atap rumahnya. Alih-alih satu nama yang baru saja di sebut oleh lelaki bermata bulat itu.
"Park... Chanyeol?"
...
Park Chanyeol adalah satu dari sekian banyak manusia yang silih berganti mengisi kehidupan Baekhyun. Mereka berada pada kelas yang sama di sekolah menengah dulu; berteman akrab dengan hal-hal yang terlalu banyak di lakukan bersama.
Setelah lulus, perpisahan mereka terletak disana. Apa yang Baekhyun ketahui adalah Chanyeol yang melanjutkan kuliah di luar negeri dan mereka hilang kontak setelah itu.
Hidup masih berlanjut dan perlahan bayang masa lalu mulai di ganti oleh lembaran yang baru. Baekhyun memiliki hidupnya yang baru; kegiatannya yang baru bersama hal-hal yang di sukainya. Sosok Chanyeol menyirna perlahan namun tak terlupakan sampai kemudian pesta megah pernikahan itu menyita kenangan masa lalu kembali.
Langit memerah jingga semerah wajahku oleh ciuman itu
Rasanya menggelitik pun dengan kalimat aneh yang dia perdengarkan pula
Aku bilang dia konyol
Tapi dia bilang, dia siap untuk menjadi gila
Langit berubah gelap, rembulan mulai terlihat
Kegilaannya berlanjut kian tak terkendali
Tawanya menjadi memabukkan tiba-tiba, aku jadi rindu entah mengapa
Kubilang aku benci padanya
Dia bilang dia cinta padaku
Kukatakan jika konyol wajahnya telah menjadi sikapnya yang lain
Tapi sekali lagi, dia menjawab siap untuk menjadi gila
Dentingan suara musik terhenti digantikan gemuruh tepuk tangan memenuhi ruangan.
Baekhyun tersenyum lebar sembari mengedarkan pandangan pada seluruh tamu undangan. Senyumnya mengaku tiba-tiba pun pendaran mata yang terhenti pada raja pesta. Park Chanyeol sang pengantin yang balas menatapnya. Tautan mata mereka bertemu, senyum tertarik canggung sebelum benar-benar terlepas oleh palingan wajah yang Baekhyun lakukan. Dia membungkuk dalam sebagai ucapan terima kasih dan bersiap untuk turun panggung.
"Akan ada sebuah penampilan spesial," pembawa acara menahan langkah Baekhyun disana. "Dari Pengantin pria yang akan berduet dengan penyanyi kita malam."
Lelaki mungil itu mengerjab dalam keterkejutan. Tak ada yang memberitaunya akan bernyanyi bersama Chanyeol malam itu dan dia bahkan tak di beri kesempatan untuk sekedar mengajukan protes sedang pria tinggi berbalut teksudo itu telah meninggalkan tempatnya menuju panggung.
Gemuruh tepuk tangan terdengar lagi ketika Chanyeol berada di atas panggung sana. Senyumnya terulas tipis dan menyapa Baekhyun dalam cicitan nyaris tak terdengar.
"Hai," begitu singkat namun masih mampu di tangkapi oleh lelaki itu.
"Bisa berikan aku gitar?" Chanyeol bertanya pada pembawa acara. Pria berambut ikal itu mengangguk sigap dan segera mengambil gitar yang Chanyeol inginkan. Dua kursi di naikkan ke atas panggung pula, diletakkan berdampingan dimana Chanyeol mempersilahkan Baekhyun menempatinya salah satu.
"Aku ingin kau menyanyikan lagu Where Do Broken Hearts Go selagi aku bermain gitar," Chanyeol berkata sembari memetik gitar dalam pengecekan. Dia membawa pandangannya pada Baekhyun kemudian dan lagi tersenyum, "tidak keberatan bukan... Bunny?"
Baekhyun tersentak luar biasa oleh panggilan itu. Wajahnya mendadak panas pun debaran jantung tanpa perencanaan menggila di dalam rongga dadanya.
Apa-apaan itu! Baekhyun memaki dalam hati.
Cepat-cepat dia bawa pandangannya pada arah yang lain dan bersiap untuk menyanyikan lagu yang Chanyeol inginkan.
Baekhyun menjadi gugup dan diam-diam Chanyeol menyeringai karena hal itu.
...
Ada sebuah tempat yang dalam
Terkadang menyenangkan, terkadang membingungkan
Ada sebuah tempat yang lama
Terkadang terasa dingin, terkadang menjadi sangat di rindukan
Mereka bilang embun itu menyejukkan
Mereka bilang mahatari itu menghangatkan
Tapi menurutku, dentuman dalam hati lebih melegakan
Terkadang tempat terdalam itu menyenangkan, terkadang membingungkan
Terkadang tempat itu terasa dingin, terkadang menjadi sangat di rindukan
"Sudah kuduga 1 lagu untuk 10 juta won itu tidak wajar, aku seharusnya menyadari cepat hal ini."
Dentingan gelas terdengar keras pada tempat senyap itu. Beriak anggur di dalam sana bergelombang, bersamaan dengan seringaian yang terpantri pada parasnya yang cantik.
Baekhyun berdecih oleh rasa tak suka dan Chanyeol malah tertawa olehnya.
"Kupikir kau mengalami masalah dengan keuanganmu," sahutnya tanpa peduli.
"Ya, aku masih bisa makan 3 kali sehari jadi itu bukan masalah." Baekhyun mencibir.
Gelasnya dia letakkan di atas meja dan menghela nafas. "Jadi, mengapa aku harus berada disini?"
Di kamar hotel tepat setelah acara pernikahan itu berakhir. Malam telah tinggi namun sayup suara klakson mobil masih terdengar melalui balkon yang terbuka.
"Kau tidak rindu padaku?" Chanyeol bertanya dengan lengkungan sedih pada bibirnya. Dia meninggalkan pilar menghampiri Baekhyun pada bibir balkon. "Aku rindu sekali padamu," ungkapnya.
"Sudah 10 tahun jika aku tidak salah mengingat." Ujar Baekhyun. "Sebagai teman lama, kupikir aku rindu padamu juga." Dia tertawa kemudian.
Chanyeol berdecih miring sembari meletakkan gelasnya berdampingan dengan gelas milik Baekhyun di meja. Kedua lengannya di letakkan pada masing-masing pagar balkonㅡmemenjarakan tubuh Baekhyun di antara tubuhnya.
Baekhyun mendongak untuk menemukan bulat mata Chanyeol di atas sana. Teduh tatapan pria itu menjalari tubuhnya oleh rasa hangat pun dengan semburat merah muda yang tiba-tiba mengisi parasnya pula.
"Kau tau," hembusan nafas panas Chanyeol mengenai sisi wajah Baekhyun. "Aku masih mencintaimu Bunny..."
"Oh, hentikan panggilan konyol itu." Baekhyun mengerang pelan sembari mendorong dada Chanyeol guna menjauh. Baekhyun lekas menarik wajahnya dan beranjak pergi dari balkonㅡmati-matian menyembunyikan panas wajahnya oleh ungkapan pria tinggi itu.
Namun lengannya Chanyeol raih segera lalu kembali mengukung Baekhyun pada dinding. Baekhyun masih belum mampu memahami apa yang terjadi ketika tipis miliknya tiba-tiba Chanyeol tekan dalam pangutan. Sipit itu membola dalam pelototan namun sayangnya Chanyeol tak ingin peduli dan memangutnya segera dalam lumatan.
Pinggang ramping Baekhyun tiba-tiba Chanyeol tarik guna merapat pada tubuh bawahnya lantas tanpa aba-aba meremas pantatnya di sela jilatan. Baekhyun terkejut lagi namun urung untuk protes alih-alih merusak tataan rambut Chanyeol dengan jalinan jemari lentiknya.
"Kubilang aku masih mencintaimu." Hembusan hangat nafas Chanyeol lagi menyapu bibir Baekhyun oleh liur. "Masih sebesar dulu." Sambungnya.
"Jangan berbohong," Baekhyun menyahut. "Kau bahkan pergi seperti hantu." Ejek Baekhyun.
Chanyeol melumat bibir itu lagi dengan rakus. Lidahnya mengetuk berulang sebelum dia lesakkan masuk menggoda isi rongga mulut itu.
Baekhyun mengerang oleh rasa basah dan tak dapat menahan diri untuk mendesah kala batang lehernya menjadi sasaran kini.
"Kau serius akan melakukan ini?" Baekhyun menahan dada Chanyeol kuat.
Chanyeol menatapnya dalam seringaian lalu menarik bibir tipis itu lagi dalam pangutan.
"With you? Hell yeah!" Chanyeol berseru, nafasnya terasa hangat beradu di atas bibir Baekhyun. Yang mungil melenguh kala rasa gemelitik memenuhi langit-langit mulutnya.
Baekhyun tak bisa menjawab maupun menolak dengan hasrat panas yang kian membumbung tinggi. Tangannya mengusap sensual bisep Chanyeol, perlahan naik menuju helai hitam itu kembali.
Chanyeol meletakkan masing-masing tangannya pada belahan empuk itu, meremasnya sesekali sebelum mengangkatnya dalam gendongan. Paha Baekhyun membelit pinggang kekar Chanyeol dan membiarkan pria itu membawa tubuhnya pada sofa.
"Ugh aku benci melakukannya disini," Baekhyun mengeluh dalam pelolotan mata. Chanyeol tertawa pelan dan mengindahi permintaan Baekhyun untuk pindah.
Rahang tegas Chanyeol lelaki berambut pirang itu usap dan membiarkan matanya menjelajah bulat bening miliknya. Baekhyun tersenyum lembut sebelum mendekatkan diri untuk sebuah ciuman yang lain, kedua lengannya berpindah pada leher Chanyeol lantas dalam deru nafas rendah berbisik.
"Well, aku tak hanya mengambil keperjakaanmu saat sekolah dulu, bahkan aku melakukannya juga saat malam pertamamu." Baekhyun berucap bangga.
"Kau senang?" Tanya Chanyeol.
"Bagaimana denganmu?" Dia balik bertanya.
"Rasanya seperti bernostalgia." Tawa pria Park itu renyah terdengar. Baekhyun balas tertawa sedang kepala tanpa sadar dia biarkan mendongak memberikan ruang untuk bibir Chanyeol menjelajah pada leher miliknya.
Kulit bawah polos kedua anak Adam itu bergesekan lembut bersama deru nafas hangat menerpa satu sama lain.
Disela Chanyeol bercerita bagaimana pertemuan hingga pernikahan dengan suaminya. Semuanya sudah di atur pun termasuk kepindahan Chanyeol secara mendadak setelah kelulusan sekolah menengah.
"Itulah mengapa aku menolak untuk berkencan denganmu, karena memang seperti inilah akhirnya." Baekhyun menyahut. Setengah hati harus mengakui jika dia merasa sedih namun tetap saja memperlihatkan hal itu menjadi sesuatu yang memalukan.
"Aku menghilang dan kau bahkan tak berusaha mencariku." Chanyeol balas dengan nada yang sama.
"Kau juga tidak," sahut Baekhyun dalam tudingan.
Keterdiaman tiba-tiba mengisi kamar itu dengan cepat sedang deru nafas adalah satu-satunya yang terdengar.
"Aku selalu merindukanmu setiap saat, bahkan sesering apapun aku melihat videomu."
Baekhyun tertawa lagi sembari berbalik untuk menghadap Chanyeol.
"Jadi?"
Chanyeol balas menatap mata secantik bulan di depannya itu. Poni yang menjuntai dia sibak halus membuat kening itu terpampang pada inderanya kini. Chanyeol mengecupnya singkat sebelum memangut bibir Baekhyun lagi.
"Aku tau aku takkan memiliki kesempatan lain untuk bertemu denganmu, bahkan jika aku kembali menetap di Korea. Itulah mengapa aku mengundangmu kesini." Chanyeol menjelaskan.
"Apa suamimu tau?" Tanya Baekhyun.
Chanyeol menggeleng, "tidak,"
"Bahkan dia tidak curiga kau tak berada di kamar untuk malam pertama kalian?"
"Kami sama-sama pernah tinggal dan sekolah disini Baek, kami memiliki teman dan waktu nostalgia yang ingin di habiskan bersama." Katanya. "Lagipula kami tidak saling mencintai, malam pertama bukanlah hal yang di harapkan."
"Ya, karena kau berada disini bersamaku." Ejek Baekhyun. Chanyeol tidak tersinggung, alih-alih tertawa sebelum lagi mencium bibir ranum itu.
Baekhyun menarik diri kembali, meletakkan jemarinya di atas bibir Chanyeol dan mempertemukan iris mereka.
"Aku sudah menikah," Baekhyun berkata. "Perjodohan juga."
"Aku tau,"
"Apa?" Baekhyun terkejut. Matanya sampai mengerjab berulang bak anak anjing.
"Kau membuat sesi Q&A seingatku."
Baekhyun mengerjab lagi, sedetik kemudian menyengir menyadari kebodohannya sendiri.
"Aku patah hati," kata Chanyeol pelan. "Kupikir kita benar-benar tidak memiliki kesempatan untuk bersama itulah mengapa aku menerima perjodohan itu."
Baekhyun menimbun sesal tiba-tiba pun dengan sendu mata Chanyeol membuatnya ikut terluka. Nyatanya disini tak hanya dia seorang diri yang terluka, Chanyeol pun bahkan jauh hari sebelum dirinya.
Lengannya lekas Baekhyun bawa melingkari tubuh telanjang Chanyeol dan memeluknya erat disana.
"Aku frustasi karena kau pergi," ungkap Baekhyun. "Dia menyukaiku dan melamarku. Aku tak memiliki alasan untuk menolaknya."
"Maafkan aku..." Chanyeol mengecup puncak kepala Baekhyun lama. Mencoba merasapi kesedihan yang sama-sama mereka rasakan dan merenungkannya bersama.
"Yang terpenting dari itu semua," Chanyeol menarik dagu Baekhyun pelan membuatnya kembali mendongak, "kau masih mencintaiku 'kan?"
"Jezz~" Baekhyun berdecih. "Haruskah kau kembali bertanya?"
"Aku ingin mendengarnya darimu Bunny..." tutur lembut itu lagi menghangatkan wajah Baekhyun. Baekhyun seolah deja vu pada masa sekolah dulu, memalu bak kucing di mabuk cinta pun wajah yang kian memerah oleh panas darahnya.
Kepalanya terangguk pelan, lantas berbisik dalam balasan.
"Sangat mencintaimu..."
...
"Baeb, Kyungsoo bilang kau ke Maladewa. Mengapa tiba-tiba?" Sarat kebingungan kentara terdengar dari tanya itu.
"Tidak tiba-tiba kok," jawab Baekhyun. "Sebelumnya aku tidak berencana untuk pergi, tapi kupikir akan bagus untuk membuat konten baru untuk channelku."
"Ah, seperti itu..." gumanan terdengar setelahnya. "Lantas berapa hari kau disana?"
"Seharusnya seminggu jika semuanya berjalan dengan lancar," Baekhyun meringis pelan. "Tak apa bukan?"
"Tak apa jika itu untuk pekerjaanmu, hanya istirahat yang cukup dan jangan lupakan vitaminmu oke?"
"Aku takkan melupakannya," Baekhyun menganggukkan kepalanya berulang walau dia tau suaminya itu tak dapat melihatnya di ujung sambungan sana.
"Baiklah, aku tutup dulu. Aku mencintamu..."
"Hm, aku juga."
Baekhyun memutus cepat sambungan itu dan melempar ponselnya pada tempat tidur begitu saja. Dia lanjut membuka pakaiannya yang sempat tertunda sebelum melangkah menuju kolam berenang.
"Kau semakin ahli berbohong." Dari dalam kolam Chanyeol berujar. Seluruh tubuh telanjangnya telah basah dengan otot kencang menyapa penglihatan Baekhyun kala pria itu timbul di atas permukaan air.
"Tebak dari siapa aku belajar?" Baekhyun mencibir sembari mendekati kolam dan melompat cantik ke dalam air. Chanyeol segera menarik tubuhnya dan tak menahan diri untuk mencium bibir lelaki itu dalam lumatan.
"Dariku." Katanya. "Dan aku bangga entah mengapa."
Baekhyun memutar bola matanya lagi, "Dasar konyol!" Kutuknya.
Chanyeol tertawa lantas menggidikkan bahunya tak peduli, "bukan masalah," katanya. "Menjadi gila aku juga siap asal itu karenamu."
tamat
Ff ini udah diketik lama dari jaman CBX perform di spectrum dan yah ini terinspirasi dari looks Baekhyun disana, he so dengerous duh ㅜㅜ
Makasih udah baca salam #CHANBAEKISREAL!
