Baiklah One Piece bukan milik saya dan seterusnya
Warning: Kemunculan OC, bashing chara, chara yang jadi OOC ,dsb
Hujan gerimis sore itu tak menghalangi penduduk kota untuk menjalankan aktivitasnya, ada yang berdagang, berbelanja atau sekedar berjalan-jalan. Memang kota yang aneh, mereka seakan tidak mempedulikan gerimis yang membasahi. Bahkan kehadiran kelompok bajak laut Shirohige yang begitu ditakuti pun tak membuat mereka panik dan bersembunyi. Aneh memang, tapi pulau itu telah diakui pria yang dijuluki 'Pria Terkuat Sedunia' sebagai wilayah kekuasaannya. Marco duduk di sudut bar, matanya menatap keluar melalui jendela. Beberapa saat kemudian matanya menangkap sesosok wanita melintas di depan bar dengan tergesa-gesa. Pria berambut pirang itu beranjak dari kursinya, berlari keluar menuju ke arah wanita yang tadi melintas. Dia menatap berkeliling mencari sosok yang dimaksud. Dari kejauhan dai melihat sosok berambut abu-abu, 'Itu pasti dia' pikirnya. Diam-diam Sang Phoenix mengikuti wanita itu. Wanita itu memiliki rambut ikal berwarna abu-abu dengan baju terusan berwarna putih. Wanita itu berjalan ke arah hutan, Marco terus mengikutinya diam-diam dan bersembunyi di balik semak-semak. Di tengah hutan berdiri sebuah gubuk mungil dan wanita itu berjalan ke arahnya. Pintu rumah sederhana itu terbuka seorang gadis kecil berambut pirang berlari menghampiri sosok tadi, "Ibuuu. . . .".
Marco terhenyak sesaat, tanpa sadar kakinya menginjak sebuah ranting kecil di belakangnya. Wanita itu menatap lurus ke tempatnya berada, tampak wajahnya begitu belia meski rambutnya berwarna abu-abu. Wanita itu menatap ke arah putrinya, "Masuklah, Ibu ada urusan sebentar."
Gadis itu mengangguk dan berlari kembali ke rumah. Setelah gadis kecil itu tidak tampak lagi, Marco keluar dari semak-semak. Wanita itu menatap tajam ke arahnya, "Bukankah aku sudah memintamu untuk berhenti mengusik kehidupanku?"
"Apa maksudmu, walau bagaimanapun Lily adalah darah dagingku aku berhak tahu tentangnya.", jawab Marco dengan tatpan serius
"Memang kau adalah ayah biologis putriku tapi kau juga seorang bajak laut."
"Apa yang salah dengan menjadi seorang bajak laut? Kami hidup bebas mengarung lautan melalui petualangan hebat dan. . ."
Belum sempat Marco menyelesaikan kalimatnya wanita itu menyela, "Kalian dikutuk dan dibenci olah seluruh dunia."
Suasana menjadi hening sesaat kedua orang itu saling beradu pandang. Wanita itu menghela nafas, "Kau tahu yang dulu kita lakukan adalah sebuah kesalahan."
"Tapi aku mencintaimu dan juga putri kita."
"Kalau begitu tinggalkanlah kami, kalau orang-orang sampai tahu bahwa Lily adalah putri kandungmu. . . " katanya sambil terisak, "dia akan diburu juga. Kau tahu itu bukan?"
"Tapi kau itu tinggal di wilayah kekuasaan Oyaji, tidak akan ada berani mengusik kalian."
Air mata mengalir deras di pipi wanita itu dengan suara lirih dia berkata, "Pria itu tidak akan hidup selamanya, dan saat hari itu tiba perlindungan terhadap pulau ini juga akan lenyap."
Marco tertegun sesaat kata-kata itu terasa begitu menyakitkan baginya. Membayangkan kepergian 'Sang Ayah' saja sudah begitu menakutkan baginya, dia tidak bisa membayangkan apa jadinya dirinya bila hal itu benar-benar terjadi. Wanita itu berjalan mendekatinya, sambil terisak dia berkata, "Berjanjilah kau tidak akan kembali pada kami, lupakanlah semua yang pernah terjadi diantara kita. Anggaplah bahwa Lily tidak pernah ada di dunia ini, lupakanlah bahwa kau memiliki seorang putri."
Tadinya saya mau menggunakan karakter Whitebeard, tapi terlalu kejam rasanya bila seorang yang dianggap 'Ayah' oleh krunya justru kehilangan hak klaim atas putrinya. Akhirnya saya memilih Marco sebagai objek penderita. Maaf.
