"Hoi, Miku kau main akun coc-ku lagi ya?"Ujar Seorang lelaki berperawakkan tinggi tegap menatapku –menyipitkan matanya-
"Hmm~"Jawab kumalas. Jemari kusibuk memencet keyboard laptop untuk mengechek list anime lama.
"Kau ini…,"ujar dramatis kuabaikan begitu saja.
"kamu melihat apa Mi-can?"Tanya berjalan kearahku yang baring baring malas ditempat tidur.
"Jangan jangan kau melihat anime hentai!"Tuduhnya menuding hidungku,
"Ya, dan genre 21 keatas."sahutku malas sedangkan dia mengap mengap tidak jelas disana.
Shion kaito, status Gamers dan My alay Boyfriend
Namaku Hatsune Miku, status : Otaku dan her girlfriend.
Kami memang dibilang hebat dibidang elektronik tapi yang membuat kami berbeda. Dia suka film cartoon barat sedangkan aku Jepang . kadang kami bertengkar hanya hal sepele.
Dari film yang kekanak kanak hingga IYKWIM*Author dihajar reader*
Aku tak mempermasalahkan dia menyukai cartoon Disney. Walau itu frozen sekali pun, astaga maafkan aku Kaito menyebar aibmu.
Dan ia tahu bahwa aku sering menonton anime sedikit hentai.
.
MiKai Story
Cast : Miku Hatsune (pov)
Kaito shion
Luka Megurine
Gakupo Kamui
Rate : K
Genre : Romance
Warning : Point of view oleh Miku hatsune, Bahasa non baku, Typo bertebaran, dan Au
Alur maju mundur cantik :v
.
Awal pertemuan kami juga aneh bagiku
4 tahun yang lalu, aku masih mengingat jelas aku mengikuti klub catur sebagai newbie.
Hari itu aku merasa tak enak badan dan ingin membolos klub catur, kalau saja pemimbingnya sayang denganku. Anggaplah aku anak kesayangannya, jangan memandangku aneh! aku hanya tak ingin mengecewakannya!
Aku mencoba mencari keberadaan Rin yang juga masuk ke klub yang sama dengaku. Ternyata dia main dengan senpai-senpai yang tak kukenal sama sekali, aku hanya memandang horror dari tempat dudukku. Karena bosan dan sakit menahan pusing akibat dari tak enak badanku, aku memilih mencari teman obrol untuk mencoba menghilang sakit kepalaku.
"Mau main?"Tanya menyodorkan buah catur.
Kuanggukki tawarannya dan memilih bidak yang hitam. Pasti kalian bingung karena pada umumnya bidak putih itu adalah satu langkah membuat menang. Kalian salah! Yang membuat permainan catur itu menang yang membuat lawan terpancing dan melakukan hal ceroboh.
Awal mula aku memajukan bidak didepan menteri dua petak, dia hanya mengangguk angguk ngak jelas.
"Ho~ main ya, Gumiya?"Tanya seorang yang temannya yang tiba tiba datang.
Ingin sekali kubilang 'You don't say?' dengan wajah watados tapi ketika aku menatapnya aku merasa pipiku memanas. Entah kenapa, mungkin demam atau yang lain aku tak tahu. Masa bodohlah
"Pergi sana, Kaito! Nganggu saja."Kesalnya memajukan kudanya. Tiba tiba temannya yang tiba mengambil menteri dari lawanku.
"Kenapa menteri tidak bisa jalan kuda, ya?"Tanya tidak masuk akal sama sekali.
Tiba tiba entah mengapa hasrat ingin bilang 'You don't say?' semakin kuat. Goblok bener ini anak batinku sadis.
"kau bilang suka bilang saja Kai, Jangan mengangguku bermain!"Kesalnya sedari tadi teman bersurai dark blue yang kuketahui bernama Kaito itu tak mau berhenti menganggu permainan kami.
Teng Teng
Entah mengapa aku merasa bahagia, dan sedikit kecewa karena lelaki bernama Kaito itu akan pergi.Aku segera menggelengkan kepalaku mencoba berpikir lurus, dan menghilangkan pikiran aneh anehku.
Mungkin ini dampak dari demam ya?Batinku.
Aku langkahkan kaki ku malas kekantin dengan malasnya aku menatap kearah kantin. Tak sengaja manikku dan Kaito berpandangan berapa detik lalu ia memutuskan kontak duluan akibat didorong temannya.
Itulah awal dari pertemuan aneh kami... mungkin si BaKaito itu tak mengingatnya karena dipikirannya hanya Game,Game,Ice,dan Ice. Sudah aku capek melihat dia dan kebiasaannya.
Lalu kenapa aku bisa akrab dengannya?
Setelah semester ganjil lewat, aku memutuskan mengikuti Rin yang juga keluar dari klub catur. Aku hanya mengingat kejadian itu lalu aku menggelengkan kepalaku.
Mungkin dia juga lupa dengaku batinku.
Satu tahun lebih aku tak melihatnya. Memilih diam dan tak tahu karena anggapanku itu benar hanya delusi efek dari sakitku. Tapi entah mengapa dewi fortuna sayang dengan diriku atau mengTroll diriku aku juga tak tahu.
Di ahkir JHS, aku dan Kaito sekelas.
Tolong bawahin sekelas.
Aku hanya mencoba tak terlalu senang karena aku, dia dan Rin sekelas lagi karena mereka teman dari klub catur dulu.
"Kau Miku'kan?"Tanya menatapku.
"Eh?"
Jujur aku terkejut ketika ia mengingat namaku.
"Kau masih ikut catur, Miku-san?"Tanya lagi padahal aku tak menjawab. "Haha, tidak lagi. Kalau Kaito sendiri?"Tanya berusaha mengontrol suaraku agar tak terdengar aneh.
"Aku juga berhenti."Ujarnya jujur. Dia menatap keselilingku.
"Kau tak bersama dengan temanmu, ya?"Tanyanya. Aku hanya menggaruk belakang kepalaku yang sama sekali tak gatal.
Ternyata dia hanya menanya Rin batinku kecewa.
"Kami tak terlalu akrab."Jujurku entah aku yang menjauh atau dia, aku juga tak tahu dan tak perduli sama sekali.
"Padahal kalian kemana mana selalu berdua."Tanggapnya.
Jadi, kamu anggap kami apaan? Perangko dan Amplop? Batin kesal dibilang selalu berdua. Entah terkesan lesbian ditelingaku.
"Ya, ya, seterah kau saja."Kesalku berjalan meninggalkan kelas.
.
Entah itu dewi Fortuna hobby sekali membuat jantungku berpacu lebih cepat. Hari ini adalah hari penentuan tempat duduk.
'Kuharap aku bersama Luka-can'batin berkomat komit.
"Miku Hatsune kau duduk paling pojok,"ujar Meiko sensei membuatku pudung. Paling depan itu tak mengenakkan tahu! Mana lagi sensei sensei sering sekali melemparkan pertanyaan di bangku barisan depan, menyuruh menghapus papan tulis padahal tak piket dan lain lain.
Dengan ihklas nan tabah aku pindah kesana.
"Kaito Shion kau duduk disebelah Miku-san,"
Eh?
Aku tak salah dengarkan? Dia duduk disebelahku? Hanya dia dan tembok temanku sekarang abaikan duduk dibelakang.
"Miku-can!"Sapanya riang. Entah kenapa aku merasa suki atau kirai?
"Hm,"Balasku malas.
Bodoh amat.
Palingan dia pendiam dan tak terlalu mengenalku.
Beberapa hari kemudian sejak tempat duduk baru kami.
Ternyata diluar dugaanku! Dia sering kali mengajakku berbicara ditengah pelajaran, bermain dan mengusili aku yang sedang mengambar manga diam diam. Dia bodoh atau masokis ya? Ini didepan. Sekali lagi didepan, bukan ditengah atau dibelakang. Ya Guru dapat menegur kami sambil memberi hukuman kapan saja.
Benar dugaanku, ahkir ini aku kesal dengan Kaito. Dia yang memulai duluan, aku yang kena teguran guru.
Astaga
.
.
Waktu pelajaran prakarya –pelajaran paling kubenci-karena ribet amat. Kami ditugaskan berkelompok.
Aku menyapu pandangan keseliling kelas berharap ada yang mau memintaku, ya tentu saja aku mau diundang aku tidak mau mengundang. (Tsundere bgt sih :v)
Tanpa kusadari aku mengabaikan pandangan Kaito kearahku sedai tadi. Poor Kaito.
Jantung berdegup kencang dan pipiku kupastikan merona samar.
Bagaimana tidak, ia memandangku penuh harap lalu jangan lupa tangan mengatup didadanya.
So Kawaiii~
Ehehe diam diam aku shota-kon.
Dengan wajah kubuat semalas malas mungkin walau hasil gagal akibat rona merah muda ini aku menatapnya, "Aku masuk kelompok Kaito, sensei." Walau nadaku terdengar ogah ogahan tapi sebenarnya dalam hati sudah berjingkrak jingkrak ria.
Aku merasa ada yang memandangku tajam dari belakang, dengan malas aku menoleh kebelakang.
Deg
Iris toscaku beradu dengan iris purple Luka beberapa detik lalu membuang mukanya kesal. Aku bertanya tanya dalam hati apa maksud tatapan itu, kenapa Luka telihat kesal padaku? Apa ada yang membuatnya marah?
Aku hanya mengabaikan celoteh Kaito tentang PB dan akun gerenanya yang dia kasih denganku.
Bodoh amat peduli dengan PB, lebih baik main Dating simulasion dirumah lagi batinku mulai mengeluarkan kertas yang menjadi bahan pembuatan mangaku.
.
Sore itu, Aku, Gumi, Kaito, Gakupo sedang berdiskusi tentang tugas prakarya. Aku malas hanya mengangguk angguk tidak jelas.
Tiba tiba adik Gakupo yang imut datang kearahku.
"Kakak pacarnya Gakupo-Nii ya?"Tanya polos.
What the ...
Sama dengan Gakupo yang gender ambigau ini? Tidak terima kasih dek, lebih baik aku pacaran sama Mimi-can dirumah –Kucing berjenis Japanase bobtail bergender laki laki-
"Tidak, adik Gakupo. Dia sudah ada yang punya,"Timpal Gumi tiba tiba. Bukannya dia sibuk berbicara berdua bersama Kaito?
Tunggu!
Jadi alasanku merasa malas malasan disini karena Kaito dan Gumi berbicara sedari tadi? Dan mengabaikan aku? Persetanan dengan Gakupo, dia mungkin sedang membantu orang tuanya mengingat ini rumahnya atau pacaran sama kecoanya yang bejibun?
"Tidak...,"
Ups kelihatnya mereka salah menafsirkan perkataanku. Tidak yang kumaksud itu tidak ada yang berpacaran denganku.
Entah Kaito memandangku sekarang, sedangkan Gumi mangap mangap dan adik Gakupo meloncat riang gembira dibelakangku.
Anjlit umpatku candel
"Sekarang kita akan mengumpulkan bahan...,"Jelas Kaito. Aku, Gumi dan Gakupo –yang datang entah dari mana- mendengar seksama.
"Ano disini'kan motor ada dua,"Ujarku menunjuk kearah halaman Gakupo. Gakupo menyengir nyengir, "Kata Otousanku, aku boleh membawa motor jika aku bisa,"Jedanya membuat kami bertiga menatapnya.
"Harus pratek pakai motor orang lain,"Lanjutnya mengalih pandangannya. "Kenapa kau tidak meminjam motorku?"Tanya Kaito bingung.
"Masalahnya aku tak bisa membawa motor."Lanjut kalimatnya tadi.
'Baka'Batinku menatap manusia bergender ambigu ini.
"Dengan aku saja Gaku-kun."Potong Gumi bersemangat mengedip entah kearahku atau Kaito aku tak perduli amat.
"SanKyuu Gumi-san,"ujar memegang kedua tangan Gumi.
"Lalu aku dengan siapa?"Tanyaku. kenapa aku yang bertanya yang You don't say sekarang? Mungkin efek dari sekitar Bakaito ya?
"Dengan Ketua, kami pergi dulu ya~"Ujar mereka kabur duluan.
"Ayo Miku-can nanti kita ketinggalan."Ujarnya.
Aku pasrah pasrah saja walau aku merasa sangat senang. Aku membuat jarak sejauh mungkin supaya kami tak bersentuhan.
Dan Dewi Fortuna dengan kampretnya menghadirkan tinja sapi didepan kami membuat Kaito mengerem mendadak. Ya, aku maju dan hampir –tolong catat hampir memeluk Kaito.
Astaga!
Harum maskulinnya tercium di indra penciumanku, dan sekarang jantungku tak bisa berdetak normal. Aku memajukan badanku lalu berbisik (mengancam), "Jangan kasih tahu siapa siapa pun."Bisikku kudapat meresakan badannya menegang
'Hehehe bagus'batinku senang pipiku merona padam.
.
Setelah kami selesai dengan tugas kami. Kami bingung mau ngapain.
"Bagaimana kita memanjat pohon!"Usul Kaito bersemangat atau bodoh entah, mungkin keduanya.
"Tapikan, Mi-can tak bisa memanjatkan?"Tanya meminta dukungan dariku.
"Iya, lagian kenapa harus memanjat pohon?"Tanyaku bingung.
"Tapi aku malas pulang…,"Ujarnya.
"Nanti minyak motormu habis, Kaito."Ceramah Gakupo yang dibelakang Gumi.
"Minyakku penuh!"Serunya.
"Kita ke Necoffe saja bagaimana?"Usul Gumi yang dibalas setuju dengan Gakupo.
"Tapi kalau uang tidak cukup?"Aju Kaito.
"Ya, kau jadi pencuci piring saja disana Baka!"Balas Gakupo datar. Aku dan Gumi terkekeh melihat Kaito merajuk.
"Ayo, Kesana!"Putusnya.
.
"Sudah kuduga, seharusnya kita memanjat pohon."Guman Kaito yang berada disebelahku.
"Apa bagusnya memanjat pohon?"Tanyaku yang bingung dengan pemikirannya.
Sedangkan Gumi sedang asyik bermain Hpnya. Tunggu …
Click click
Dia memotoku dengan Kaito? Entah mengapa aku merasa memanas lalu menyembunyikan wajahku berharap tak ditangkap kamera hpnya.
Gakupo ketawa tidak jelas diujung sana.
"Ayo kita pulang!"Seru Gakupo berajak duluan.
"Baiklah, ayo!"Koor kami pulang.
.
Luka menjauhiku. Aku tak mengerti, dan aku sekarang berdiri didepannya dengannya memunggungiku.
"Miku kau suka dengan Kaito?"
Huh? Pertanyaan macam apa itu?
Perasaanku terhadap Kaito, ya?
"Aku tak bisa memilih suki atau kirai."Jawabku jujur. Aku masih bingung dengan perasaanku sendiri.
"Aku menyukai Kaito-kun! Maka dari itu kau tak boleh menyukainya."Serunya memutar badannya menatapku tajam.
"A-apa?"Tanyaku tak percaya.
Serpihan memori ahkir ahkir ini berkumpul dikepalaku membuatku mengambil suatu kesimpulan. Luka cemburu kedekatan aku dan Kaito.
.
Beberapa hari sejak pertemuanku dan Luka, aku merasa sakit bukan fisik tapi perasaanku. Kaito mulai berbacot ria disebelahku masalah penggaris besi dengan film action.
Entah apa hubungannya juga tak tahu.
"Kau tahu Mi-can, Luka menyukaiku."Tuturnya membuat aku menoleh. "Lalu apa masalahnya?"
Entah mengapa raut wajah berubah seperti kecewa ? aku tak tahu dan tak perduli.
"Aku tidak suka dengannya,"Bisiknya tepat ditelingaku.
"Aku setuju hubungan kau dan Luka." Bicara apa aku? Batinku baru menyadari ucapanku.
"Tapi aku tak suka dengannya."Tutur Kaito menundukkan wajahnya. Aku menatap Luka yang ternyata menatap ku tajam.
'Hah, hal yang rumit bukan?'Batinku.
.
.
Luka menyatakan cinta ke Kaito. Dan aku tak perduli hal itu, aku memendam sakit hatiku dan menutupinya dengan kebohongan.
Jujur, aku tak bermaksud menyukai Gakupo, aku sudah mengetahui perasaanku terhadap kaito.
Setelah pernyataan cinta itu, aku tak sengaja atau lebih tepatnya berbohong didepan Kaito bahwa aku menyukai Gakupo setelahnya Kaito menjauhku.
Aku meringis kecil ketika mengingat kejadian puncak antara aku, Luka dan Kaito memilih tak menganggu satu sama lain. Hari hari berlalu bulan pun berganti.
Luka tetap murung tentang penolakkan Kaito, Kaito menjauh memilih bermain dengan Rin, dan Gakupo memerah ketika aku mendekat.
Ternyata kebohonganku berdampak begitu besar terhadap ketiga temanku. Luka, Kaito, dan Gakupo. Aku menjadi pendiam sejak saat itu, dan warnet menjadi bahan pelampiasanku.
Aku yang dulu jarang sakit kini sering sakit dengan tubuhku lelah,dan kantung mataku yang selalu menghiasi wajahku. Sebentar lagi kami akan berpisah maksudku tamat, dan kami berenam disini.
Aku, Luka, Rin, Gumi, Gakupo, dan Kaito.
"Teman teman kalian akan melanjut dimana?"Tanya Rin membuka pembicaraan disuasana akward ini.
"Aku Voca High School."Jawabku datar tak berminat.
"Aku Juga."Timpal Luka. Aku sedkit senang karena ada yang masuk kesana selain aku.
"Aku juga, dengan Gakupo."Sahut Gumi menarik Gakupo yang tak mau duduk disebelahku.
"Aku masuk SHS lain."Ujar Kaito lalu pergi diikuti Gakupo .
"Hah~"Desahku.
.
.
Aku dan Kaito tak pernah berbicara lagi dan sebentar perpisahan kami akan selesai. Tapi aku tak kunjung menemukannya.
'Sayonara,'Gumanku berbalik pulang. Aku menyerah mencarinya dan mengungkap cintaku terhadapnya.
.
.
Aku, Rin, Gumi, dan Gakupo lah yang masuk kedalam Voca High School. Ternyata Luka pergi keperancis, aku merasa sedih mengetahui hal itu. Luka adalah sahabatku. Walau ia menyukai orang yang sama denganku tapi hal itu tak menghentikanku untuk menjadi sahabatnya.
Selama disini aku mulai merindukan Kaito yang membicara hal yang tak kumengerti. Aku memeluk diriku sendiri ketika aku terlarut dengan perasaanku. Aku tak mempungkiri bahwa aku adalah seorang masokis.
Jujur, banyak temanku menyarankanku move on, aku menolak dan memilih memendam perasaanku. Sejak Kaito dan Aku beda sekolah, aku dan dia tak berhubungan sama sekali. Kalau Aku menyapaannya dia membalasku dingin.
Aku bersalah.
Aku mencoba untuk melupakannya. Waktuku selalu diisi dengan Gakupo, Gumi dan Piko-teman baruku-. Tapi itu membuatku berhenti memikirkan Kaito.
Sudah 7 bulan memasukki bulan ini aku bersekolah dan membiasakan tanpa kehadiran Kaito, menyenangkan dan terasa kosong. Oke aku lebay.
Piko menembakku hari itu.
Aku terkejut dan hampir saja pingsan. Aku meminta memberiku waktu untuk memikirkan ini.
Sungguh ia sangat membuatku pusing. Pertama dia sahabatku yang tak mau kusakiti. Kedua perasaanku terhadapnya tak lebih seorang teman. Dan terahkir perkataan Move on Rin mengulang-ngulang diotakku.
Aku bingung dan tertekan. Nafsu makanku lenyap dan bahkan aku tak merasa lapar walau perut berbunyi. Dimalam itu, Email sebagai saksi bisuku. Aku menulis email ke Kaito tentang perasaanku.
Besoknya aku menolah Piko, piko mengangguk sedih lalu pergi meninggalkanku.
Aku berpikir, bukan Piko yang akan membenciku mungkin Kaito juga.
Semua diluar dugaanku, Kaito membalasnya. Bukan balasan dingin, dan singkat. Ia juga senang dengan pernyataanku, dia bahkan meminta nomor ponselku yang baru akibat masalah aku, Luka dan dia.
Sampai sekarang… si maniak Game dan Ice cream menjadi pacarku. Dan aku sedikit menyesal mencintainya, haha hanya bercanda. Dia manja dan aku menyukai hal itu.
"Miku kau suka main point black bukan? Lihat akunku lah ku naikkan pangkatku!"Serunya riang meng screenshoot. "Hehehe, aku tak bermain poin black lagi Kaito."Tolakku.
"Aku juga download beberapa anime lihat."seru juga melihat foldernya.
"Sejak kapan kau menyukai anime dan," aku meringis pelan mengenali anime yang ditunjuknya. "Kenapa kau sekarang menjadi hentai?!"Seruku segera menjiltak kepalanya.
"Hapus! Atau kubanting laptopmu?!"Ancamku. "TIDAAAAAAK MY LAPTOP!"
.
End pov Miku
End
Author : Huehehe :v ini Ff dari pengalaman yang ini jujur sesuai dengan pengalamanku. Aku tak menyangka akan menodai kertas polos :'v *digebuk Oc Fuyuki-Neecan* ayo tebak siapa saja pemerannya :v
B, M, N,Y, F, dan aku. Maaf charamu tak kubuat :v
Selamat Ulang Tahun My Best Friend moga plus plus lainnya haha :v dan moga ikut Yadong bareng aku *Digampar* aku dan Ocku undur diri. Sekian, Terima kasih.
Salam hangat,
Diana032
