Salam kenal, semoga terhibur :)
BLUE SKY
Lumina's POV
Namaku Lumina. Di usia 16 tahun ini aku cukup mahir memainkan piano. Semua orang yang mendengarnya akan mengatakan bahwa permainan pianoku indah. Ayahku, Jack, seorang peternak sukses yang menikahi ibuku, Claire, pada usia 21 tahun. Kehidupanku nyaris sempurna, sesempurna putri dalam dongeng. Ya, sangat sempurna sebelum ayahku pergi dan menceraikan ibuku.
"Katakan, Bu, mengapa ayah pergi? Mengapa ia menceraikanmu? Tidak ada pertengkaran diantara kalian, bukan? Lalu mengapa?" Aku sesegukan. Ibuku masih terpaku, membuang pandangannya keluar jendela. Hujan di luar sangat deras, membasahi seluruh Kota Forget-Me-Not.
Aku masih tidak bisa mengerti, keadaan ini terlalu tiba-tiba. Saat aku membuka mata pagi ini, ayahku sudah pergi. Aku menemukan ibuku terdiam di sudut jendela sambil memeluk secarik kertas. Secarik kertas hina yang kubenci, surat cerai ayah dan ibuku.
Pagi ini aku melangkah lesu menuju sekolahku, Forget- Me-Not High School. Logikaku melayang tanpa arah. Pertanyaan-pertanyaan tentang keberadaan ayahku, alasan ia menceraikan ibuku, perjalanan hidupku ke depan, semuanya memenuhi otakku. Sejarah kehidupan sempurna yang kujalani selama ini seperti tiada artinya. Seperti gelembung berharga yang pecah hanya karena sebatang jarum.
BRAKK! Aku menabrak seseorang, kemudian terjatuh.
"Kau tidak apa-apa?" Sesosok makhluk tampan dengan mata biru langitnya membungkuk ke arahku.
Aku terdiam menatap sosok dihadapanku saat ini. "Siapa dia?"
"Ah, tidak apa-apa." Aku segera berdiri seraya menepuk seragamku yang kotor. Nadiku terasa beku saat ia menatapku.
"Maaf... Aku berjalan tidak melihatmu."
Anak laki-laki itu tersenyum lalu melanjutkan langkahnya. "Sepertinya murid baru, aku belum pernah melihatnya."
Claire's POV
Aku meneguk teh saat Lumina kembali dari sekolah. Aku tersenyum padanya, seolah melupakan kejutan menyakitkan hari ini.
"Ibuuu... Lihat apa yang aku bawa."
Lumina berlari sambil melambaikan kertas ke arahku.
"Kau tau? Tadi aku bertanya pada Dokter Trent tentang keberadaan ayah, setelah kupaksa, akhirnya ia memberitahuku. Tak kusangka semudah ini. Bagaimana kalau besok kita kesana? Mulai besok kan liburan musim panas?"
Senyum Lumina mengembang.
"Bicara apa kau, Nak? Lupakan ayahmu. Aku tidak akan mencarinya."
"Mengapa, Bu? Aku harus mendengar penjelasan ayah. Lagipula alamat ini dekat kok, di Kota Mineral, dekat kota ini."
"KUBILANG LUPAKAN AYAHMU, LUMINA!"
Wajah Lumina mulai memerah menahan tangis.
"Kalau ibu tidak mau, biar aku yang mencarinya!" Lumina berlari keluar meninggalkanku yang mulai menangis.
"Kau akan menyesal, Nak. Sungguh kau akan menyesal."
Normal POV
Kenyataan bahwa orang tuanya bercerai menjadi hantaman tiba-tiba untuk Lumina, membuatnya nekat mencari Jack. Kini ia tiba di Kota Mineral. Cukup asing baginya, karena ini pertama kalinya ia ke kota ini sendirian.
"Permisi, apakah tuan tau alamat ini?"
"Tidak."
"Nyonya, kau tau alamat ini?"
"Tidak."
Lumina mulai gelisah, sudah seharian ia mencari, namun belum juga menemukan alamat yang tertulis di kertas yang digenggamnya. Ia bahkan sudah melalui jalan yang sama tiga kali. Setiap orang yang ditanyanya hanya menggeleng datar. Tidak ada yang benar-benar memperdulikannya.
Langit tidak lagi berwarna biru terang, matahari mulai menyembunyikan diri. Lumina menyipitkan matanya saat seorang pemuda berjalan ke arahnya. Seseorang bermata biru langit indah yang pernah ia lihat sebelumnya.
"Kau yang waktu itu, kan? Sedang apa disini?" Anak laki-laki itu tersenyum. Senyum yang sama saat mereka pertama kali bertemu.
"Ah ya, aku ada perlu di kota ini. Kamu sendiri?"
"Ini kota asalku. Aku akan menghabiskan liburan musim panas disini bersama kakekku. Kebetulan sekali kita bertemu disini, ya. Oh ya, aku Gray."
"Aku… Lumina. Kamu baru pindah ke Kota Forget-Me-Not ya? Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya."
"Ya, aku baru pindah minggu lalu."
Mereka terdiam sejenak.
"Hmm… Kau tau alamat ini?" Lumina menyerahkan kertas yang ia genggam sejak tadi.
"Ah ya, alamat ini dekat dengan rumah kakekku. Mau kuantar?"
"Benarkah? Benarkah?"
Gray mengangguk bingung.
"Baiklah. Ayo, Gray."
Mereka berbicara sepanjang perjalanan, membuat Lumina melupakan masalahnya sejenak. Tiba-tiba ponselnya berdering. Satu pesan masuk.
From: Dr. Trent
Lumina, cepat kembali ke Kota Forget-Me-Not, ibumu gantung diri.
(To be continued)
Terima kasih telah membaca. Kurang lebihnya mohon dimaafkan. –znc-
