wedding veil

disclaimer
kuroko no basuke © tadatoshi fujimaki
fanfiction © pindanglicious

no profits gained

warning: fem!takao / AR / Semi-Canon / drabble / fictogemino


—satu hal sederhana (namun manis) yang mampu menarik segaris seringai Shintaro. (Tidak, dia benar-benar tidak kuat untuk menahannya kali ini.)

Sore itu Kazunari berujar antusias sambil mengerudungkan sehelai gorden putih yang terpasang di jendela kelas.

"Apa aku sudah terlihat seperti pengantin?"

Gadis tersebut mengumbar senyuman lebar. Binar ceria wajahnya diterpa sorot jingga yang terpendar, menembus melalui kaca jendela di pojok kelas. Sayup-sayup, sebuah sepoi angin meniup anak rambutnya yang terjatuh di atas bahu.

Bulir keringat sebiji jarak terjatuh dari pelipis Shintaro. Tangannya terkepal erat; pandangan iris emerald yang terbingkai kacamata hitam miliknya tertuju ke lantai kelas.

"Tch. B-berhenti bermain-main, nanodayo!" umpatnya sedikit terbata. Jantungnya berdetak lebih cepat. Rasanya seperti tersengat knidoblast ubur-ubur.

"Ayo habiskan waktu di sini, Shin-chan!" seru perempuan pemilik mata rajawali tersebut. Kedua tangannya terangkat dan dibuka lebar. Memberikan sebuah aba-aba pada Shintaro untuk segera menghambur ke dalam dekapnya.

"Kau memang gadis yang aneh, nanodayo," pemuda bersurai hijau lumut itu mencibir. Wajahnya berpaling untuk kesekian kalinya, menampakkan segaris rona merah semu di pipi tirusnya. Jemari lentik berbungkus perban putih miliknya bergerak membetulkan bingkai kacamata yang sedikit merosot. Kazunari tertawa kecil melihat tingkah konyol kekasihnya yang belum juga berubah.

Ayolah, Kazunari hanya ingin berkencan, sehari ini saja. Shintaro jarang sekali mengajaknya berdua semenjak tiga bulan mereka menjalin kasih. Memanggil nama kecilnya pun belum pernah. Hari ini saja dia ingin mendapatkan sebuah momen indah.

"Takao, ini sudah sore. Pulanglah dan jangan bermain-main!" tegurnya dingin. Akan tetapi lawan bicaranya tak menghiraukan, seolah kedua telinganya disumpal kapas-kapas yang padat dan besar.

Shintaro memijat kening dengan ekspresi kesal. Sebenarnya bukan kesal, dia hanya kewalahan; tak kuat menahan senyuman di wajahnya kalau melihat tingkah gadisnya—yang selalu penuh dengan kejutan. Bukannya gawat kalau 'kelepasan' senyum? (Dia tak mau gagal menjaga image.)

"Aku belum ingin pulang kalau Shin-chan tidak mau mengucap sumpah pernikahan," rajuk Kazunari jahil. Gadis itu mengulum cengiran licik di wajah manisnya saat sang kekasih tak bisa menyembunyikan rasa gugup di hadapan dirinya.

'Kau konyol, Takao!'

—Shintaro diam-diam menyeringai geli di balik kedok tsundere-nya.

"Buktikan seberapa besarnya cintaku padamu, Shin-chan!"

.end.


midofemtaka lagi wwww coba-coba bikin fictogemino yang akhir-akhir ini ngetrend, akhirnya jadi juga. lol. sesuai namanya, fic ini bisa dibaca dari atas maupun dari bawah. semoga aja nyambung ya hahaha.