On Top of the World

Warning(s): OOC, typo.

Haikyuu! ©Furudate Haruichi


Semuanya terjadi begitu cepat.

Kaki Hinata telah bergerak dengan gesit ketika para blocker berkumpul di depannya untuk menghalanginya. Saat ia sudah sampai di ujung lapangan yang lain, ia melompat setinggi-tingginya, memukul bola voli hasil toss Kageyama yang berada tepat di depannya, dan—

—Dan peluit ditiupkan. Pertandingan berakhir. Jepang berhasil meraih kemenangan pada final olimpiade voli putra.

Sorak-sorai anggota timnya bergema, namun suara mereka terasa begitu jauh di telinga Hinata. Semua ini terasa tidak nyata, sangat tidak nyata.

Sebuah tepukan keras di punggungnya membuyarkan lamunan Hinata, dan pemuda bersurai oranye itu menoleh pada pelakunya dengan tatapan kesal. "Sakit, Kageyama!"

"Berhenti bersikap bodoh, dumbass," kata Kageyama, walau dengan senyuman tipis di wajah dan absennya nada menghadrik dari suaranya, ketajaman ucapannya hampir tidak ada. "Kita menang," sambungnya kemudian.

Kita menang.

Dua kata itu terus bergema di kepala Hinata. Dalam sekejap, ia melompat girang, melemparkan kepalan tangannya ke udara, dan berteriak sekencang-kencangnya, "YEAH!"

Tak lama kemudian, para anggota timnya mengerubunginya. Hinata dapat merasakan dirinya diangkat oleh mereka, lalu dilemparkan ke udara, dan ditangkap oleh mereka lagi. Proses itu diulang beberapa kali, dan selama itu, Hinata tak bisa menahan dirinya untuk tidak tertawa. Kebahagiaan dan rasa puas ini – semua terasa luar biasa. Dadanya seolah akan meledak, dan ia merasa seakan ia mampu menaklukkan dunia sekarang.

Bahkan setelah perayaan kemenangan yang dilakukan oleh timnya di tengah lapangan telah berakhir, setelah mereka dipanggil ke depan untuk dihadiahi medali emas satu-persatu, setelah kapten tim mereka naik ke atas podium, api kegembiaraan di hati Hinata tak kunjung padam. Api itu terus menyala dengan terang dan stabil, namun tak buas dan mengancam untuk menelannya seperti tadi.

"Dumbass Hinata, kau malah menangis," ujar Kageyama di sampingnya. Hinata mengedipkan matanya, dan baru menyadari bahwa bulir-bulir kristal telah lolos dari bendungan pertahanan pelupuknya.

Hinata menoleh ke arah Kageyama. Jarak yang disebabkan oleh perbedaan tinggi mereka sudah berkurang drastis jika dibandingkan dengan dulu. "Kageyama bodoh. Lihat, kau sendiri juga sudah ingin menangis," balas Hinata dengan senyuman di wajah, merajuk pada sepasang manik obsidian Kageyama yang sudah berkaca-kaca.

Tangan Kageyama menemukan kepala Hinata, dan kemudian menekannya. Hinata meringis dan hendak memberontak, namun suara tawa Kageyama – jernih, murni kebahagiaan tanpa maksud menghina di baliknya – menular padanya, sehingga sungguh, apa yang dapat ia lakukan selain ikut tertawa?

"Dengan kata lain, maksudmu kau akan berdiri di panggung yang sama denganku di masa depan? Entah itu di puncak Jepang, atau puncak dunia?"

"Te, tentu saja!"

Lihat, janji itu tak pernah patah, bukan?

End


Hai, para penghuni fandom Haikyuu! Ini percobaan pertama Alexa membuat fanfiksi di sini ^^ maaf kalo pointless dan kurang memuaskan *sweatdrop*.

Singkatnya, di sini Hinata dan Kageyama memenangkan medali emas Olympic. Awalnya, sih, pengen bikin high school romance (duh kamu ini nak), cuma gara-gara suasana Piala Dunia, voila!Jadinya seperti ini.

Terima kasih bagi para readers yang sudah mau membaca. Mind to RnR?