Us Against The World
.
Prologue
Tidak ada yang lebih mendebarkan hati ketika jalan hidup menuntunku tepat ke sebuah mimpi. Hanya saja, ini bukan impianku. Sensasi-sensasi kejutan yang datang bertubi-tubi setelah aku menekuni bidang ini lebih dalam. Kesempatan untuk merasa istimewa, dikagumi sekaligus mengagumi, dan bersinar sebagai idola. Segalanya terasa kosong dan tidak berarti. Hingga pertemuanku denganmu mengubah segala nilai pandang dalam hidupku. Kau ini siapa? Kau memaksaku masuk ke dalam duniamu, dan seenaknya mengulurkan tanganmu…untuk ikut denganmu. Sungguh, kau pikir kau ini siapa?
Chapter 1: Don't Make Me So Worry from the Start
Malam telah lama jatuh meninggalkan matahari, tapi tidak menyisakan bintang atau bulan untuk aku pandangi. Hanya hitam pekat yang begitu kontras dengan sinar lampu kota di bawahnya. Mataku menerawang jauh ke ufuk tanpa arah. Bahkan dengan kesibukannya, kota metropolitan ini hanya terlihat sebagai titik-titik cahaya yang tenang di malam hari. Suara semilir angin lirih menerbangkan helai demi helai rambutku, membuat kedua kelopak mataku menutup dengan sendirinya.
"Jae, sudah aku bilang jangan duduk di atas jendela begitu. Bahaya." Sebuah suara memecah keheningan dalam pikiranku. Mataku kembali terbuka dan menuju ke sumber suara yang sedang berdiri di depan cermin hampir setinggi badannya. Bibirku menyimpul sebuah senyum tipis melihat sosoknya yang rupawan.
"Kau sudah mau tampil, Hyung?" Aku menatapnya dari kejauhan. Badannya yang gagah, lengannya yang sigap, kakinya yang tegap, wajahnya yang tampan. Aku memang sudah terlalu sering melihat semua itu, tetapi tidak pernah berhenti membuatku berdecak kagum.
"Yah...begitulah, semuanya sudah bersiap tinggal aku sendiri. Ck, kenapa aku harus diberi kostum berdasi begini?!" Ia menggerutu sendiri, masih di depan cermin membentuk dasinya. Taeyong-hyung...menguruskan badannya lagi?
Taeyong-hyung, Ten-hyung, Hansol-hyung, Yuta-hyung, Winwin, dan Doyoung-hyung tergabung dalam sub-unit NCT lain, NCT Dash, yang memulai debutnya tiga bulan lalu. Minggu ini menjadi promosi akhir dari grupnya dan sedang menanti salah satu hasil acara music program mengenai kemenangannya. Dengan kata lain, minggu ini menjadi minggu tersibuk dari rangkaian promosi unitnya.
Hal ini berbanding terbalik dengan sub-unit NCT yang aku pimpin dan baru saja melakukan debut stage. Taeyong-hyung baru saja menyelesaikan radio show dan membuat tampilannya ditunda hingga jam 9 malam. Karena tidak ada schedule lain, aku meminta kepada manajer kami untuk menemani Taeyong-hyung tampil dan sekalian pulang bersama dengan member NCT lain yang Taeyong-hyung pimpin.
Aktivitas yang terpisah membuat kami jarang bertemu, oleh karenanya aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan apabila kami kebetulan berada di acara yang sama. Ah, aku merindukan saat aku beraktivitas di NCT U atau NCT 127, di mana kami terus-menerus bersama sepanjang waktu.
"Ini benar-benar konyol!" Taeyong-hyung masih berjibaku dengan dasi merah bergaris hitamnya, meninggalkan keluhan ringan dari nafasku. Aku turun dari jendela berjalan perlahan menuju ke tempat ia berdiri dengan kesal.
"Sini berikan padaku." Aku berdiri dibelakangnya menepuk pelan bahunya, membuat badannya kini beradu denganku. Aku diuntungkan dengan tingginya yang tidak melebihi tinggiku, membuatku lebih leluasa mencuri pandang ke wajah tirusnya. Aku tertawa kecil sembari menggerakkan tanganku membentuk dasinya.
"Apa?" Ia mengernyitkan dahi seketika, merasa terintimidasi dengan tawaku.
Aku menggelengkan kepala masih dengan senyum,"Hanya tidak menyangka, kalau si Dancing Machine Lee Taeyong Yang Hebat juga punya kelemahan." Aku menjawab ringan, kontras dengan nada tingginya setelah itu.
"Diam. Kau ini berani sekali mengejek hyung-mu. Jangan pikir tinggi badanmu itu bisa membuatmu bicara seenaknya!" Alisnya membentuk garis-garis kekesalan, itu hanya membuatnya semakin menggemaskan aku tidak kuasa menahan tawa.
"Hei!" Ia berteriak kecil sambil mendongakkan wajahnya. Tangannya membentuk kepalan kecil yang hampir ia tujukan ke wajahku.
"Sudah selesai, hyung." Aku menepuk dadanya pelan sambil merapikan baju yang dikenakannya. Kedua tanganku berjalan di pundaknya yang bidang, kemudian turun dan berlabuh di pinggangnya.
Aku menghela nafas pelan,"Taeyong-hyung...apa kau melakukan diet lagi?" Aku bertanya takut-takut. Taeyong-hyung paling benci jika ada yang terlalu mengkhawatirkannya. Ia hanya menatapku sebentar sebelum menyingkirkan tanganku dari pinggangnya. Ia berbalik memunggungiku dan memfokuskan pandangannya ke arah cermin, merapikan dasi yang aku bentuk.
"Tidak. Hanya perasaanmu saja." Ia berkata dingin. Sudah aku duga sikapnya akan begini. Aku hanya bisa memandang punggungnya dengan tatapan kosong. Meskipun kau berkata begitu, kau tetap tidak bisa menyembunyikan matamu yang tertutup ketika berbohong. Meskipun kau berkata begitu, kau tetap tidak bisa menyuruhku untuk tidak khawatir setiap kali warna hitam melingkar di bawah matamu. Meskipun kau berkata begitu, kau sendiri yang dari awal tidak pernah berhenti untuk membuatku tidak khawatir.
Tanpa aku sadari, tubuhku menemukan jalannya sendiri untuk memeluknya dari belakang. Aku lingkarkan tanganku di sekitar perutnya yang memang lebih kecil dari biasanya. Teriakan Taeyong-hyung yang terkejut, tubuhnya yang meronta meminta lepas dariku, membuatku semakin mengeratkan dekapanku ke seluruh tubuhnya. Aku menelan semua kata-kata yang mungkin akan membuatnya marah karena mengkhawatirkannya, dan hanya bisa membenamkan wajahku di pundaknya.
Salah satu tanganku bergerak ke atas untuk mendekap dadanya. Kesunyian yang aku teriakkan dari pikiranku membuat Taeyong-hyung berhenti dan menatap kami dari cermin. Inilah yang biasa aku lakukan ketika aku tidak mempunyai keberanian untuk melarangnya menyakiti dirinya sendiri. Hanya diam dan tubuh kami yang saling berdekatan satu sama lain adalah perantara kalimat kekhawatiranku.
"Jae, aku harus tampil." Suara datarnya kembali memecah keheningan dalam pikiranku. Aku tersentak dan melepas dekapanku.
"Oh...ya...tentu, maaf, hyung." Aku memandanginya dari cermin di mana ia menyembunyikan wajahnya di balik rambutnya. Tak lama kemudian ia berbalik, berjalan melewatiku yang masih memandang cermin. Sekali lagi aku hanya diberi punggungnya untuk kutatap. Aku membulatkan telapak tanganku dan berbalik ke arahnya. "Er...hyung!"
Taeyong tampak terkejut dengan panggilan lantang yang dilontarkan dari mulut Jaehyun. Ia hanya membelokkan wajahnya dan memandangi kekasihnya dari balik bahunya.
Dengan senyum terakhir yang Jaehyun buat sebaik mungkin, ia berujar,"Panggungnya agak licin, tolong berhati-hati." Taeyong hanya bisa tertegun pelan dengan kalimat hangat yang kekasihnya tujukan untuknya. Ia segera meluruskan wajahnya ke depan dan hanya melambaikan salah satu tangannya sambil berlalu meninggalkannya.
Jaehyun merasa lega dan sebuah senyum kecil tersemat di bibirnya. Meskipun ia menahan kalimat sebenarnya, Jaehyun beruntung karena kekasihnya tidak mengembalikan kata-katanya seperti yang biasa ia lakukan. Jaehyun kemudian merebahkan tubuhnya ke sofa dan menutup pelan kedua matanya. Di balik dinding ruangan, iringan suara riuh mengantarnya untuk terlelap.
"Lho, Taeyong-ah, kenapa wajahmu merah sekali?" Hansol yang muncul di depan pintu bertanya ketika mereka berjalan menyusuri lorong menuju panggung.
"Berisik! Bukan apa-apa!" Taeyong yang merasa panik, segera mengangkat kedua tangannya menutupi rona di pipi yang ia rasakan sejak meninggalkan ruangan di mana Jaehyun dan dirinya berada. Reaksinya seketika disambut tawa ringan dari member lain yang berjalan di belakangnya.
To Be Continued
Penasaran bagaimana mula NCT Dash terbentuk? Dan kira-kira apa nama unit NCT yang Jaehyun pimpin, siapa juga para membernya? Tunggu kisah mereka selanjutnya!
A/N: Selamat sore, salam kenal, saya rookie disini, dan otomatis cerita ini menjadi debut fic saya. Jujur saja saya menulis cerita ini setelah membaca cerita KUE dari Author jungjaeyong dengan pairing yang sama. Bagi pembaca yang belum tahu, saya berani highly recommended sang author. Cerita lain juga tidak kalah menariknya, jadi tunggu apa lagi! Mengenai alur di cerita ini, sengaja saya tidak ceritakan dari awal. Alur bisa saja membawa cerita ke flashback ataupun maju. Jadi, kalau terasa membingungkan, tolong review ya! Terima kasih.
