Tittle : Nobody But

Author : Cheres Kim

Rating : T (tidak aman #lhoo)

Genre : Friendship, Romance

Cast : Topp Dogg with main cast Hansol and B-Joo

Disclaimer : Stardom Ent.

Requested by : Hyun Mi Hwang

TING TONG

SIIIINNGG

TING TONG TING TONG

Ck! Lagi-lagi seperti ini.

Segera saja kuambil handphone di sakuku dan menghubunginya.

Hufft..

Seharusnya sudah kuduga kalau tidak diangkat.. dan sayangnya aku juga malas melepas sepatu, masuk ke rumahnya, dan naik ke lantai dua hanya untuk membangunkannya.

Kulangkahkan kakiku ke jalan samping kananku yang berumput. Yah, kau bisa menyebutnya taman melihat banyak pot-pot yang ditata di dekat pagar.

Aku menengadah, menatap jendela lantai dua yang ditutupi tirai biru muda. Tarik nafas, hembuskan.

" YA! B-JOO YA! PALLI IREONA!" dan setelahnya kudengar bunyi gedebuk yang cukup keras. Tak lama, tirai itu disibak kasar dan tampak seorang namja dengan rambut berantakan, khas orang bangun tidur. Jangan lupakan matanya yang setengah tertutup.

" Baboya! Kecilkan suara cemprengmu!" sahutnya.

" Aku sudah memencet bel dan menelponmu, tapi kau tidak bangun!"

" Setidaknya bangunkan aku dengan cara yang lebih sopan!"

" Dan kita akan terlambat latihan dance? Yang benar saja! Cepat siap-siap!"

" Arasseo." Dia berbalik dan hilang dari pandanganku.

" PALLIWA!"

" SHIKKEURO!"

.

.

.

.

.

Ini masih jam sembilan pagi. Seperti biasa aku dan B-Joo akan jalan kaki ke Stardom Studio, tempat kami biasa latihan dance.

Sarapan di kafe di tengah-tengah perjalanan kami juga termasuk rutinitas kami. Aku akan memesan susu coklat hangat dan roti panggang isi telur, dan B-Joo akan memesan susu putih hangat dan burger serta kentang goreng. Like always.

.

.

.

.

.

Huh! B-Joo.. bahkan hingga sekarang aku masih memanggilnya begitu. Sebenarnya ini berawal ketika kami memutuskan mendaftar untuk ikut kelas dance di Stardom Studio. Saat itu kami bertemu dengan leader grup dance. Namanya Park Sehyuk, tapi biasa dipanggil P-Goon. Bagi B-Joo, P-Goon hyung adalah leader yang keren. Dia jarang bicara, apalagi tertawa. Tatapan matanya tajam hingga membuatku merinding. Berbeda dengan B-Joo yang seketika itu juga matanya akan berbinar dan bergumam bagaimana kerennya P-Goon hyung.

" Hansol-a.."

" Hm.."

" Mulai sekarang kau harus memanggilku B-Joo." Katanya bangga seraya menatapku. Kuurungkan niatku untuk minum kemudian menatapnya.

" Kau… kebanyakan baca Naruto." Kataku seraya memukulkan botol minum plastikku ke kepalanya.

" Iish.." B-Joo sudah mengangkat tangannya hendak membalasku, tapi diurungkannya.

" Saekki-ya." Umpatnya lirih tapi masih bisa kudengar. Aku tidak ambil pusing dan memutuskan untuk melakukan kegiatanku yang tertunda, minum.

" Bukan Bijuu yang itu. B-Joo dari kata Byungjoo. 'Byung' disingkat jadi 'B', lalu ditambah 'Joo'. Jadinya B-Joo." Byungjoo terkekeh kemudian melanjutkan, " Eotte? So cool, right?" Sok inggris.

" Babo."

" Mwo?"

" 'B' singkatan dari 'Babo'." Ujarku kemudian sedikit mempercepat langkahku.

" KUBUNUH KAU!" dan kata-kata itu menjadi isyarat lari untukku.

.

.

.

.

.

TING TONG

CKLEK

" Eo!" Aku terkejut mendapati B-Joo sudah siap berangkat, tapi matanya merah seperti kurang tidur.

" Kajja.." ujarnya lemas lalu mendahuluiku keluar pagar.

" Wae geurae?" tanyaku setelah berada di sebelah kanannya.

" Kau tahu kan, kakak beradik belakang rumahku?"

" Arra. Wae?" jawabku.

" Semalaman yeoja penggemar EXO itu teriak-teriak sambil menangis tidak jelas hanya karena pujaannya… ah, nugu? Bacon?" ujarnya lemas.

" Byun Baekhyun."

" Ah, iya itu, pacaran dengan Kim Taeyang."

Aku mengerutkan keningku.

" Nuguji? Kim Taeyang? Jenissi hyung yang itu?! Michittne?! Jadi Baekhyun itu maho?"

" Hah? 'Maho' mwoya?"

" Manusia homo."

" Dari mana kau dapat kata-kata itu?"

" Dari namdongsaeng tetangga belakang rumahmu."

" Dasar bule gila. Ani! Bacon, ah siapa itu tadi…"

" Baekhyun!"

" Ah, terserah! Dia pacaran dengan leader SNSD."

" Oh, maksudmu Kim Taeyeon?"

" Iya.. Memang tadi aku bilang apa?"

" Kim Taeyang."

" Jenissi?" tanyanya sambil membelalakkan mata. " Michilgeot gatha," katanya sambil mengarahkan pandangannya kembali ke depan.

" Gara-gara itu aku tidak bisa tidur. Ditambah lagi namdongsaengnya ikut teriak-teriak gara-gara Yuri Girls' Day-"

" Yura!" potongku.

" Ya, itu, ikut WGM." Kulihat dia menghela nafas.

" Ya, aku bisa mengerti kalau sekarang kau kurang tidur." Kataku seraya menepuk bahunya.

" Dasar jones! Cari pacar sana!" gerutunya yang ditujukan pada tetangga belakang rumahnya.

" Hah? 'Jones' mwoya?"

" 'Jomblo ngenes'."

" Dari mana kau dapat kata-kata itu?"

" Dari yeoja tetangga belakang rumah."

" Dasar bule gila!" Aku meliriknya lalu kutusuk pinggangnya dengan jari telunjukku. Dia terlonjak kaget.

" Mwoya?" B-Joo menepis tanganku.

" Kau sendiri juga tidak punya yeojachingu." Kataku.

" Huh, lihat saja! Aku akan punya yeojachingu seperti Nana Afterschool. Lagipula…" Dia menatapku dan aku yang merasa ditatap, balik menatapnya. " Kau juga tidak punya." Katanya seraya menusuk pinggangku dengan jari telunjuknya.

" Eh? Tidak geli?" tanyanya seraya menusukku lagi beberapa kali. Aku menatapnya datar.

" Ah, pacarmu nanti pasti jelek." Katanya final.

Huh! Kau sedang mengutuk dirimu sendiri, Byungjoo-ya..

Tiba-tiba B-Joo menatapku dan bergidik. " Ya! Hentikan itu!"

" Hah?"

" Jangan menatapku seperti itu! Itu menjijikkan. Apa yang sedang kaupikirkan?"

Aku tersadar. Ternyata sedari tadi aku menatapnya..?

" Aniya! Aku hanya berpikir mana mau Nana jadi pacar orang pendek sepertimu."

" Aku masih dalam masa pertumbuhan!"

Aku hanya mendengus sebagai balasan. Selalu seperti ini. Tapi kupikir ini cukup. Asalkan kami tertawa bersama.

.

.

.

.

.

Asalkan kami tertawa bersama.

Klasik sekali. Memangnya ini apa? Drama romantika?

Aku sudah berada di depan rumah B-Joo. Aku bahkan sudah menekan bel rumahnya. Tapi ketika aku menghubunginya, nomornya tidak aktif. Tidak biasanya. Aku hendak masuk ke rumahnya, tapi pintunya terkunci. Di mana dia?

Tanpa pikir panjang aku segera berjalan cepat menuju Stardom Studio.

.

.

.

.

.

Lima hari.

Ini hari kelima dan aku belum bertemu dengannya. Saat kutelepon pun, hanya suara wanita yang menyapaku dengan lembut, operator. Tentu saja aku khawatir, tapi di sisi lain aku juga percaya dia bisa menjaga dirinya sendiri. Pasti ada alasan mengapa dia bertindak seperti ini. Jika dugaanku benar, dia mungkin berada di rumah orang tuanya di luar kota. Kuhembuskan nafas dengan kesal, tapi kemudian aku hanya bisa berjalan lunglai meninggalkan rumah B-Joo dan melakukan rutinitasku.

.

.

.

.

.

" Ck! Bisa-bisa pada akhirnya aku malah berkencan dengan yeoja ini..!" Aku menekan-nekan layar handphone-ku kesal.

" Eung? Nuguseyo, hyung?" tanya Yano, si maknae berpipi bakpao.

" Operator." Jawabku sambil menaruh handphone-ku di meja kantin lalu menopang dagu dengan tangan kananku.

" Eee?" Yano melihatku dengan tatapan 'kau pasti sedang bercanda kan, hyung?'. Aku hanya melambaikan tangan, mengisyaratkan 'lupakan!'.

Ini sekitar jam 4 sore, yang berarti jam istirahat kami setelah latihan dance. Tapi ini juga hari keenam B-Joo menghilang tanpa kabar. Kalau sampai besok tidak ada kabar darinya, aku benar-benar akan berkeliling mencarinya…kemudian mencekiknya.

" Eo!" Aku melirik Hojoon yang duduk di depanku.

" Waeyo?" tanya Yano.

" B-Joo…aniya?" Hojoon menunjukkan sebuah foto di handphone-nya. Aku langsung menyambar handphone itu. Foto itu menampakkan yeoja dan namja yang tersenyum melihat kamera sambil menempelkan pipi. Aku tidak kenal dengan yeoja di sebelah kiri itu, tapi namja di sampingnya itu, aku langsung mengenali si babo itu.

" Ou, neomu yeppeo." Ujar Yano di sebelahku yang ikut melihat foto itu. Aku menoleh pada Yano yang hanya terkekeh. Kualihkan kembali pandangnku pada foto itu.

" Hojoon-a," panggilku. Hojoon mengalihkan pandangannya dari tteokpokki di hadapannya. " Geu yeoja.." sambungnya.

" Ne?"

" ..nuguji?"

Hojoon hanya mengulurkan tangannya. Kuberikan kembali handphone miliknya. Dia terlihat menekan layarnya beberapa kali.

" Molla." Katanya.

" Mwo?" tanyaku.

" Username-nya tidak jelas. Tidak ada identitasnya di akun twitter-nya ini." Jelas Hojoon.

" Memangnya tidak ada namanya?" tanya Yano.

" Ada, Sandara Park. Sayangnya aku tidak cukup bodoh untuk sekedar mengenali member 2NE1. Lagipula Sandara Park itu…"

Aku tidak mendengarkan omongan Hojoon seelanjutnya. Hanya saja, semakin banyak pertanyaan yang muncul di kepalaku.

" Oh ya, Hansol-a," aku kembali memfokuskan diri pada Hojoon yang memanggilku. " Di sini dia menulis status 'with my fiance'."

" MWO?!" Belum sempat aku bereaksi, Yano sudah berteriak dengan bola mata yang hampir lepas dari tempatnya. Segera saja aku menggeplak kepalanya. " Mianhaeyo~"

" Fiance? Jinjjaro?" tanyaku.

" Jinjja! Kupikir kau tahu sesuatu."

" Ani. Aku bahkan baru melihat yeoja itu barusan lewat handphone-mu."

Hojoon hanya menaikkan kedua bahunya kemudian kembali melahap tteokpokki-nya. Sementara aku,

Tanpa ada yang tahu,

Aku meremas ujung kaosku di bawah meja.

.

.

.

.

.

Hari-hari berlalu dengan cepat dan dengan suram. Itu menurutku. Aku tidak lagi pergi ke rumahnya lalu berangkat bersama ke Stardom Studio. B-Joo bahkan vakum dari kegiatan dance. Aku menjadi semakin diam, seperti baru putus dengan pacarnya, itu kata Jenissi hyung. Tapi aku memang kehilangan partnerku, B-Joo, si bodoh yang kucintai.

Aku bertemu dengannya sesekali saat dia mengunjungiku di rumahku. Setiap kali datang, aku selalu miris dibuatnya. B-Joo menjadi suka mengumpat dan marah-marah. Dia menceritakan begaimana merepotkannya tunangannya itu. Aku tidak tahu mana yang benar. Tunangannya yang memang baik dan B-Joo yang salah tangkap atau tunangannya memang bermuka dua.

Aku bingung harus sedih atau senang. Aku senang karena ternyata B-Joo memang tidak punya perasaan apapun terhadap tunangannya. Tapi aku juga sedih melihat B-Joo jadi emosional seperti ini. Satu hal yang kusyukuri adalah saat aku masih bisa menenangkannya. Aku tidak banyak berkata. Aku hanya akan mengacak rambutnya, menepuk pelan pipinya, lalu menyuruhnya minum susu selagi masih hangat. Kemudian dia akan bersandar padaku dan tak lama tangannya terulur memelukku. Aku hanya merasa, atau memang

B-Joo menyadari perasaanku-

-dan mulai membalasnya.

.

.

.

.

.

From : B-Joo

To : Hansol

Subject : -

Deureowa~ aku ada di depan.

Aku segera menuju pintu depan.

" B-" kata-kataku langsung terhenti ketika B-Joo mengambil satu langkah lalu meletakkan dahinya di bahu kiriku. Aku meliriknya, menunggu reaksi selanjutnya, tapi detik-detik terlewati tanpa ada apa-apa. Kuhembuskan nafas agak keras, lalu kurengkuh dia. Tangan kiriku menepuk-nepuk pelan punggungnya, sedangkan tangan kananku membelai rambutnya.

" Ayo masuk!" ujarku kemudian.

.

.

.

.

.

" Dia masuk rumah sakit," kalimat pertama yang keluar dari mulutnya setelah keheningan terlama yang pernah kualami saat bersama B-Joo. Aku menatapnya.

" Tunanganku," katanya seakan membaca pikiranku. Aku tetap diam, hanya berusaha mendengarkan sambil mengesap susu hangat yang kubuat tadi.

" Aku merasa…kalau aku sudah kelewatan."

" Apa yang sudah kaulakukan?" katanya agak menatapnya curiga.

" Yah, awalnya seperti biasa. Dia mendekatiku, mengajakku mengobrol, dan aku bersikap tidak peduli." B-Joo mulai mengusak rambutnya kasar.

" Tapi lama-lama… Ck! Aku merasa kalau ocehannya itu mengganggu!" Dia mulai tampak gusar tapi ada kilatan kepanikan kepanikan di matanya saat dia menatapku sekilas.

" Aku…kesal. Lalu aku mulai memarahinya. Dia…dia mulai menangis dan itu…hufft~ cukup membuatku semakin marah. Dia meminta maaf padaku, tapi aku memilih meninggalkannya di kamar. Ter-ternyata dia mengejarku dan memohon supaya aku tidak pergi. Dan tanpa sengaja…" B-Joo menggigit bibir bawahnya. Tangannya terkepal kuat di atas pangkuannya. Dia menghadapkan tubuhnya agar melihat padaku yang berada di sampingnya. Aku yang mendengarkan, tanpa kusadari telapak tanganku keringat dingin.

" …aku mendorongnya dari tangga…"

" M-mwo..?"

" …dan dia masih tidak sadarkan diri di rumah sakit."

.

.

.

.

.

Aku mengetuk cepat jariku pada meja makan. Telat! B-Joo mengatakan kalau ingin membicarakan sesuatu denganku, tapi ini sudah lewat sepuluh menit –oh, sekarang sebelas menit- dari waktu yang dijanjikannya, dan si bodoh itu belum manampakkan wujudnya.

Sejak dia bercerita padaku bahwa tunangannya masuk rumah sakit, aku mengusirnya. Bahkan saat itu juga.

Flashback

" …dan dia masih tidak sadarkan diri di rumah sakit."

" Keluar." ucapku lirih.

" Hansol-"

" Keluar sekarang juga!" aku langsung menyeretnya ke pintu depan dan mendorongnya keluar.

" Ya-"

" Kembali ke rumah sakit, rawat dia sampai sembuh."

" Ta-"

" Neo, ka! Kau boleh menemuiku setelah mempertanggungjawabkan perbuatanmu."

BLAM

DOK DOK DOK

" Ya, Hansol-a! Ini tidak seperti aku menghamilinya. Hansol-a!" B-Joo masih menggedor pintu rumahku sambil memanggil-manggilku.

Aku mendiamkannya.

Tapi lama-lama muncul perempatan di pelipisku.

" Han-"

CKLEK

" Eo!" B-Joo agak kaget ketika pintu terbuka-

KRIIIEEEEETT

-dan menampakkan sosokku dengan amarah yang sudah di ubun-ubun.

B-Joo ternganga, namun kemudian-

" Jwisonghamnida. Aku pergi sekarang."

-dia membungkukkan badan 90derajat lalu dengan cepat menghilang dari pandanganku.

Flashback end.

Aku memang tidak senang –yah, bisa dibilang cemburu- dengan tunangannya. Aku menghabiskan bertahun-tahun agar B-Joo bisa menyadari perasaanku. Tapi gadis itu dengan mudahnya merebut perhatian B-Joo. Mungkin seharusnya kumanfaatkan waktu yang ada untuk menyatakan perasaanku, kabur bersama, lalu menjalani hidup bersama seperti drama yang biasa dilihat ahjumma-ahjumma sebelah rumah. Tapi aku juga tidak suka melihat B-Joo terkekan karena tanpa sengaja melukai orang lain –tunangannya- sampai masuk rumah sakit.

Kalau kutahu mencintainya harus sesakit ini, apa seharusnya aku tidak mencintainya dari awal?

Kulihat handphone-ku bergetar dan nama B-Joo terpampang.

" Yoboseyo?"

[[" Hansol-a, mian. Aku tidak bisa ke rumahmu."]]

" Wae?"

[[" Aku akan makan malam bersama tunanganku."]]

" O-Oh! Dia…sudah sembuh?"

[[" Ya, begitulah."]]

" Syukurlah kalau begitu."

[[" Neo gwaenchana? Apa kau sakit? Suaramu terdengar lemas."]]

" Ani, gwaenchana."

[[" …"]]

" …"

[[" Mian."]]

" Kenapa kau minta maaf?"

[[" Aku tahu, aku menyadarinya."]] Tidak! Jangan!

" Apa?"

[[" Kalau kau…"]] Jebal, geuman!

" …"

[[" Jujur saja, hyung!"]] Andwae!

" Apa maksudmu?"

" Neon, naega joha ani-"

" ANI!"

Nafasku tersengal, tanganku keringat dingin. Jantungku bahkan berdetak tidak karuan.

[[" Han-"]]

" Aku menyukaimu.

Tapi hanya sebatas itu. Aku masih normal, bodoh."

[[" Jinjjaro?"]]

" Hm."

[[" Ah, aku lega mendengarnya."]] Aku menggigit bibir bawahku.

[[" Ah, kau tahu? Ternyata dia itu manis sekali. Setelah aku mengenalnya lebih lanjut, aku baru tahu kalau dia benar-benar baik dan tulus. Aku menyesal dulu sudah menolaknya bahkan memarahinya."]]

" …"

[[" Hansol-a?"]]

" Huh! Apa kubilang."

[[" Hehehe.. Gomabda, saranghae."]]

Aku membelalakkan mataku.

Nado saranghae. Jeongmal saranghae.

B-Joo terus bercerita tentang tunangannya dan aku menanggapi sebisaku. Beruntung B-Joo tidak kemari.

Paling tidak dia tidak akan melihatku, melihat air mataku yang terus turun, sambil tertawa menanggapi guyonannya.

Aku benar-benar menyedihkan.

.

.

.

.

.

Aku menunggunya di café dekat Stardom Studio. Kami janjian bertemu setelah beberapa bulan tidak bertemu. Aku menimbang-nimbang apa yang akan kukatakan padanya. Jujur saja,

Aku gugup.

Saking gugupnya, ini kelima kalinya aku melihat-lihat timeline Twitter Topp Dogg, grup dance kami dengan P-Goon hyung sebagai leadernya.

Sudahlah.

Hansol, bukannya kau sedang move on..?

Hojoon? Hm, boleh juga. Dancenya bagus dan suaranya lumayan. Tapi dia tidak mungkin. Hojoon, coret.

Jenissi hyung? Rap-nya bagus, berpengalaman, dan sepertinya perhatian. Tapi sifat me'raja'nya itu… Jenissi, coret.

Yano? Coret.

P-Goon hyung? Aku tidak membayangkan kami pacaran sambil telepati. Jadi, coret.

Oh! Xero? Si anak baru itu? Hm, penampilan oke, dance daebak, rap lumayan. Selalu jadi center karena kharismanya.

Akan kupertimbangkan.

" Yo!" B-Joo langsung duduk di bangku depanku.

" Kau telat. Kau yang bayar." Kataku datar.

" Ya!" dia bergumam memprotes. Aku meliriknya sebentar.

Tapi kemudian aku menatapnya lagi. Oh, sekarang dia mengecat rambutnya jadi ungu. Dan apa itu? Andwae! Jangan mengerucutkan bibirmu seperti itu! Kau sedang beraegyo? Tahan hansol! Tahan! Aaarrrggh! Jangan menggembungkan pipimu, Byungjoo-ya! Tidak, dia tidak imut! Dia tidak imut! DIA TIDAK—

" Hansol-a~"

" Geu-geurae. Kali ini saja aku mentraktirmu." Move on tidak semudah yang kau kria.

" Yey!." Astaga! Pikirkan Xero, Xero juga imut kok. Mungkin…

" Oh, bagaimana kabar tunanganmu?." Tanyaku.

" Eo, aku membatalkannya." Katanya sambil meminum vanilla bubble tea-nya.

" Mwo? Wae?."

" A— itu… itu karena… aku… ah, bagaimana ya…. Pokoknya kubatalkan." Dan aku bersumpah dia sesekali melirikku gugup dan jangan lupakan telinganya yang memerah.

Aku tersenyum tipis.

Tapi hatiku melonjak senang.

EPILOG.

Kim Hansol xxxx_xxxxxxx

Goodbye Move on.. ^^/~

Retweet

Quote Tweet.

END.

.

.

.

.

.

A/N : maaf, ini sempat salam posting, makanya banyak yang nggak paham isinya. Tapi udah dibenerin. Pas itu salah ngeklik folder, jadi yang keposting yang belum jadi… mianhae…