Fandom: Sasuketampan

Disclaimer: Kishimoto Masashi

Summary: Ladang bunga, tempat pertemuan mereka. Setangkai bunga, tanda cinta mereka.

Warning: ooc, gaje, abal, gombal, crack, pedo, elektra, drabble, nistatiadatara =_='

Bersetting saat Konohagakure masih aman sentosa, sebelum ujian chuunin untuk Sasukeganteng cs dimulai.

--

Fic untuk Infantrum ~ Tantangan Satu Bahasa Kita :p

SETANGKAI BUNGA

I

Secangkir teh yang menemaninya sudah habis terminum. Kertas-kertas kerjanya yang berserakan kini sudah tertata rapi di atas mejanya. Kursi kerja yang dia duduki sedari pagi diputar mengarah ke jendela yang ada di belakangnya. Dinikmatinya pemandangan yang tampak dari balik jendela sambil melemaskan otot lengan dan bahunya.

Sang Hokage Ketiga menyalakan pipa rokoknya untuk melepas lelah. Dengan badan yang masih terhenyak di kursi kerjanya, dia berpikir apa yang akan dilakukannya setelah tugas administratifnya sudah selesai seperti ini. Mengurus permintaan misi yang masuk? Sudah ada jounin-jounin lain yang menanganinya. Mengambil cuciannya di binatu? Itu bahkan bukan tugasnya. Sang Hokage terus berpikir sambil memandang Konohagakure dari balik jendelanya.

.

.

.

"Mengerti, anak-anak? Selain dari apa yang sudah kuajarkan tadi, gunakan juga intuisi kalian untuk menentukan tanaman mana yang bisa dimakan atau tidak. Ayo berpencar!"

Iruka memberikan instruksi kepada murid-muridnya yang sekarang berada di hutan kecil dalam desa. Tiap anak mengamati tanaman dan jamur yang tumbuh di sekitar pepohonan. Tidak semua melakukan tugasnya dengan serius, ada juga yang sambil bermain-main, tapi itu tidak akan membuat Iruka marah. Dia memang tidak menginginkan suasana belajar yang kaku.

"Wah, semuanya sangat bersemangat belajar ya."

Terdengar suara lembut ditemani asap mengepul dari pipa rokok yang terselip di sebuah senyum yang hangat. Sang Hokage Ketiga berjalan memasuki hutan kecil tersebut, kehadirannya yang tiba-tiba sedikit mengejutkan Iruka dan murid-muridnya.

"Hokage-sama, selamat siang. Saya tidak heran dengan kegemaran Anda mengunjungi akademi untuk melihat murid-murid belajar. Tapi tidak saya sangka Anda sampai ikut masuk ke hutan ini. Bukankah Konohamaru sekarang belajar di kelas?"

"Ah, Iruka, tadi memang aku ingin melihat-lihat kelas akademi saja, tapi Ebisu bilang kalau ada pelajaran di luar kelas. Daripada hanya menyaksikan anak-anak yang duduk sepanjang hari mendengarkan ceramah, dengan guru sepertimu aku bisa pastikan kegiatan di sini akan sangat menarik."

Sang Hokage Ketiga tertawa kecil melihat Iruka yang tersipu. Sambil menghisap pipa rokoknya, Hokage memandang sekeliling. Satu persatu anak-anak mulai mengerumuninya. Tangan-tangan kecil teracung dengan berbagai macam tetumbuhan yang tergenggam.

"Hokage-sama, ini bisa dimakan ga?"

"Hokage-sama, ini ga beracun kan?"

"Hokage-sama, begini…"

"Hokage-sama, begitu…"

"A-anak-anak! Jangan mengganggu Hokage-sama seperti itu! Hormati beliau! Tadi kan aku sudah mengajari kalian bagaimana cara membedakannya!"

"Hahaha. Tidak apa, Iruka. Aku suka anak-anak yang bersemangat seperti ini."

Tanpa mengeluh, Sang Hokage Ketiga melayani permintaan tiap anak yang datang kepadanya. Buah yang diberikan salah satu murid diterimanya dengan senyuman sambil menyuruhnya untuk belajar lagi. Iruka menjadi malu terhadap anak tersebut karena telah memberikan buah beracun pada Hokage dengan polosnya.

Semua murid tampak begitu senang bertemu dengan Hokage Ketiga. Generasi penerus yang disayanginya pun sangat menyayanginya. Kepenatan saat berada di balik meja kerja pun serasa sirna saat bersama para calon genin kebanggaannya.

"Iruka, pelajaran di hutan ini hanya untuk murid laki-laki? Dari tadi tidak terlihat murid perempuan."

"Oh, pelajaran hari ini dibagi jadi dua. Murid laki-laki belajar membedakan tanaman, sedangkan murid perempuan mempelajari bunga bersama guru lain di ladang bunga tak jauh dari sini. Anda juga ingin mengunjungi mereka, Hokage-sama?"

Iruka mengajak Hokage Ketiga berjalan menuju tempat yang dimaksud. Sebagai Hokage, menyaksikan setiap tunas yang bertumbuh dan berkembang menjadi ninja yang berbakti pada Konohagakure adalah suatu kebahagiaan tersendiri baginya. Dia pun ingin tahu apa yang dilakukan oleh para murid perempuan di luar kelas siang ini.

.

.

.

"Hokage-sama, ini bunga untukmu! Hati-hati banyak durinya!"

"Hokage-sama, bunga ini indah ya? Aku menemukannya di pinggir sungai!"

"Hokage-sama, mana bunga yang paling serasi dengan bajuku? Ini atau ini?"

"Hokage-sama, beginibeginibegini…"

"Hokage-sama, begitubegitubegitu…"

Tidak jauh berbeda saat menghadapi murid laki-laki, hanya tingkat kecerewetan yang lebih tinggi saja. Sang Hokage pun dengan senang hati berinteraksi bersama mereka. Harumnya berbagai jenis bunga yang ada di ladang itu membuat suasana makin semarak.

Para perempuan saling berbaur dan bersenda gurau bersama Hokage. Kedua tangannya kini penuh dengan bunga. Bahkan caping Hokagenya kini terlingkar tiga kalung bunga yang dibuat oleh beberapa murid perempuan.

Semua tampak riang dan santai. Senyum dan tawa selalu menyertai mereka yang berada di ladang bunga itu. Hokage senang karena keputusannya untuk mengunjungi murid akademi bukan hal yang buruk. Semangat para penerus desa adalah energi tambahan baginya.

.

Ada satu yang menarik perhatian Hokage. Seorang gadis mungil berambut hitam panjang yang tidak beranjak dari tempat dia duduk semenjak Hokage datang ke ladang itu. Gadis mungil itu tidak ikut mengerubungi Hokage seperti teman-temannya yang lain. Gadis mungil itu hanya duduk diam, indahnya bunga-bunga yang tumbuh di sekitarnya pun tidak mampu memikat hatinya.

Diperhatikannya sosok mungil yang menyendiri itu. Kaki sang Hokage melangkah menuju ke arahnya, meninggalkan para murid yang mengerumuninya. Tak sedikit pun gadis mungil itu bergeming walau orang yang paling dihormati dan disegani di Konohagakure berada di dekatnya.

"Apakah kau tidak menyukai bunga? Semua temanmu tampak menikmatinya."

"Pelajaran hari ini sangat bodoh."

Sorot mata bosan tampak dari pupil berwarna putih milik gadis mungil itu. Seketika itu juga Hokage tahu bahwa gadis mungil itu putri bungsu keluarga utama Hyuuga, sebuah klan dengan aturan keluarga yang sangat ketat. Hokage hanya tersenyum mendengar jawaban dingin darinya, dan tanpa permisi dia duduk menyebelahinya.

"Bukankah bunga memiliki keindahan, tampak rapuh, namun kuat, tidak dapat diremehkan, sama seperti kalian, para ninja wanita Konohagakure masa depan?"

Ucapan Hokage hanya membuat gadis itu mendengus.

"Apa gunanya memahami filosofi bunga untuk menjadi ninja yang kuat? Berada di sini hanya membuat badanku berkarat. Lebih baik berlatih melempar kunai atau shuri—"

Setangkai bunga putih tersemat di rambut gadis itu. Sambil tersenyum Hokage memandang kedua mata putih yang menatapnya.

"Berlatih memang penting, tapi itu bukan segalanya untuk menjadi ninja yang kuat. Memahami bunga, menghargai alam, itu akan menguatkan tak hanya tubuh, tapi juga hati dan pikiran. Bukan hal yang bodoh jika anak perempuan bermain dan belajar tentang bunga."

Jemari keriput Hokage menyusuri kelopak-kelopak putih yang tadi dia sematkan di rambut gadis itu.

"Namamu Hanabi, kan? Bahkan namamu mengandung kata bunga. Lihatlah, kau jadi lebih manis dengan bunga ini, serasi dengan warna matamu."

Rona merah samar-samar menjalar di pipi gadis mungil itu. Sementara Iruka dan murid lainnya hanya bisa terdiam menyaksikan mereka berdua.

Tbc…

---

Fufufufufufufufuuhukfufufufu~

Mwahahahuhukahahahah!! Mari tebarkan cinta yang tak mengenal batas usia! XD

Ehem, apakah Hanabi OOC di sini?
Hanabi saia buat jadi anak yang rada jutek o.O' karena menurut saia, dia anak yang hidup dalam tempaan keras dari latihan-latihan keras oleh ayahnya yang keras. Hiashi itu.. dengan teganya membuang Hinata yang tampak lemah ke asuhan Kurenai, dan lebih memilih melatih Neji dan Hanabi =_=' makanya saia berpikir, mungkin Hanabi akan berpikir pelajaran bunga-bungaan ini adalah hal yang tidak berguna, karena dia selalu menghabiskan harinya dengan latihan keras. oke, mari lupakan Lee yang juga selalu menghabiskan harinya dengan latihan-latihan XD

Lalu, apakah Sandaime OOC di sini?
Saia hanya berpikir, Sandaime kan sayang cucu, suka anak-anak :p lupalupainget flesbeknya Sakura waktu dia melayat di upacara pemakaman Sandaime, di flesbek itu Sakura ma Ino ngasih bunga ke Sandaime fufufu ;))

Oia, soal pelajaran bunga-bungaan ini, referensinya dari flesbek Sakura vs Ino waktu mereka ujian chuunin babak ketiga :)

Kenistaan apa yang akan terjadi selanjutnya?
Akankah cinta bersemi di antara mereka?
Ataukah Sandaime akan dipenjara karena dicurigai mengikuti jejak Syekh Puji?
Silahkan muntah wekekek

Teruntuk para pembaca yang baik budiman,
Ripyu dan flame diterima dengan senang hati
Mari bergabung dalam Infantrum untuk berlatih menulis fanfiction :D
Silahkan cek profil page saia (yang nista) untuk keterangan lebih lanjot :p
Arigatobitobitobi~~~ XD