Nagi : halo lagi semua!
Scarlet : kita kembali ke fandom Dynasty Warriors khusus buat kalian yang penasaran dengan seri terbarunya...
Nagi : Dan juga tokoh barunya dong...
Scarlet : Kita akan bertualang bersama Cuma di fic ini. So, cekidot!
.
Dynasty Warriors series, belongs to Koei.
Rate : T
Genre : Humor/Adventure
Summary : Scarlet mendapat kesempatan mengikuti pekan cosplay dan berperan sebagai Jia Chong, tokoh dibalik kesuksesan taktik Sima Zhao setelah istrinya sendiri. Namun, karena keinginannya yang kuat untuk mencari referensi agar dapat menjiwai perannya, laptop dan konsol game-nya hampir disita karena prestasinya semakin menurun. Hingga suatu hal yang aneh terjadi padanya saat memainkan "Dynasty Warriors 8" di PS3-nya. Apakah itu?
.
.
Nagi and Scarlet, presents...
.
.
Jia Chong : Back to Game
.
.
Prolog
Ah...
Besok adalah pekan cosplay ke-20 untukku. Dan aku sudah memainkan banyak peran dan berhasil melewatinya. Jika kalian tidak percaya, kalian bisa lihat 20 trofi disamping baju cosplay yang kugunakan. Aku sempat berperan sebagai Zhang Chunhua, Zhang He, Wang Yuanji, dan peran-peran lainnya. Semuanya kulakukan dengan sangat mirip. Kau tahu kenapa? Kalian belum tahu jika aku orang yang tekun dan tak kenal lelah. Jika kalian melihat senjata yang digunakan masing-masing karakter, semuanya terbuat dari baja. Oh, ya, dan itu semua aku yang menempanya, tentu saja agar mendapat hasil yang lebih akurat sekaligus karena menggunakan plastik sudah sangat merugikan bumi kita ini. Ingat, berapa banyak plastik yang sudah kita buang hanya untuk cosplay yang sia-sia. Jika aku membuatnya dari baja, kemungkinan bisa digunakan kembali sebagai senjata pertahanan tanpa perlu membeli senjata. Jadi, lebih hemat kan?
Untuk peran cosplay bulan ini, aku mendapat peran sebagai Jia Chong. Aku sendiri belum begitu mengenalnya. Tapi, berdasarkan data yang kulihat dan permainan yang baru kubeli, dia adalah penasehatnya Sima bersaudara. Bahkan sampai anaknya Sima Zhao, si Sima Yan, dia juga masih idup! Kupikir yang hidup hanya Deng Ai, ternyata ada lagi!
Bektustori,
Ini peran yang terbilang cukup sulit. Selain karakternya cowok tulen dan bukan cowok abalan seperti Zhang He, dandanannya yang gothic dan desain pakaiannya yang seperti kulit ular juga menjadi tantangan yang hebat. Desainnya begitu apik sehingga dapat dinikmati sejuta umat.
Mau tahu aku sedang apa? Kita dengar bunyi berikut ini.
TANG! TANG! Sekesekesek...! Tuktuktuk! Nyesss...
Akhirnya, jadi juga! Kapak lempar Jia Chong! Benda yang selama ini kutempa!
Aku letakkan dua kapak itu di dalam lemari etalase, tepat di samping kostum biru berjaket hitam. Ya, itu adalah kostum Jia Chong yang juga kujahit sendiri. Di atasnya, adalah wig Jia Chong. Aku membuatnya dari rambut pirang, tapi kugunting sedikit dan kuwarnai agar berwarna hitam. Sepatunya pun sebenarnya dari sepatu bot hitamku yang tak terpakai, namun kuubah sendiri. Selain kostum Jia Chong, ada juga kostum Sun Shang Xiang, Kostum pesanan Nagi-san. Kuletakkan di etalase agar tidak lupa saat persiapan pekan cosplay yang selama ini kunanti. Ini hanya terjadi sebulan sekali, bahkan bisa setahun sekali jika tantangannya cukup sulit.
Aku tak sabar menunggu hari esok yang akan penuh kejutan. Namun, ketika aku akan keluar dari kamar untuk mengambil laptopku yang tertinggal di ruang tamu, aku dicegat oleh ayahku. Seorang lelaki berbadan tegap, berwajah pucat, dan bertampang suram. Lelaki itu mulai memasang tampang suramnya dan menyerahkan secarik kertas ke hadapanku.
"Bagaimana kau menjelaskan semua ini?", tanyanya sambil menunjukkan kertas yang ternyata adalah nilai rapor semester 1 yang ancurnya minta ampun. "Nilaimu tidak tuntas semua! Mulai sekarang, laptopmu kusita!"
"Papa, aku masih butuh laptop itu. Aku masih mau mamakainya untuk pekan cosplay nanti!"
"Tidak ada pekan cosplay! Nilaimu jelek semua!"
"Tapi, kalo main PS3 buat malem mingguan ini boleh ga, Pa? Plis, sekali ini aja...", kataku mengeluarkan puppy eyes no jutsu di hadapan ayahku.
Suasana hening sejenak. Kemudian ia berkata,"Baiklah. Tapi besok, kau tidak boleh ikut pekan cosplay. Dan uang jajanmu dipotong lima puluh persen!"
UAPA? Lima puluh persen? Uang jajan gue Cuma sepuluh rebu. Masa dikasinya lima rebu? Trus gue makan apa?
Ya sudahlah, daripada aku tidak bisa lihat peran Jia Chong. Lima ribu cukup buat ongkos pulang...
Aku kembali masuk ke kamarku, menyalakan konsol PS3 dan memainkan "Dynasty Warriors 8", yang di tempat asalku masih bernama "Shin Sangoku Musou 7". Aku mencoba menyelesaikan Conquest Mode, kemudian melanjutkan dengan mengganti karakter yang sempat kupakai dahulu, si Zhang He. Namun, saat beralih ke barisan kelompok Jin, ada keanehan...
Jia Chong, baru kudapatkan kemarin. Di Legendary Battle-nya juga sudah penuh. Tapi, kenapa masih kosong? Warnanya putih bersih, bukan berwarna cokelat seperti warna karakter yang tersembunyi pada umumnya. Apakah dia melarikan diri? Ataukah, kasetnya yang error?
.
.
SYUUUUR! AAAAAAARGH!
Teriakan siapa itu? Suaranya seperti dari toilet kemarku...
Aku menghentikan permainanku sebentar. Kulihat pintu toilet yang terbuka. Kuambil cakar Zhang He di etalase cosplay-ku dan mengendap mendekati pintu toilet. Kemudian, muncul seorang lelaki berdandan gothic dan berjaket hitam berlari sambil berteriak,"PANAAAAS! PANAAAS!"
Refleks, aku langsung mencakarnya di bagian punggung. Otomatis, lelaki itu jatuh tersungkur di lantai.
Kuhampiri tubuh lelaki yang tak berdaya itu. Dandanannya yang gothic tetap terlihat meski wajahnya memerah karena membuka keran shower air panas. Rambutnya yang hitam kelam dengan jaket hitamnya sangat serasi dengan dandanannya. Kuku yang dicat hitam membuatnya semakin terlihat kelam. Kudorong tubuhnya dengan cakar yang kupakai untuk menggores tubuhnya sambil kupanggil orang itu.
"Mas? Bangun, Mas! Ini bukan pelataran aliran gothic..."
Lelaki itu terbangun dan melihatku membawa cakar. Dengan refleksnya, ia mengeluarkan kapaknya dan mencoba menyingkir dariku seraya berkata,"Jangan mendekat, Zhang He! Aku tidak bermaksud untuk melawanmu!"
Mendengar reaksi itu, aku melepas cakarku dan menginjak kaki lelaki itu.
"Hei, Zhang He, bukankah sudah kubilang aku tidak ingin melawanmu"
"Gigimu Zhang He! Aku cewek tauk!"
Lelaki itu hanya terdiam, menyesal karena mengira diriku Zhang He, meskipun wajahku memang sebelas duabelas dengan Zhang He...
"Maafkan aku, Nona. Aku tidak bermaksud melakukan itu. Anda pasti pemilik rumah ini. Sekali lagi, saya juga memohon maaf karena telah memutar sekrup di dinding kamar mandi Nona. Aku tidak mengira itu air panas..."
Lelaki ini... Sopan juga... Sebentar, sekrup? Zhang He? Jangan-jangan...
"Tidak apa-apa. Aku juga tidak bermaksud mencakarmu di punggung. Ngomong-ngomong, anda ini siapa? Seharusnya anda masuk lewat pintu..."
"Nama saya Jia Chong, saya adalah penasehat di keluarga Sima, terutama Paduka Sima Zhao. Bolehkan saya mengetahui nama Nona?"
Hei, jadi orang ini Jia Chong? Tidak mungkin! Pasti penyusup yang masuk dari jendela...
"Bagaimana anda bisa masuk ke kamar saya, Tuan Jia Chong?"
"Sebenarnya, saya bingung tentang arah tujuan saya. Saya hanyalah seorang penasehat, dan saya merasa tidak begitu penting sehingga saya mencoba keluar dan mencari tahu seperti apa saya ini..."
Keluar? Maksudnya dari video game? Tidak mungkin...
"Lalu, apa yang kau pikirkan untuk mengetahui jati dirimu, Tuan Jia Chong?"
"Aku harus mencari penciptaku"
"Pencipta... Maksudmu, Tuhan? Dewa Langit?"
"Bukan... Penciptaku ada di Koei. Tepatnya di negeri bernama Jepang..."
"Kau datang ke negeri yang tepat. Sayangnya Koei itu jauh sekali"
"Seberapa jauh?"
"Sangat jauh hingga kau harus mengendarai transportasi selain kuda dan kapal..."
Lelaki yang diakui bernama Jia Chong itu terdiam dan membisu. Merasa putus harapan dan tak tentu arah. Sepertinya niatnya itu sangat keras hingga sengaja keluar dari dunianya yang asli. Oh, Jia Chong, seharusnya kau sudah mati 19 abad yang lalu...
"Tapi tenang saja. Mungkin ada jalan lain agar kau bisa bertemu penciptamu...", kataku sambil menyinarinya dengan senter harapan.
"Benarkah? Kau serius? Miapah?", katanya sambil memasang mata yang berkaca-kaca, yang ternyata membuatku mual karena bahasa alaynya.
"Tapi, ini sudah larut malam. Sebaiknya kau istirahat dulu. Aku bisa tidur di sofa malam ini...", kataku sambil menarik sofa di depan kasurku, di sudut kiri kamar tidurku.
"Tidak. Aku tak mau membiarkan perempuan tidur di sofa. Biar aku saja...", Jia Chong menawarkan diri untuk tidur di sofa.
"Ini rumahku. Kau hanya tamu. Sudah sepantasnya aku melayanimu seperti ini..."
"Perempuan itu lebih penting. Aku saja...", Jia Chong tetap memaksa. Namun, aku hanya bisa menuruti perkataannya.
Aku sudah siap dengan baju tidurku. Sedangkan Jia Chong yang bajunya sudah compang-camping, hanya termenung saja di atas sofa itu. Akupun menghampirinya.
"Daripada kamu bingung, aku sudah lama sediakan baju tidur untukmu. Sebenarnya, ini punya kakakku. Tapi, dia sudah meninggal. Aku serahkan baju ini kepadamu", kataku sambil memberikan setelan baju tidur berwarna biru kepadanya.
"Terima kasih, Nona..."
"Scarlet. Panggil saja aku Scarlet, tanpa Nona"
Jia Chong mengenakan pakaian itu dan beranjak tidur di atas sofanya. Aku langsung menuju lemari di sebelah pintu masuk kamarku, mengambil selimut untuknya.
"Kau akan kedinginan, pakailah...", kataku sambil menyerahkan selimut padanya. Kemudian, aku langsung menuju tempat tidurku.
"Terima kasih sudah mengizinkanku bermalam. Selamat malam, Nona... maksudku, Scarlet", katanya sambil menghamparkan selimutnya dan tidur dengan nyenyak.
"Sama-sama, dan selamat malam, Jia Chong...", aku pun ikut tidur di atas ranjangku.
Kami berdua tidur, beristirahat untuk sebuah petualangan besar yang sedang menunggu di hadapan kami...
.
.
.
~TBC~
Nagi : pertamanya, maaf garing. Kita masih memfokuskan di chapter berikutnya...
Scarlet : yang ingin review, silakan mengklik kotak review bagi beta-reader. Atau, isi kotak review di bawah ini!
Nagi : Nantikan chapter berikutnya! Ada yang mau sumbang humor di chapter selanjutnya?
