Chap 1 : Sutan Syahrir

.

.

.

Cilacap, April 1945…

Doorr! Dor!

Duar!

Suara ledakan bom mortir dan di selingi dengan suara tembakan senapan terdengar tak berhenti. Seorang pemuda di antaranya terus berlari cepat, mendahului yang lain menuju parit-parit tempat persembunyian. Ia berlari seakan menerobos di antara desingan peluru dan suara ledakan bom mortir.

"Hup"

Ia berhasil melompat dan tiba di tempat pasir pelindung. Ia berada tepat di dekat pria paruh baya.

Dor! dor!

"Akh!..Akh!"

Pemuda itu nampak asal menembak. Namunpun demikian terdengarlah jeritan kesakitan di antara orang-orang yang dari awal jadi sasaran tembakan pemuda itu.

"Apa yang kau lakukan, Sasuke" teriak pria paruh baya tadi, ia nampak kesal melihat tindakan pemuda itu.

"Melindungimu, apa lagi" jawab pemuda yang di panggil Sasuke. Ia menjawab sambil menembaki beberapa lawan yang beseragam.

Sasuke berbicara sambil menatap pria paruh baya di sampingnya. Karena hal itulah Sasuke menjadi lengah.

"Awas…!" teriak pria tua itu. Ia segera bergerak cepat sambil mendorong Sasuke.

Crass!

"Aaakh!" pria itu menjerit panjang. Rupanya ketika sebelumnya perhatian Sasuke teralih karena berbicara. Seorangserdadu jepang muncul tiba-tiba, dan mengayunkan katana, senjata yang selalu menyertai senapan para serdadu jepang.

"Paman Kizashi!" teriak Sasuke.

Dess!

Sasuke menangkap tangan serdadu jepang yang mengalihkan ayunan pedangnya pada Sasuke. Selanjutnya dengan menggunakan keahlian beladiri yang ia sempat pelajari di pesantren Sukamanah Singaparna, Tasikmalaya, Jawa Barat di bawah pimpinan KH Zainal Mustafa, ia memutar tubuh sambil mengarahkan tendanganny tepat ke dada serdadu itu.

Kali ini pihak PETA sepertinya makin terdesak, ini tebukti Sasuke yang tampak mati-matian mempertahankan selembar nyawanya dan juga harus melindungi Kizashi. Sasuke kini harus menghadapi gelombang serangan fisik dari Serdadu Jepang yang mengguakan Katana, sementara Sasuke bertarung dengan tangan kosong.

Hiyah… heah!

Menghadapi keroyokan belasan orang berpakaian hijau tua, cepat-cepat tubuh pemuda itu melesat ke arena pertempuran.

"Heaaah...!" Sasuke langsung melontarkan dua buah pukulan keras, begitu serdadu itu mendekat. Pelajaran silat yang di pelajari dan di tamatkan di pesantren, ternyata sangat bermanfaat. Sekali bertindak, pukulan tepat mengenai lawan-lawannya, pemuda itu telah dapat menyelamatkan Kizashi dari incaran dua orang pengeroyoknya.

Desss! Desss!

Terdengar jerit kesakitan ketika dua orang pengeroyok terpental bagai dilemparkan tangan-tangan raksasa. Kemudian jatuh ke atas tanah berbatu dengan menimbulkan suara berdebuk nyaring

Dor! dor!

Seradadu yang terjatuh di susuli dengan tembakan oleh Sasuke.

Dor! dor!

Kembali tembakan saling menderu dari tentara PETA seakan membantu Sasuke. Dengan demikian Sasuke lebih mudah lagi menghabisi para pengeroyoknya.

"Paman!" teriak Sasuke. Ia menjatuhkan diri di samping pria yang di panggil Kisazhi yang masih terlentang.

"Maafkan aku, Paman" ujar Sasuke sambil menunjukkan wajah kesedihan serta rasa penyesalannya.

"Hahaha…" Kisazhi malah tertawa sambil membekap dadanya dengan telapak tangan yang telah tergores oleh katan milik serdadu yang barusaja di habisi Sasuke.

"AKu tidak apa-apa Sasuke. Luka ini tidaklah dalam" suara terengah di sela desingan peluru, tapi masih terdengar jelas oleh Sasuke.

Sasuke memang bukanlah tipikal orang yang banyak bicara. Setelah mendengar ucapan Kisazhi. Sasuke lebih memilih diam. Tapi wajah kesedihannya tidaklah ia bisa sembunyikan.

Tentu saja Kizashi sangat mengerti perasaan Sasuke. Ia pun telah mengenal Sasuke. Maka Kizashi pun memperdengarkan tawa meski terasa di paksakan.

"Aku serius Sasuke, aku ini tidak apa-apa. Aku tak ingin mati di tangan para penjajah keparat itu. Aku sangat memmimpikan kemerdekaan dan ingin mati di atas ranjang empuk di kelilingi oleh cucu-cucuku"

'Merdeka?' kata itu terngiang di pikiran Sasuke, apakah benar? Mereka masih bisa menyaksikan dan menikmati kemerdekaan. Bumi Nusantara ini sudah di duduki oleh penjajah rakus selama ratusan tahun. Nenek moyang mereka sudah memimpikan kemerdekaan, namun semua tinggal mimpi. Sampai sekarang silih berganti para manusia rakus, gila kekuasaan itu datang menduduki Nusantara. Apa benar mereka bisa menyaksikan kemerdekaan?

Pemuda Sasuke menatap pada Kizashi, seakan ingin meminta jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul di benaknya tadi.

"Apa kau tidak percaya kalau aku ini memiliki anak?" tanya Kizashi menanggapi tatapan Sasuke.

Sasuke tidak menjawab, bukan itu maksudnya.

"Sasuke" panggil Kizashi lagi. "Aku memiliki seorang puteri, jika aku mati di sini, ia akan hidup sebatang kara. Tidak, Sasuke" wajah Kizazshi makin menunjukkan semangat.

Sesaat ia kembali menatap ke arena pertarungan terbuka melawan seerdadu jepang.

"Tetaplah di sini bertahan paman, aku akan mengalihkan mereka"

Sejurus kemudian, Sasuke berdiri di tempatnya. Ia mulai berlari ke sesisi kanannya menarik perhatian para seradadu jepang.

Dor! dor!

Sasuke melompat dan kadang bersalto atau berguling di tanah menghindari tembakan atau peluru dari serdadu Jepang. Sesekali ia berhenti sambil menembak atau ia juga sering berlari sambil menembak. Tujuannya memang untuk menarik perhatian, dengan demikian para pejuang kemerdekaan lain lebih leluasa untuk menembaki para serdadu Jepang.

Beruntung bagi Sasuke, karena ia tengah berlari mengambil perhatian, tembakan para serdadu itu jadi tidak pokus dan meleset.

Sementara itu, Kizashi cuma bisa melihat aksi Sasuke dengan penuh rasa khawatir.

Ia tak ingin, pemuda yang pernah membawanya lari dari kerja rody dan juga sudah di anggap sebagai anaknya itu berjuang mati-matian sendiri. Maka ia pun menembaki para serdadu yang tengah teralih perhatiannya oleh Sasike

Berkat itu para pejuang makin semangat. Mereka serentak bangkit dari tempatnya dan menyerang secara serentak pula.

Kini keadaan berbalik, giliran Jepang yang terdesak. Bahkan mereka yang terkenal pasukan berani mati, kini ciut menghadapi tentara PETA. Bagaimana tidak ciut, banyak di antara Tentara Peta itu tidak bersenjata namun tetap merangsek maju melewati desingan peluru. Kalaulah tentara jepang berani, itu karena mereka juga bersenjata, tapi ternyata, kini mereka menyaksikan yang lebih hebat lagi.

Aaaakh..

Jeritan saling bersahutan dari para tentara Jepang yang memilih bertahan di tempat untuk mempertahankan harga diri itu di bantai. Sabetan keris atau tusukan bahkan tembakan mendarat di tubuh mereka. Sementara yang memilih melarikan diri meninggalkan base pertahanan pun tidak luput dari kejaran tentara PETA.

Di antara pengejar itu juga sudah terdapat Sasuke.

Dess!

Sasuke berhasil menyusul salah satu dari buruannya itu. Sementara serdadu yang di tendang punggungnya jatuh tersungkur di tanah.

"Tersukan kejar mereka, jangan ada yang lolos" Sasuke memperingatkan yang lain. Karena ada beberapa rekannya yang berhenti dan hendak mengeroyok serdadu yang di jatuhkan Sasuke.

"Am… amuni saya tuan!" ujar serdadu itu dengan bahasa indonesia yang terbata-bata dengan wajah ketakutan.

"Saya tidak akan mengurangi perbuatan saya ragi" ujar serdadu itu terbata dalam bahasa Indonesia yang kurang fasih. (NOTE)

Sasuke menatap tajam pada serdadu jepang, ia malah menunjukkan seringai ingin membunuh pada serdadu itu. Ia pernah mengalami kebusukan para tentara jepang.

Masih segar dalam ingatannya dua bulan sebelumnya, tepatnya di bulan April, ketika ia juga turut berjuang di Blitar bersama Syodanco Supriyadi.

Romusha ataupun Heiho yang di lakukan secara paksa dan di luar batas prikemanusiaan. Dan sebagai putera bangsa, para pejuang tidak tega. Di samping itu, para prajurit Jepang juga merendahkan para pejuang. Hal itulah yang memicu Supriyadi untuk membakar semangat para pejuang untuk bangkit dan melawan. Namun berkat kebusukan Kolonel Katagiri (Komandan Pasukan Jepang), Jepang yang terdesak, berhasil melakukan menipu tentara PETA dengan pura-pura di ajak berunding. Indonesia yang begitu mencintai kedamaian, tentu saja setuju. Berkat penipuan licik itu, empat perwira PETA di hukum mati, sementara syodanco Supriyadi berhasil meloloskan diri.

Dan disaat itu pula, PETA yang kehilangan perwira tangguhnya mulai kocar-kacir, termasuk Sasuke. Ia memilih ikut melarikan diri sampai di sini, di Gumilir, Cilacap. Ia pun lagi-lagi bergabung dengan tentara PETA. Di saat yang sama ia mengajak yang lain untuk menyerang kamp tempat pekerja Romusha dan membebaskan para pekerja Romusha. Sebagian dari pekerja Romusha itu ikut bergabung dengan Tentara PETA, termasuk Kizashi.

Perlawanan di Gumilir, Cilacap ini di pimpin oleh Budanco (Pemimpin Regu), Kusaeri. Tapi Kusaeri di tangkap dan hendak di hukum mati. Namun kali ini Sasuke tidak ingin mundur lagi, ia dan pejuang lainnya tetap memutuskan untuk berjuan meski tanpa adanya pemimpin Regu. Mereka hanya mengangkat seseorang dan di jadikan pemimpin perlawanan. Sangat beruntung bagi Kusaeri dan kawan seperjuangannya, hukuman mati atasnya di batalkan karena kabar Jepang juga terdesak oleh Sekutu. Sehingga perhatian jepang terbagi dua, termasuk para serdadunya di Indonesia. Maka hal ini di manfaatkan sebaik-baiknya oleh Sasuke atau bahkan Kusaeri sendiri untuk menyerang post Jepang di Cilacap.

Karena masih baru terjadi, Sasuke sangat tidak percaya pada orang Jepang. Ia malah makin menatap sinis pada serdadu yang di tangkapnya.

"Karian ricik, busuk, kau pikir aku mempercayai mulut busuk karian" ujar Sasuke yang merasa sekarang di atas angin, malah meledek dengan mengikuti gaya bahasa orang jepang.

Melihat adanya aura pembunuh dari Sasuke. Serdadu itu makin beringsut ketakutan, "ampuni saya.."

Crass!

"Aaaarrrghh…"

Jeritan menyayat dari serdadu itu karena Sasuke sudah menikam di sambungan bahu si serdadu. Tidak hanya itu, Sasuke pun memotong kedua tangan dan kaki si seradadudengan katan yang sebelumnya ia sempat rampas.

Lolongan menyayat hati dari serdadu itu makin terdengar. Setelah puua menyiksa serdadu itu. Sasuke memenggal kepala serdadu itu. Kepalanya menggelinding dengan mata melotot dan menunjukkan rasa takut dan kesakitan, bahkan seakan belum rela nyawanya berpisah dari raga.

"Ini balasan atas romusha dan kebusukan kalian pada perwira kami di blitar" nada dingin Sasuke menatap kepala tanpa tubuh yang matanya masih melotot dan mengarah pada Sasuke. Melihat hali itu, mata yang melotot seram itu, bukannya membuat Sasuke takut, malah menendang kepala itu dengan tatapan jijik.

Dari jauh, tampak asap mengepul di sertai dengan pekikan takbir. Sasuke tersenyum bahkan sampai bersujud syukur, itu tandanya, markas jepang yang berkuasa di wilayah Cilacap dan sekitarnya berhasil di runtuhkan.

Sasuke kembali teringat pada Kizashi. Ia segera buru-buru ke tempat Kizashi yang ia tinggalkan dalam keadaan terluka.

"Ayo paman" Sasuke segera membantu Kizashi berdiri dan memapahnya.

"Apa yang ingin kau rencanakan setelah ini, Sasuke" tanya Kizashi sambil berjalan menuju tempat medis. Medis di sini belumlah menggunakan obat kimia. Dan beruntung Indonesia gudangnya obat herbal. Maka para medis di sini kebanyakan, mengobati para pejuang dengan menggunakan obat herbal.

"Aku ingin merdeka paman. Aku belum puas jika para penbjajah itu belum terusir. Aku berencana akan bergabung dengan gerakan bawah tanah. Aku mendengar selenting kabar, kalau ada gerakan bawah tanah yang di lakukan oleh SUtan Syahrir. Aku ingin bergabung dengan mereka"

"Mereka sekarang berada dimana?"

"Di Jakarta dan Jawa Barat" jawab Sasuke sambil tetap berjalan dan memapah Kizashi.

"Tepat sekali, paman dari Bandung. Bagaimana kalau setelah ini. Kita berangkat bersama, sepertinya cara berjuang seperti itu patut di coba"

Sasuke menghentikan langkahnya, kepalanya di tolehkan pada Kizashi. "Sebaiknya Paman istrahat. Bukankah paman bilang kalau paman memiliki seorang puteri" nada yang agak beda di ucapkan Sasuke, sangat terasa oleh Kizashi. Perasaan dari seorang anak yang menghawatirksn orang tuanya.

Kizashi tersenyum.

"Paman" Panggil Sasuke perlahan. "Aku akan terus berjuang bersama para pejuang, sampai impian kemerdekaan ini terwujud. Aku janji padamu paman"

Lagi-lagi Kizashi tersenyum. "Mungkin aku memang sudah tua, Sasuke. Saatnya memang istrahat, dari pada menjadi beban. Kami yang tua hanya bisa berdoa untuk keberhasilan kalian", begitulah ucapan Kizashi, semata-mata agar Sasuke tidak kecewa. Kizashi tak ingin menjadi keras kepala dengan memaksakan kehendak untuk ikut berjuang bersama Sasuke.

Kizashi sadar, dan ingat pada puteri semata wayangnya yang ia tinggalkan bertahun-tahun untuk ikut perang gerilya. Sayangnya saat peralihan kekuasaan dari tangan Belanda ke Jepang, ia malah tertangkap dan di jadikan Romusha

"Terima kasih paman" Kizashi cuma menyambut dengan anggukan dan senyuman.

"Berjuanglah, anakku" balas Kizashi.

Sasuke mendudukkan Kizashi sambil menunggu giliran mendapatkan penangannan.

"Paman, aku akan berangkat"

"Dengan apa?"

"Kereta, tentunya" jawab Sasuke yang masih duduk dan setia menemani Kizashi.

"Aku ingin pulang" jelas kini wajah Kizashi terpampang raut wajah kerinduan. Sasuke menarik sudut bibir. Sasuke menduga kalau keinginan Kizashi pulang karena ingin menemui puterinya yang selalu ia ceritakan.

"Baiklah paman, setelah paman sembuh. Aku akan mengantar paman pulang ke Bandung" usul Sasuke.

"Tidak perlu Sasuke. Kejarlah keinginanmu yang ingin berjuang bersama Sutan Syahrir. Sekarang dia ada berada di Jakarta. Sedang menyamar jadi penjual nanas" Sasuke menatap Kizashi dalam-dalam, ia heran, dari mana Kizashi bisa tahu kalau Sutan Syahrir sekarang sedang menyamar.

Kizashi malah tersenyum, "Begini-begini, aku adalah pemimpin gerilya. Paman memiliki banyak anggota yang lepas dari sergapan tentara jepang. Dari merekalah banyak info yang paman dapat" Sasuke kelihatan lega, ia sangat mempercayai pria itu.

"Baiklah Paman, aku akan berangkat. Paman akan segera mendapatr perawatan. Permisi paman"

"Sasuke", panggilan Kizashi membuat Sasuke menghentikan langkah, "Jika di Jakarta kau memiliki tempat tinggal. Tolong kabarilah Paman"

"Iya Paman. Aku berangkat"

SSS

Kereta yang ditumpangi Sasuke mulai berjalan perlahan, lama makin lama, kecepatan kereta api itu makin bertambah. Tujuan Sasuke adalah Jakarta, tempat yang menurut Kizashi adalah tempat Sutan Syahrir. Kali ini Sasuke berniat ingin berjuang dengan otak, ia sudah tahu sebagian tentang seluk beluk pria kelahiran Padang Panjang, Sumatera barat itu. Sasuke pun mengetahui latar belakang Sutan Syahrir termasuk latar belakang pendidikannya. Maka Sasuke ingin menimbah beberapa ilmu dari pria kelahiran tahun 1909 itu

Di atas kereta yang sesak itu, Sasuke nampak tidak peduli. Bau rokok terasi atau ikan membuat udara segar makin susah di hirup.

Di tempat perhentian, orang kembali berdesak-desakan. Pekikan tukang karcis kembali terdengar, "yang mau turun, Ayo cepat"

Orang mulai bernafas lega, namun itu hanya sebentar. Kembali kereta itu penuh sesak. Dari bawah depan pintu masuk seorang pria Jepang berteriak, "Kasih jaran, baka"

Orang-orang pun akhirnya saling berdesakan memberi jalan pada pria Nippon. Orang dari Negara yang kini mengambil alih kekuasaan di ibu pertiwi.

Sasuke hanya mendengus menatap pada pria Nippon. Si pria Nippon cuma menatap sekilas dan beradu tatap dengan tatapan tajam dari Sasuke. Si pria Nipon kembali mengabaikan Sasuke. Sementara itu, Sasuke harus menahan diri melihat ke angkuhan si pria nippon, kalau saja hatinya menahan agar tidak membuat rusuh, sudah pasti pria nippon itu akan di habisi saat itu juga. Kebencian nya pada orang jepang ingin sekali ia lampiaskan sekarang, pada orang jepang yang angkuh tadi.

Lagi-lagi kereta listrik atau trem kembali berhenti perlahan. Para penumpang mulai kwatir, jikalau ada masalah dengan trem yang mereka tumpangi. Semua orang melihat keluar. Di tengah rel berdiri tiga orang Jepang menahan trem. Sang kondektur yang takut akan keselamatan kepalanya, memilih menghentikan trem.

Ketiga orang jepang itu naik dengan sikap pongah. Tangan penumpang lain pun tergores terkena pangkal pedang dari orang Jepang. Merasa kalau para penumpang trem menjadi ciut, ketiga orang jepang itu tertawa dengan keras penuh kemenangan karena tak ada yang berani pada mereka.

Trem kembali melaju, ketiga orang Jepang itu masih tertawa, bahkan terasa kalau tawa mereka di sengaja untuk mengejek orang-orang pribumi yang nampak takut pada ketiganya.

Melihat itu, Sasuke makin menggeram. Ia sudah tidak tahan lagi, "Saudaraku…" Sasuke meminta perhatian. "Manusia rakus ini hanya tiga orang. apanya yang kalian takuti. Aku sudah banyak menghabisi para manusia laknat ini. Aku adalah prajurit PETA"

Sontak tiga orang Jepang itu menatap marah pada Sasuke. Mungkin mereka mengerti apa yang di katakan Sasuke.

"Nani…" ucap pria jepang itu marah. Sontak saja ia memegang gagang pedangnya.

Srat!

Namun baru setengah bagian pedang yang kelihatan. Tangan Sasuke bergerak lebih cepat lagi menahan pria jepang itu.

Dek! Dung!

Karena tempatnya sesak karena penuh penumpang, Sasuke menggunakan kepalanya untuk menghajar wajah pria jepang itu.

Darah mengucur dari hidung si pria jepang karena terkena sundulan Sasuke.

Tidak hanya itu Sasuke langsung mengarahkan dua tendangannya secara bergilir pada dua rekan Si pria pertama.

Tendangan keras Sasuke membuat kedua nya langsung jatuh tersungku sambil memegangi bagian tubuh yang baru saja di hajar Sasuke. Keduanya nampak meringis menahan rasa sakit yang sangat. Sementara si jepang yang terkena sundulan Sasuke hanya bisa memegangi hidungya yang mungkin tulangnya sudah retak.

Orang jepang yang pertama kali naik di trem, melihat tiga rekannya sesama Jepang sudah tersungkur. Ia bergerak hendak membokong Sasuke.

"Ngik!"

Suara seorang di cekik di belakangnya, sontak saja Sasuke menoleh. Dan tampaklah seorang pria bertubuh besar mencekik pria jepang lainnya.

"Bagaiaman kalau kita melempar saja ke empat keparat ini dari trem ini" tiba-tiba saja si pria besar memberi usul.

Entah siapa yang mulai, sontak penumpang yang sesak itu berteriak kegirangan. Mereka semua adalah korban atau mungkin hanya menyaksikan kebengisan serdadu Jepang, tentu saja senang.

Ketiga seradadu jepang itu hanya berteriak memakai dalam bahasa yang tidak ada satu orang pun yang mengetahui, saat para penumpang itu memegang dan mengangkat rame-rame tubuh serdadu itu.

Tidak cukup dengan itu, para penumpang mulai memukuli si serdadu secara brutal. Tubuh yang masih bersimbah darah itu dan sepertinya masih bernafas. ke empat serdadu itu di lemparkan keluar dari trem yang melaju kencang.

Lagi-lagi sorakan kegirangan terdengar dari dalam trem yang sarat penumpang itu.

Di perhentian STASIUN KONINGSPLEIN/WELTEVREDEN (sekarang Gambir) Sasuke turun dengan tubuh terasa agak letih, karena dalam trem yang sesak ia kurang banyak bergerak. Selain itu kurangnya udara segar dalam trem membuat ia sekarang kelihatan berkali-kali mengembangkan dada menghirup udara segar.

Ketika Sasuke memutar tubuh dan hendak melangkah, tanpa sadar tangannya menyengol seseorang yang lewat di dekatnya.

Seorang wanita muda, berambut merah muda dan berparas cantik, mungkin sangat cantik. Keduanya seakan terpana dan seperti terpaku sesaat, kala onyx milik Sasuke beradu dengan mata emarald nan teduh dari gadis itu.

"Maaf" bibir tipis dari gadis itulah yang mulai membuka suara. Kedua telapak tangannya di katupkan di bawah dagu. "Aku tidak sengaja" ujarnya sambil menundukkan kepala.

"Oh. Tidak apa-apa. Seharusnya sayalah yang meminta maaf" balas Sasuke.

Keduanya kembali saling tatap. Dan di akhiri dengan saling melempar senyum manis.

Gadis itu, kelihatan agak merona sambil memutar tubuh dan menundukkan kepala. Berikutnya gadis itu melangkah dan keliahatan agak terburu-buru.

Sasuke hanya menatap punggung gadis itu hingga gadis itu menghilang di tengah keramaian. Ada rasa dari dalam hati yang mendorong Sasuke tak ingin melepas pandangan dari gadis itu. Sesaat kemudian Sasuke menarik sudut bibir dan mengangguk tidak pasti, tidak ada yang tahu kenapa ia demikian kecuali Sasuke sendiri.

Berbekal keterangan dari Kizashi tentang Sutan Syahrir yang menyamar menjadi penjual nanas. Maka Sasuke pun mulai mengambil langkah pertama dengan mencari penjual nanas. Ciri-ciri dan kebiasaan Syahrir pun sudah ia kantongi.

...HAPPY INDEPENDENCE DAY…

Sasuke melangkahkan kaki menuju toko kelontongan. Berhari-hari ia mencari keberadaan Syahrir. Ia mengetahui kalau Syahriri sering melakukan penyamaran. Ia sudah mencari-cari orang yang di maksud yang konon sering menyamar sebagai penjual nanas. Namun hasilnya nihil..

Sassuke memicingkan matanya sambil menatap lamat-lamat pada orang yang sedang berjalan lewat di depannya. Pria berusia sekitar 35 tahunan, tubuh tegap dengan rambut pendek dan di sisir rapi.

Sasuke mengamati pria yang berhenti hendak membeli sesuatu dari ujung kaki sampai ke ujung kepala. Sasuke sumringah, orang yang ia cari-cari kini berada di depan mata.

"Tuan!" panggil Sasuke hati-hati dan sopan. Ia pun sengaja tidak menyebutkan nama Syahrir.

Orang yang di sapa Sasuke itu menatap Sasuke. Nampak sekali kalau pria yang bisa di katakan relative muda itu menatap heran pada Sasuke.

"Bolehkah saya berbicara dengan Tuan?"

Pria itu malah tersenyum sebelum menjawab, "Apakah kau tidak salah orang, saudaraku?"

"Karena itulah, saya ingoin berbicara denganmu" jawab Sasuke.

Terlihatlah pria itu menarik nafas panjang, "Baiklah. tapi jangan di sini"

Sasuke mengangguk menyetujui. Maka ia pun mengikuti langkah pria yang ia duga adalah Sutan Syahrir.

Cukup lama Sasuke mengikuti pria itu. Keduanya melangkah tanpa ada yang memulai membuka suara.

"Ada apa gerangan yang hendak kau bicarakan, saudaraku"

"Aku hendak mencari anda, Tuan Syahrir. Nama saya Sasuke"

"Sasuke?" Pria yang sasuke panggil sebagai syahrir, kembali mengulang nama Sasuke secata perlahan.

"Bagaiamana kau bisa yakin kalau aku adalah Syahrir. Dan kenapa kau ingin mencariku" tanya pia itu dengan penuh wibawa.

Sasuke tersenyum senang, dari gaya bicara si pria, ia makin yakin kalau itu adalah Syahrir, gaya dari seorang yang mengenyam pendidikan.

"Saya ingin bergabung dengan anda Tuan…"

"Jangan memanggilku dengan itu. Tidak enak rasanya" potong pria itu.

Makin senanglah Sasuke, ia makin yakin orang yang didepannya adalah Sutan Syahrir.

"Bagaimana kalau saya panggil bapak saja. Dan tujuan saya menemui bapak adalah ingin bergabung dan mungkin bisa menimbah ilmu dari anda"

"Kau benar akulah Syahrir. Dan jika kau ingin ikut, bukan masalah, karena kami tidak memiliki klasifikasi khusus. Yang penting sejalan dengan pemikiran dan cara kami. Dan satu lagi, Sasuke. Ilmu yang kumiliki tidaklah seberapa, jangan membuatku takabbur dengan bahasamu yang ingin menimba ilmu"

Sasuke menaruh hormat dengan cara merapatkan dagunya kebawah, "Terima kasih Pak"

"Ikutlah dengan saya"

SSS

Syahrir mengajak Sasuke ke sebuah rumah sederhana, tapi cukup besar. Rumah bernuansa betawi itu nampak sepi. Sasuke tidak terlalu ambil pusing dengan keadaan itu. Ia tahu, sebagai tokoh pergerakan bawah tanah, yang berjuang tanpa senjata, tentu saja penyamaran adalah hal paling mendasar dan lagi tidak mencolok.

"Silakan, di sini kita akan menjumpai banyak rekan yang sepemikiran" Syahrir mempersilakan Sasuke.

Meski nadanya terdengar berwibawa, namun, sikapnya masih penuh ramah tamah.

"Terimakasih, Pak" jawab Sasuke berusaha menyamakan sikap Syahrir yang ramah tamah.

Syahrir tetap melanjutkan langkah sambil mengajak Sasuke ke suatu ruangan. Dan ternyata di ruangan itu Sutan Syahrir sebenarnya sudah di tunggu oleh beberapa orang.

"Perkenalkan, ini orang yang baru bergabung dengan kita. Dia adalah tentara PETA yang sempat berjuang di Blitar dan Cilacap" sontak seluruh pandangan mengarah pada Sasuke.

Sasuke hanya menganggukkan kepala sebagai rasa hormat.

"Nah, Sasuke, silakan bergabung dengan yang lain" Pinta Syahrir pada Sasuke.

Sebagai orang yang berniat belajar banyak dari seorang Syahrir, maka Sasuke segera meminta izin agar ia duduk di deretan depan. Hadirin yang hadir yang relative muda itu, tentu saja tidak keberatan.

Di depan Sasuke dan yang lain, kini Syahrir mulai memberikan berita-berita yang ia peroleh.

"Dan aku yakin, Jepang akan kalah. Dan itulah saatnya, untuk kita merebut kemerdekaan" Tutup syahrir.

Seseorang di samping Sasuke tiba-tiba mengacungkan tangan, "Bagaimana anda yakin kalau Jepang akan kalah kalah?"

Syahrir menatap rekan-rekannya satu persatu. Ia tidak ingin di sebut sebagai pemimpin yang menonjol, maka tatpannya seakan mengartikan kalau ia memberi kesempatan pada yang lain. Baik menambah pertanyaan ataupun menjawab pertanyaan yang lain, yang sekaligus digunakan sebagai informasi tambahan.

"Begini" Syahrir dan yang lain menunggu kelanjutan Sasuke. Mungkin pertanyaan atau malah perynataan tambahan.

"Saya setuju dengan dugaan dan analisa Bapak Syahrir kalau jepang akan kalah. Saya juga mendengar segelintir kabar kalau, saat ini, Jepang sudah mulai terdesak oleh tentara sekutu" lagi-lagi tatapan semua tertuju pada Sasuke. Seakan ingin mempertanyakan ke-valid-an dari info yang di berikan Sasuke

"Apa yang di katakan Sauske benar adanya. Di Guadalkanal Jepang mulai terdesak. Karena itulah sekarang konsentrasi kaisar jepang tebagi dua. Yaitu tetap mempertahankan wilayah Jajahannya guna memebuhi kebutuhan industri dalam negeri. Selain itu, biaya yang di keluarkan untuk perang semakin membengkak seiring dengan kekalahan-kekalahan mereka di bawah Sekuatu" Syahrir membenakan apa yang di ucapkan Sasuke.

"Karena itulah kita sebagai kaum pergerakan, kita harus menyiapkan diri untuk merebut kemerdekaan di saat yang tepat" imbuh Syahrir.

"Bagaimana bapak bisa tahu kalau situasi Jepang mulai terdesak oleh Sekutu, bukankah radio sebagi pusat berita kita di larang oleh Jepang?" tanya seorang lainnya. Dari gaya bicaranya dia bisa saja adalah seorang sasterawan.

Syahrir hanya tersenyum, "Satasiun radio kita memang sudah di segel. Tapi bukan berarti saya tidak mengikuti perkembangan. Saya mengetahui semua ini dari kanal siaran radio luar negeri" sesaat kemudian pandangannya di arahkan pada Sasuke, "Lalu Sasuke, bagaimana denganmu. Maksud saya, dari mana kau tahu kalau jepang makin terdesak?"

"Saya hanya mendengar dari seorang mantan pemimpin gerilya, menurutnya, ia banyak memiliki hubungan" jawab Sasuke tanpa mengurangi nada hormatnya pada Syahrir.

"Mungkin sahabatmu itu mendapat berita dari orang seperti saya yang sering mengikuti berita luar negeri"

"Saya ada usul, bagaimana kalau kita memberitahukan hal ini pada Bung Karno, agar segera menyatakan kemerdekaan" Sasuke mulai angkat bicara.

"Kenapa harus beliau" dalam hati, Sayahrir setuju. Biar bagaimanapun Sukarno bisa di katakan tetuanya, karena sekarang syahrir adalah pendukung PNI (Partai Nasional Indonesia), besutan Sukarno. Tapi Syahrir sengaja menguji Sasuke, sejauh apa pengalaman dan visi Sasuke.

"Kita sudah banyak mendengar kiprah hebat beliau. Apa lagi setelah membentuk Algemenee Studie Club, yang merupakan cikal bakal lahirnya PNI yang kini sudah mulai banyak kaum intelektual di dalamnya. Dan sekarang beliau bersama Bung Hatta juga sudah mendapat perhatian dari jepang. Dan mungkin berusaha menarik perhatian dari keduannya" Syahrir menatap Sasuke dengan bangga. Syahrir sendiri tak menyangka kalau pria semuda Sasuke memiliki pandangan dan wawasan yang cukup bagus.

"Tapi saya dengar" tiba-tiba suara lain menyela. Pemuda itu mungkin seusia dengan Sasuke, "Kudengar, Bung Karno dan Bung Hatta malah memilih menjalin kerja sama dengan Jepang. Alasannya ingin menghentikan kolonialisme barat"

"Untuk itulah, kita harus meyakinkan mereka segera" balas Sasuke.

"Tenang, berita-berita tentang terdesaknya pihak jepang dan dugaan-dugaan kalau Jepang akan menyerah,s ering saya sampaikan secara diam-diam pada Bung Hatta" Syahriri segera menyela, agar Sasuke dan pemuda lainnya tidak jadi berdebat. Biar bagaimanapun, Syahriri khawatir, karena orang yang akan berdebat itu adalah dua orang pemuda. Ada kemungkinan keduanya bisa tersulut.

"Karena sehubungan dengan semua itu, seperti kata Sasuke tadi, mungkin memang saatnya kita menjumpai kedua pejuang pergerakan nasional itu, agar segera memproklmasikan kemerdekaan" imbuh syahrir.

Berikutnya Syahrir menatap hadirin satu persatu, "Saya harap ada beberapa di antara kalian yang bersedia menemani saya. Bagaimana Wikana, Darwis dan Chaerul Saleh"

"Tentu saja" jawab orang yang di sebut namanya serempak. Ketiga orang tersebut adalah rekan seperjuangan bawah tanah Sutan Syahrir. Sama seperti Sasuke, ketiga orang itu adalah pejuang atau prajurit PETA, yang mengikuti langkah Sutan Syahrir.

"Dan Kau Sasuke, kau juga boleh ikut" tentu saja Sasuke begitu senang mendapat tawaran itu. Maka ia tanpa ragu menyetujui

.

.

.

.

TO BE CONTINUED

NOTE : agar paham, 'R' ganti 'L'. Perlu di ingat, orang jepang kurang fasih dalam melafalkan huruf 'L' dan lebih terasa seperti R

.

.

.

Yo… sohib, awalnya aku tetap pingin memakai tokoh fiksi, misal Soekarno di gantikan Hashirama, tapi di putuskan memakai tokoh real person (katanya, ini di larang di situs ini ya?... ah masa bodohlah, silakan aja buat administratornya agar mem-block saya. Saya bisa ngungsi ke tempat lain kok) :D

Ps: karena nulis buru-buru di publish, maka mungkin fict ini akan di remake. Jadi saya berharap sobhib memberikan masukan. Yang sekiranya kelak tidak mengubah substansi dari fict ini.

Sankyu…