Copyright © 2015 by Happyeolyoo

All rights reserved

.

.

Bad Oppa

Genre : Romance, Drama

Rate : T

Pairing : HunHan as Maincast.

Chapter : 1/7

Warning : Genderswitch. Miss typo(s).

Disclaimers : The cast is belonged to God, their parents, and their company. All text here is mine. Dilarang memproduksi atau memperbanyak seluruh maupun sebagian dari cerita ini dalam bentuk atau cara apapun tanpa izin dari penulis.

Summary : Kisah percintaan yang dimiliki Luhan terkesan sempurna. Dia dicintai sepenuh hati oleh Oh Sehun, kekasih yang enam tahun lebih tua darinya; begitu pula sebaiknya. Hubungan mereka berjalan mulus, nyaris tanpa cacat sehingga Luhan merasa terbuai. Namun berkat sebuah pesan chatting yang ditemukannya di ponsel Sehun, untuk yang pertama kali dalam dua tahun terakhir, kecurigaan muncul dan mengacaukan kepercayaan Luhan.

BGM : 그랬다면 by Kim Nayeong

Luhan itu gadis pendiam; mulutnya akan menganga jika dia akan melontarkan suatu yang teramat penting. Dia hampir tidak pernah berucap basa-basi, lebih tepatnya membenci penyampain hal dengan metode bertele-tele. Wajahnya cantik, hidungnya kecil dan mancung, belah bibirnya tipis sempurna, warnanya semerah ceri masak. Tubuhnya pendek, tiap jengkalnya dilapisi kulit seputih dan semulus susu. Rambutnya dibiarkan tumbuh panjang, bergelombang begitu indah kendati tidak pernah mendapatkan perawatan rutin.

Kesempurnaan itu dibekali dengan sikapnya yang terkesan misterius. Sehingga ketika dia terdaftar menjadi mahasiswi baru di Universitas Hanguk, para senior mulai melirik dan menjadikannya kandidat untuk diajak kencan. Semua orang menyukai Xi Luhan; dia terkenal baik dan lemah lembut kendati tidak banyak bicara.

Namun baru genap tiga bulan terdaftar sebagai mahasiswi, muncul kabar bahwa Xi Luhan sudah memiliki kekasih. Seorang pegawai kantoran yang sering membawa mercedesnya untuk mengantar-jemput Luhan. Tiap kali ditanya mengenai siapa sosok pemuda berkulit putih yang selalu mengantar Luhan, gadis itu hanya tersenyum; tanpa mengucap ya. Sekitar beberapa bulan kemudian, Luhan benar-benar mengatakan bahwa dia memang sudah punya pacar.

Namja beruntung yang menggaet hatinya adalah Oh Sehun; seniornya ketika masih di Sekolah Dasar. Yang sekarang sudah bekerja di perusahaan besar yang bergerak di bidang properti. Umur mereka terpaut enam tahun, namun, tidak masalah.

Karena Xi Luhan mencintai Oh Sehun. Begitu pula sebaliknya.

"Hei, Xi Luhan, seharusnya kau bisa menjadi cewek yang lebih agresif. Pekerja kantoran harus dirayu agar tidak lari ke cewek yang lain," Baekhyun, si gadis bermata sipit yang selalu menimbulkan keonaran kecil atau pun besar, berucap tiba-tiba setelah dia mengoles ulang eyeliner di garis matanya. Matanya yang sipit melirik Luhan yang berdiri tepat di sampingnya lewat kaca besar di hadapannya, memerhatikan apa yang dilakukan gadis itu lalu dia menghela napas. "Kau harus berdandan lebih konfrontatif."

Luhan balik melirik sahabatnya, jemarinya yang lentik mendorong lipglossnya ke dalam punch kecil yang selalu dibawanya kemana-mana. "Benarkah?"

"Tentu saja. Sainganmu itu banyak sekali, Lu. Di kantornya, bisa jadi semua wanita bertarung habis-habisan dengan perawatan mahal serta make-up untuk merayu sesama teman kerjanya," Baekhyun bertelekan pinggang. "Dan menurut penilaianku, Sehun itu .., well, cowok yang keren."

Luhan tersenyum ketika mendengar pujian itu terlontar untuk kekasihnya.

"Sekali-kali, kau harus bersikap lebih agresif agar dia tidak lari ke cewek lain," Baekhyun menambahkan. Lalu pandangannya menelusuri seluruh tubuh Luhan dari atas hingga bawah, mengeryitkan dahi saat menilai kemampuan Luhan dalan hal fashion. "Dan cobalah memakai gaun yang lebih ketat. Jangan pakai gaun-gaun anak SMA yang penuh kerutan dong. Kau kelihatan seperti bocah alih-alih mahasiswa."

"Sehun suka acara berpakaianku, kok."

Baekhyun memutar bola mata. "Aku jamin kalau Sehun lebih suka melihatmu pakai gaun ketat."

Luhan merona, mengulum bibir demi menyembunyikan kedutan pada bibirnya. Sebelum Baekhyun kembali mengucapkan sesuatu, ponsel milik Luhan berdering ribut. Id caller milik Sehun tercetak pada layarnya yang berkedip. Pemuda itu mengatakan jika dia sudah berada di gerbang depan, menjemput Luhan seperti biasa. Jadi, saat itu juga dia berpamitan pada Baekhyun dan berjalan secepat mungkin menuju gerbang.

Sehun ingin mengajak Luhan ke restoran untuk makan siang. Tapi terlebih dahulu, Sehun mampir ke sebuah apotek untuk membeli beberapa vitamin. Luhan memilih untuk duduk di mobil yang berpendingin sebab dia melihat banyak sekali pengunjung di apotek langganan Sehun. Jadi ketika Sehun sudah keluar dari mobil, Luhan mulai mengotak-atik mp4 player yang tersambung pada ipod milik Sehun. Memilih lagu-lagu baru yang ada di sana, menekan tombol play, dan mendengarkannya dengan seksama.

Tiba-tiba ada denting lain yang terdengar, dering notifikasi dari ponsel Sehun yang kebetulan ditinggalkan tepat di belakang persneling. Ada sebuah pesan percakapan yang baru masuk.

Dari Krystal. Seorang wanita berambut cokelat yang cantik, jika ditelisik dari foto profil yang digunakannya pada akun SNS itu. Luhan meraih ponsel itu, menekan tombol open untuk melihat siapa si Krystal yang mencoba menghubungi kekasihnya.

"Sehun-ie, jadi kau pergi makan siang dengan bocah itu?"

Luhan mengerutkan alis. Kenapa wanita ini memanggil Sehunnya dengan panggilan seperti itu? Dan kenapa pula dia memanggil Luhan dengan sebutan bocah? Semua orang tidak berhak menyebut Luhan sebagai bocah, bahkan ibunya sekali pun.

Didorong oleh rasa tidak terima, jemarinya bergerak menggeser layar ke atas untuk membaca percakapan seperti apa yang dilakukan Sehun dengan cewek bermulut kasar ini.

Ternyata mereka berdua telah membicarakan banyak sekali hal. Percakapan-percakapan yang melibatkan topik pribadi. Antara Oh Sehun dan Krystal. Luhan jadi gemetar saat membaca tiap pesan yang terkirim dari wanita itu.

"Kau menginginkannya? Kalau begitu kau mendapatkannya." Kalimat itu diakhiri oleh tanda kecup mesra, dan tepat di bawahnya ada gambar close-up dari cewek bernama Krystal yang memakai kamisol ketat berenda. Secara tidak langsung, wanita itu tengah memamerkan belahan payudaranya dengan amat pongah.

Luhan menahan napas, kembali membaca deretan kalimat yang dilontarkan Sehun sebagai tanggapan.

"Astaga, kau tetap seksi seperti dulu, sayang. Bisakah aku mendapatkan yang lebih dari itu hahaha," isi pesan dari Oh Sehun untuk merespon foto tersebut.

"Bisa dipertimbangkan," lagi-lagi tanda kecup. "Nanti pukul delapan, Sehun. Dan jangan lupa beli kondom hahaha kau selalu melupakannya. Kutunggu nanti, ya."

Setelah membaca tulisan itu, tahu-tahu aplikasi chatting itu sudah di-close sebab ujung ibu jari Luhan memencet tombol bulatan kecil di tengah ponsel Sehun. Tubuhnya mendadak kaku, seperti orang yang baru terkena penyakit stroke. Tangannya sudah menggigil hebat, entah karena kedinginan akibat pendingin di mobil Sehun atau karena keterkejutannya sendiri. Pikirannya kacau, dewi batin serta akal sehatnya sedang berargumen sambil melontarkan kalimat-kalimat yang bertolak belakang.

Siapa Krystal? Kenapa Sehun dan Krystal mengobrolkan sesuatu yang tabu seperti itu? Kenapa Krystal memanggil Sehun dengan sebutan sayang? Kenapa? Kenapa?

"Luhan? Ada apa?"

Ponsel milik Sehun yang semula digenggam erat oleh jemari Luhan, terjatuh begitu saja saat gendang telinga Luhan ditembus oleh suara Sehun. Ponsel pipih itu jatuh membentur persneling, dan akhirnya tergeletak tak berdaya tepat di bawah pedal gas.

Luhan menoleh defensif ke arah Sehun yang kini meraih ponselnya, melotot begitu lebar sambil menggigit bibir. Ada banyak sekali kerutan pada dahinya, tersebar begitu saja akibat perang yang terjadi di bawah sadarnya.

"Kau kenapa? Apa ada yang meneleponku?" Sehun bertanya dengan nada tenang, mengecek menu sambungan terakhir dan tidak menemukan kontak yang baru menelepon nomornya. "Luhan? Kau baik-baik saja?"

Luhan makin menggigil ketika telapak tangan Sehun jatuh di pundaknya. Segalanya terasa asing. Dengan amat susah payah, kepalanya mencoba mengangguk satu kali.

"Apa kau sakit? Tadi tidak apa-apa kok," Sehun mencoba mengecek suhu tubuh kekasihnya dengan meletakkan punggung tangannya pada dahi serta tengkuk Luhan. "Apa ada yang mengejutkanmu?"

Luhan tersentak. Kali ini dewi batinnya yang mulai meringkuk dalam kesedihan, mempertanyakan seberapa hebat kemampuan Oh Sehun dalam mempertahankan ketenangannya.

"Luhan? Jangan membuatku khawatir. Ayo katakan kalau kau baik-baik saja," Sehun menangkup sebelah pipi Luhan yang pucat.

"A-aku ..," Luhan memutus pandangan yang terjalin antara manik matanya dan manik mata Sehun ketika otaknya mulai dipenuhi kalimat semacam, 'Siapa Krystal?' dan 'Apa hubungan antara kau dan Krystal?'.

"Ayo, coba katakan apa yang terjadi padamu," Sehun memperlembut suaranya. "Kau membuatku khawatir."

"A-aku," Luhan memejamkan mata, tinjunya tergulung kuat-kuat tepat di atas tas Gucci yang dibelikan Sehun sekitar sebulan lalu. Mendadak dadanya terasa sesak, namun Luhan tahu jika dia harus bersikap baik-baik saja. Karena dia percaya pada Oh Sehun. "B-baik-baik saja," seketika itu juga akal sehatnya berteriak dan memperolok dirinya sendiri. Begitu bodoh, begitu ejeknya.

"Benarkah? Apa kau tiba-tiba merasa pusing? Apa kau mau aku pergi ke apotek dan membeli obat untukmu?"

"T-tidak," Luhan menepis jauh tangan Sehun yang mengatup di pipinya. Senyuman penuh paksaan terlukis pada belah bibirnya. "Aku tidak apa-apa."

Sehun menghela napas. "Kau yakin?"

Begitu Luhan mengangguk demi meyakinkan Sehun, Sehun menekan tombol starter dan mobil mulai melaju membelah jalanan besar. Suasana terasa cukup canggung karena Luhan lebih memilih untuk tenggelam dalam pikirannya sendiri. Dia masih dipusingkan dengan wanita bernama Krystal yang mengirim pesan-pesan tersebut pada Sehun. Membuat kepercayaannya mulai meleleh dan menggenang seperti air, digantikan oleh kecurigaan yang serasa tidak bisa dikendalikan.

Sehun oppa selingkuh, demikian kata dewi batin Luhan, dengan nada teramat sedih. Dia mengkhianatimu dengan cewek bernama Krystal itu, Luhan.

"..., mungkin seharusnya aku yang pergi untuk mengeceknya agar .., Lu?"

Luhan menoleh singkat, untuk sekali lagi melotot pada Sehun yang mengerutkan dahi penuh rasa heran.

"Kau kenapa sih?" Sehun bertanya sambil memutar stir kemudinya ke kiri. "Kau sedang tidak baik-baik saja," ujarnya, memutuskan untuk menepikan mobilnya dan berhenti sejenak agar dia bisa fokus menginterogasi kekasihnya yang imut.

"A-aku c-cuman," Luhan menggigit bibir, menautkan kesepuluh jemarinya yang bergetar dan perlahan matanya mulai dipenuhi air mata. Dengan amat susah payah, gadis itu mencoba menghalau luapan perasaannya dengan mengedip-ngedipkan kelopak mata. "A-aku mau pulang, oppa."

"Pulang? Kau benar-benar sakit? Apa kau pusing?"

"Kepalaku sedikit .., sakit," bohong Luhan. "Aku ingin pulang saja. Tolong antarkan aku pulang."

"Seharusnya kau mengatakannya padaku lebih awal," Sehun menginjak gas. "Kau masih punya obat pereda sakit kepala di flatmu, 'kan?"

Luhan bergumam sambil mengangguk sementara mobil yang ditumpanginya melaju semakin cepat dan gesit. Dalam hati dia mulai berteriak, mengatakan jika dia ingin segera pulang dan meringkuk dalam ruangan kamarnya. Memikirkan semuanya tanpa Oh Sehun di sampingnya. Mungkin perasaannya akan berangsur menjadi lebih baik.

Mungkin. Kalau saja Luhan masih bertahan pada kebodohannya dan lebih memilih untuk percaya.

Manakala mobil Sehun telah sampai di area parkir khusus yang paling dekat dengan flat mungil yang disewa Luhan, dengan gerakan begitu tergesa-gesa Luhan meluncur keluar.

"Luhan! Pastikan kau minum obatnya!"

Luhan mendengar apa yang coba diteriakkan Sehun saat dia akan melangkah menjauh. Ungkapan itu seakan-akan menjadi mantra yang mampu menjerat kedua kaki Luhan, menahannya agar berhenti bergerak untuk melangkah. Tubuhnya berputar dan kini memandang kaca mobil Sehun dengan tatapan sayu.

Sehun yang menyadari perubahan mimik kekasihnya, memilih mematikan mesin mobil dan ikut keluar. "Ada apa, huh? Mau kuantar sampai ke flatmu?" tanyanya seraya mendekati Luhan.

Pandangan Luhan merendah, napasnya berubah menjadi tempo yang lebih pendek. Tali pegangan tas tangan Luhan rasa-rasanya bisa putus jika digenggam terlalu erat, penuh rasa emosional. Tenggorokannya terasa sakit saat segumpal ludah yang bercampur rasa sakit hati tertelan menuju lambungnya. Perlahan bibirnya terangkat, "Saranghae."

Sehun mengerutkan dahi. "Huh?"

"Saranghae, oppa," Luhan mendongak dan mempertegas nada suaranya. "Kau juga mencintaiku, 'kan? Iya 'kan?"

Luhan adalah gadis pemalu yang sulit sekali mengatakan apa yang sebenarnya dirasakan oleh lubuk hati terdalamnya. Dia hanya pernah mengatakan 'aku cinta padamu' pada Sehun sebanyak tiga kali; ketika Sehun menyatakan cintanya untuk yang pertama kali, yang kedua dan yang ketiga adalah saat dimana mereka merayakan ulang tahun hubungan mereka.

Beberapa menit lalu, Luhan baru saja mengucapkan kalimat itu dengan nada gemetar penuh ketakutan. Wajahnya penuh gurat intimidasi; mengungkapkan seberapa kalut yang dirasakannya sekarang. Tentu saja Sehun merasa sedih jika mendapati kekasihnya dilanda ketakutan hebat. Apalagi gadis itu tidak mengatakan apa yang membuatnya menjadi seperti itu.

"Hei. Kau kenapa?" Sehun merengkuh tubuh mungil kekasihnya yang menggigil akibat dibelai angin musim semi. Seperti biasa, dia akan memberikan tepukan-tepukan lembut pada punggung sempit Luhan. "Tentu saja aku mencintaimu. Aku sangat mencintaimu, Lu," bibir tipisnya mengecup dahi Luhan beberapa kali.

"Kau hanya mencintaiku, 'kan?" Luhan menyambut pelukan itu dengan suka-cita. Menangkap debar jantung kekasihnya dengan gendang telinga, mendengarkannya dengan seksama. "Hanya mencintaiku .."

Sehun melirik ke bawah, ke pucuk kepala Luhan lantas melukis senyuman. Walau dia tidak mengerti mengenai apa yang terjadi pada Luhan, tapi setidaknya dia harus menenangkan Luhan. Dia menghembuskan napas panas sebelum berucap, "Tentu saja aku hanya mencintaimu seorang," ujarnya penuh keyakinan. "Hanya kau yang kucintai."

TBC

Terinspirasi waktu denger lagunya SNSD roomate yang Bad Oppa :") sebenernya ini ff yang udah kubuat cukup lama di masa lampau. Tapi gara-gara aku udah kegiatan ospek dan sekarang jadi lumayan sibuk gegara tetek-bengek tugas, jadi belum bisa update. Hehe sumpah rasanya kangen banget sama kalian. Jadi pengen publish cerita baru.

Nah, kalau udah baca, mind to review? :3

Btw, happy Sunday, all

Xoxo.