Halo! kembali lagi dengan saya sang Author cantik jelita... *dilemparin Readers*
Oke, kembali lagi dengan saya sang Author gaje nan sarap...
Kali ini aku lagi pengen bikin cerita He(n)ta(i)lia Axis Powers *dijitak Hikedaz-sensei*
Maksud aku Axis Powers Hetalia. Aku pengen bikin cerita tentang sisi lain Natalia yang identik sama yang paling serem dan julukan yang lainnya.
Desclaimer : Hikedaz Himaruya. Kiku punyaku! *dikeroyok fans Kiku*
Warning : Sok Romance, Sok melankolis, dan sok-sok lainnya, gaje, OOC pokoknya begitulah.
Happy Reading~ Suka nggak suka harus baca~ *ganti motto*
I Had a Dream
Apakah kalian punya mimpi? Mimpi yang begitu indah dan menyenangkan? Aku yakin kalian semua punya. Akupun begitu. Akupun punya mimpi. Tapi itu dulu... Ya, itu dulu... Mimpi itu sekarang sudah tak berarti lagi bagiku... Hatiku dibuat hancur bereping-keping karena mimpi itu... Dan aku tak akan mempercayai orang lain lagi...
(~^.^)~ Yuri Oohara ~(^.^~)
"Siapa orang yang kamu sukai?" tanya Elizabeta
"Iya Nata-chan, kalau Taiwan'kan si Ice man a.k.a Hongkong, terus si Eliza suka sama Gilb..."kata-kata Nesia tidak selesai karena sudah mulutnya sudah disumpal oleh Eliza
"NESIA!" teriak Eliza
"Apa itu benar Eliza?" kataku ikut-ikutan menggoda Eliza
"Apa? Nggak!" katanya
"Awas kualat, di negaraku banyak yang kena hukum karma loh! Contohnya si Auth..." tiba-tiba Nesia dibawa kabur oleh orang tak dikenal
"Itu pasti si Author gaje. Ya udah, biarin aja si Nesia sama Author kita yang gaje itu pergi. Nah, Natalia, siapa orang yang kamu suka?" tanya Eliza
"Uhm... Aku sangat menyukai kakakku, aku harap aku bisa menjadi pengantin kakakku. Itulah mimpiku selama ini." kataku dengan muka merah padam
"Yakterina-san? Nggak nyangka, kamu ternyara Yuri" kata Seycelles (perhatian, Yuri yang dimaksud bukan sang Author tapi Yuri yang artinya lesbong)
"Sey-chan... Aku nggak Yuri, bukan Yakterina-san, tapi Aniki-ku, Ivan. Aku malah pernah bermimpi aku menikah dengannya. Hehehe." kataku
"APA?" Eliza, Seycelles, Taiwan, dan teman-temanku yang lainnya terlihat shock kecuali Liechtenstein yang hanya diam tapi dia juga terlihat shock
"Ivan katamu? Ivan Braginski? Ivan yang itu?" kata Eliza
"Nak, kamu dipelet pake apa sama dia?" kata Monako
"Mona-chan, nggak baik ngomong gitu, itu'kan memang perasaan teman kita yang sebenarnya, kita harus mendukungnya dong." kata Nesia yang sudah kembali menasihati negara kembarannya itu (benderanya)
"Tapi Nata-chan'kan manis~ Aku nggak rela kalau dia harus jalan bareng sama orang yang nyeremin kayak si Ivan." kata Eliza sambil memelukku
"Tolong bantu aku." kataku
"Nggak janji, tapi kita usahain kok." kata Eliza yang membuatku bernafas lega. Aku takut perasaanku pada Aniki ditolak habis-habisan oleh sahabat-sahabatku. Tapi mereka mendukungku! Aku semakin memantapkan perasaanku bersama langkahku.
(~^.^)~ Yuri Oohara ~(^.^~)
Saat ini, aku sedang berjalan bersama Eliza dan Nesia di bawah daun ginko yang tengah berguguran.
"Liz, Natalia, kita'kan udah kelas 3 SMP, kalian mau ngelanjutin sekolah di mana?" tanya Nesia
"Aku... Aku mau ke Hetalia Gakuen lagi." Kataku
"Pasti karena ada kakak tercintamu itu kan?" kata Eliza
"Kalau Liz sendiri mau ke mana?" tanyaku
"I... Itu... Aku juga mau ngelanjutin ke sana." kata Eliza
"Kalau Nata-chan di sana ada Ivan, sedangkan Liz di sana ada Gilbert. Aku sih I'm single and very happy aja. Aah~ dasar gadis yang sedang jatuh cinta." kata Nesia
"Kalau Nesia mau ke mana?" tanyaku
"Ke sana juga. Berarti kita bareng lagi! Bedanya aku masuk ke sana nggak pake alasan khusus kayak kalian" kata Nesia santai
"Kalian? Suma Nata-chan kali! Yah, kalau neisa'kan nggak punya hati nurani. Gimana mau jatuh cinta." kata Eliza
"Berarti bener dong Liz suka Gil." kataku katularan Nesia menggoda Liz
"Nggak! Eh, Natalia, kamu bener-bener suka sama Ivan-senpai?" kata Liz berusaha mengalihkan pembicaraan
"Ya, bahkan sejak dulu... Aku... Benar-benar mencintainya. Bagiku, dia adalah hidupku." kataku berhiperbola.
"Mulai deh hiperbolanya Nona Belarus." komentar Eliza
"Kamu yakin perasaan itu bener-bener cinta?" tanya Nesia
"Kau masih meragukanku? Awalnya pun aku kira ini hanyalah perasaan kagum pada kakak sebagai adik. Tapi takdir berkata lain dan aku sadar, ini adalah perasaan seorang wanita terhadap pria. Aku benar-benar mencintai kak Ivan." Baru saja kata-kataku keluar dari mulutku, di hadapan kami tengah berdiri seseorang yang sangat familiar di mataku. Ia terlihat gagah dan keren. Angin sore itu menerpa kami. Rambutnya bergerak tertiup angin tetapi mata dan mulutnya tetap diam. Syal panjangnya terlihat berkibar. Ya, dia adalah Ivan. Wajahnya terlihat tak enak padaku.
"Natalia..." terdengar suara Nesia memanggilku. Aku tak memperdulikannya.
"Aniki... tadi... yang tadi itu..." aku bingung untuk menjelasakan apa yang tadi telah kukatakan. Sebelum kata-kataku selesai, kak Ivan berlari pergi. Aku mengejarnya, tapi aku kehilangan jejaknya.
(~^.^)~ Yuri Oohara ~(^.^~)
Itu Aniki, pikirku. Aku lalu menghampiri kak Ivan. Ketika melihatku, kak Ivan lalu pergi menghindar.
"Ani... ki," kataku putus asa
Hhh... Aku hanya bisa menghela nafas
Kenapa dia selalu menghindar? Apa dia kira aku bercanda bahwa aku menyukainya? Mungkin ini karena sikapku selama ini yang selalu mengajaknya menikah dan menakut-nakutinya. Tapi itupun karena aku tak tahu sikapku harus bagaimana jika bertemu dia. Hanya itu yang bisa kulakukan jikka berpapasan denganya. Padahal aku benar-benar menyukainya... Padahal ia mengetahui perasaanku, tapi kenapa dia malah menghindar? pikirku
"Natalia-chan!" kata saudara perempuanku satu-satunya sambil memelukku
"Yakterina-san?" kataku
"Ada apa Natalia? Kelihatannya kamu ada masalah. Kalau ada sesuatu, cerita saja padaku." kata Yakterina-san
"Kak, apa mencintai saudara sendiri merupakan suatu kesalahan besar?" tanyaku tanpa ragu pada kakakku itu
"..." dia hanya diam dan tidak menjawab pertanyaanku
Hari-hari terus berlalu, dan kak Ivan selalu saja menghindariku. Aku hanya bisa memperhatikannya dari jauh. Aku tak bisa terus memendam perasaan ini. Aku benar-benar mencintainya. Aku tak bisa menahan perasaan ini lagi. Ini bisa membuatku gila. Aku menetapkan hatiku biarpun ia telah mengetahui perasaanku. Dan apapun yang terjadi, aku harus mengatakan perasaanku pada kak Ivan. Aku memutuskan besok aku akan mengatakannya.
"Aniki... Apa..." baru saja aku bicara 2 kata, kak Ivan keburu mundur seribu langkah
"Aniki! Tunggu!" aku terus mengajarnya tanpa peduli aku menjadi pusat perhatian atau kakiku keseleo karena mengejarnya. Yang pasti, aku harus mengatakan perasaanku padanya sebelum aku gila. Aku benar-benar menyukainya sebagaimana Eliza yang fujoshi akut menyukai adegan oh-so-gay, oh-so-sweet dan sebagainya. Dan akhirnya aku berhasil menarik lengan bajunya.
"Aniki! Kenapa selama ini kau terus menghindariku?" tanyaku. Kak Ivan hanya diam seribu bahasa. Wajahnya terlihat merasa bersalah.
"Aku... Sepulang sekolah aku ingin bicara dengan Aniki. Aku harap Aniki mau datang. Jangan hancurkan harapanku.. Aku tunggu di taman ginko sepulang sekolah." kataku padanya. Terlihat jelas kebimbangan di wajah kakakku yang aku cintai ini.
Sepulang sekolah...
Di taman pohon ginko tidak ada satu orang pun. Berarti dia benar-benar tidak datang, batinku sedih. Yah, di rumah'kan masih bisa ketemu, Aku berusaha positive thingking. Aku bersiap melangkahkan kaki ketika seseorang meneriakkan namaku. Mau tak mau akupun berbalik. Yang kulihat adalah sosok kak Ivan tengah berlari. Rambutnya semakin indah ketika sinar sang mentari yang akan terbenam.
"Kak Ivan?" aku terkejut. Padahal selama ini dia selalu menghindariku. Aku pikir dia tidak akan datang.
"Maaf membuatmu menunggu. Tadi ada kegiatan klub sama Yao." katanya sambil berusaha megatur nafas.
"Aniki selalu bareng Yao-senpai ya... Aku iri." kataku. Kak Ivan terlihat canggung.
"Tadi... Kamu mau ngomong apa?" tanya kak Ivan to-the-point
"Itu... Begini..." kataku grogi
Duuuh, kanapa malah jadi gugup begini? Ayo Natalia, kuatkan dirimu! Kataku dalam hati menyemangati diri sendiri.
"Natalia?" kak Ivan terlihat sedikit bingung
"Selama ini... Selama ini aku terus menyukai kakak. Tapi bukan sebagai adik, aku menyukai kakak sebagaimana seorang perempuan menyukai laki-laki. Aku mencintaimu, kak." Aku memberanikan diri menyatakan perasaanku. Wajahku memanas dan aku yakin pasti saat ini wajahku merah padam.
"Kau adikku, aku nggak mungkin membalas perasaanmu. Kau bercanda'kan?" kata Kak Ivan
"Lihat mataku! Apa kakak kira aku bercanda?" kataku
"Kalau begitu, aku juga serius tak bisa membalas perasaanmu." katanya
"Kenapa? Padahal selama ini aku terus mencintai kakak dan perasaan ini hampir membuatku gila." kataku tak bisa menerima. Aku tahu ini egois, tapi aku belum bisa menerima kenyataan ini.
"Karena kau adikku!" nada bicaranya mulai mengeras
"Hanya karena aku adikmu? Kau tak tahu penderitaanku memendam perasaan ini setelah sekian lama!" kataku tak bisa menerima alasan dia
"Dengar Natalia, AKU TAK BISA MENERIMA PERASAANMU DAN AKU TAK INGIN MEMBALAS PERASAANMU! BUANG SAJA PERASAAN ITU!" bentak Kak Ivan. Aku tak bisa membendung air mataku.
Kenapa kau berkata seperti itu? Padahal selama ini aku begitu mencintaimu. Padahal perasaan ini begitu berharga untukku. Padahal perasaan inilah yang membuatku terus bertahan. Tapi kenapa kau menyuruhku membuang perasaan ini. Kenapa? ANIKI BODOH! Aku memaki orang yang selama ini terus kucintai itu. Sekarang, dialah membuat hatiku hancur berkeping-keping.
(~^.^)~ Yuri Oohara ~(^.^~)
Aku terus berlari tanpa arah. Aku terus berlari dan berlari dan akhirnya aku berhenti di daerah yang sama sekali tidak kukenali. Orang-orang yang lewat terkadang melihatku yang sedang duduk memeluk lutut sambil menangis. Aku memang memprihatinkan, batinku. Tapi tak ada salah satu dari mereka yang peduli padaku.
Aku memang pantas untuk diabaikan. Semua orang sama saja. Tak ada lagi yang peduli padaku. Aku sudah lelah. Aku tidak ingin orang lain kembali masuk ke dalam hatiku dan menghancurkannya lagi. Aku tak akan mempercayai orang lain lagi. Aku akan menutup pintu hatiku. Aku tak bisa mempercayai orang lain lagi, Kataku dalam hati sambil tertap berurai air mata
Sejak saat itulah aku tak ingin mempercayai orang lagi, menutup pintu hatiku dan aku menarik diri dari pergaulan. Eliza dan Nesia terus berusaha meyapaku dan membuatku kembali bicara. Tetapi pengalaman pahit saat itu membuatku tak ingin kembali mempercayai orang lain. Aku hanya mentatap mereka sambil berlalu. Aku hanya bisa diam. Diam. Dan diam.
Bisakah aku kembali seperti dulu? Itulah yang sempat kuceritakan pada Yakterina-san, dia hanya menjawab : "Itu semua kembali pada dirimu sendiri" . Aku menghela nafas. Semua terasa hampa tanpa ada seseorang yang menemanimu. Yah, aku sadar aku dan keegoisankulah yang membuat keadaan seperti ini. Dan ini semakin menyeretku ke jurang kegelapan yang semakin dalam dan gelap.
Aku melangkah dengan berat menuju Hetalia Gakuen. Dan seperti biasa, ketika aku lewat, orang-orang selalu menghindar dan merapat ke dinding, memberiku jalan. Mereka labih baik membentur tembok daripada berurusan denganku. Aku berjalan sendirian di lorong SMA Hetalia yang luas sedangkan orang-orang memilih menghindariku atau merapat ke dinding ketimbang berurusan denganku. Di saat istirahat, ketika semua anak pergi ke kantin dan menggossipkan si A keren atau si B pintar, aku tetap sendirian di kelas. Ketika pembagian kelompok, aku selalu mendapat kelompok sisa. Itu pun aku tak bekerja dan hanya bisa menonton. Sepulang sekolah aku selalu berjalan sendiri menuju rumah. Ya, sendirian... Aku selalu melaluihari-hari dalam kesendirian. Aku terus mengutuk dunia ini. Keputus asaan, kesendirian, dan kesepian adalah hal yang tak bisa dilepaskan dari diriku.
(~^.^)~ Yuri Oohara ~(^.^~)
Suatu hari, aku pulang terlambat karena guru BK lagi-lagi mengingatkanku tentang pentingnya bergaul. Aku sudah muak dengan pembicaraan itu. Jadi, perkataan guru itu sama sekali tak kudengarkan dan aku sibuk dengan pikiranku tentang kejadian waktu itu yang membuatku semakin membenci orang lain. Ketika aku sedang berjalan di taman belakang, terdengar suara orang berbicara. Karena aku penasaran, akupun pergi menuju sumber suara.
"...jangan begitu." terdengar suara seseorang
"Tapi aku..." terdengar suara orang lain
"Kau harus jujur pada dirimu sendiri." kata orang pertama yang suaranya aku kenal
"Tapi... Natalia..." mendengar namaku disebut, aku semakin ingin melihat siapa yang bicara. Kudapati Yakterina-san dan kak Ivan sedang berbicara. Perasaanku tak enak.
"Yakterina-san, lihat mataku. Aku benar-benar menyukaimu. Selama ini aku terus menyukaimu. Aku bahkan berani menolak Natalia." Kata kak Ivan
"Aku juga menyukaimu. Tapi perasaan Natalia..." kata Yakterina terputus
"Harus ada pengorbanan dalam cinta. Dan perasaan Natalialah yang harus dilenyapkan." K\kata kak Ivan
"Ukh! Bodoh!" aku berlari pergi. Aku benci mereka!
Aku terus berlari dan berhenti di tempat yang hanya diketahui olehku. Tempat itu adalah sebuah taman kecil yang dibatasi oleh pagar kayu tinggi. Aku menemukan tempat ini ketika aku memanjat pohon. Di taman ini ada bunga krisan yang tengah bermekaran dan sebuah pohon apel yang mudah dipanjat. Di sini aku bisa menangis sepuas-puasnya.
"IVAN BODOH! SELAMA INI KAU TERUS MENGHINDARIKU DAN MENOLAKKKU GARA-GARA PEREMPUAN ITU? KAU JUGA Yakterina! SELAMA INI KAU MENGHIANATIKU! AKU BENCI! AKU BENCI SEMUA ORANG!" teriakku melepas amarah
Aku terus dan terus menangis hingga tubuhku tak bisa berhenti berguncang dan tak ada lagi air mata yang mengalir. Aku sadar aku masih benar-benar mencintai ornag itu. Tapi seperti yang dia bilang, aku harus membuang perasaan ini.
KRAK! BRUGH! Teng dengar suara dahan pohon yang patah dan sebuah benda berat jatuh.
"Aduuuh~ Kenapa jatoh sih?" terdengar suara yang asing bagiku. Aku kaget dan tanpa pikir panjang pergi ke sumber suara.
"Kau..." aku tak melanjutkan kata-kataku. Keheningan menyelimuti kami berdua. Dia adalah pemuda yang cukup tampan, badannya tinggi, rambutnya berwarna coklat tua, begitupun matanya.
"Kau Natalia Arlovkaya kan? Kenapa kau menangis?" kata orang itu berusaha menghapus air mataku. Aku menepis tangannya dan berlari menghindarinya.
Hari ini aku tidak pulang ke rumah melainkan menginap di rumah karena aku terlalu banyak menangis sehingga kepalaku pusing dan aku demam. Lalu Yakterina dan Rusia datang menjemputku tetapi aku tak mau menemui dua orang itu. Dan akhirnya aku baru mau pulang ketika Nesia. Eliza pun pergi menyusul ke rumah Nesia. Di rumah Nesia, aku hanya diam. Nesia dan Eliza memelukku lalu aku kembali menangis tersedu-sedu. Esok harinya aku tidak pergi sekolah Eduard membujukku pulang.
(~^.^)~ Yuri Oohara ~(^.^~)
Keesokkah harinya...
Aku berjalan lesu menuju sekolah. Aku benci sekolah, itulah yang tertanam di kepalaku. Dan lagi-lagi aku berjalan melintasi lorong sendirian. Tapi, terdengar suara yang memanggil namaku.
"NATALIA!" teriak seseorang memanggilku. Suara ini...
"Hhhh~ Hai Natalia." sapanya ramah. Dia cowok yang kemarin, pikirku.
"..." aku hanya diam
"Oh iya, namaku Lovino Vargas."katanya memperkenalkan diri. Lagi-lagi aku hanya diam. Sok akrab,katakudalam hati.
"eh, Natalia, yang kemarin itu..." aku terbelalak kaget. Tentu saja ia masih mengingatnya.
"Diam dan jangan sok ikut campur urusanku!" kataku berbalik menatapnya dengan tajam. Dia pun menatapku dengan tatapan menantang.
Ukh, berani juga dia! Kataku dalam hati.
"Kau akan membayar semua perbuatanmu" kataku
"Tentu saja. Nah, hati-hati ya!" katanya lalu pergi
Huh! Laki-laki semuanya sama saja. Awalnya mereka baik, tapi ketika menemukan yag lebih baik mereka lalu mencampakkan kita. Aku benci! Kataku berdialog dalam hati. Hari ini aku mengalami hari yang berbeda. Lovino kali ini selalu menemaniku biarpun aku mengabaikannya. Sepulang sekolah, ketika aku hendak mengganti sepatuku, kutemukan sepucuk surat berwarna biru tersimpan di loker sepatuku. Aku mengambilnya dan menaruhnya di tasku. Sesampai di rumah, aku mengabaikan panggilan Yakterina dan Ivan dan langsung masuk kamar. Setelah mengganti baju, aku teringat dengan surat yang tadi. Aku membuka surat itu. Terlihat tulisan tangan yang rapi di surat itu. Dan itu adalah puisi. Aku membaca puisi itu perlahan.
Dia pernah mengalami patah hati yang tergambar di raut wajahnya
Kebahagiaannya
Kesedihannya
Semuanya tergambar di matanya
Semuanya terbakar menjadi abu
Siapakah dia?
Gadis yang selalu ada di benakku
Kelemahan dan kesendiriannya
Membuatku senantisa memperhatikannya
Menyentuh perasaanku
Mencuri hatiku
Mengalihkan perhatianku
"Puisi yang aneh." komentarku, tapi aku menyimpan surat di itu di buku jurnalku.
Esoknya lagi-lagi Lovino menyapaku dan selalu menemaniku. Aku sedikit rikuh atas sikapnya. Orang baru baik padaku setelah melihatku menangis. Aku benci hal seperti itu. Tapi entah kenapa aku merasakan ketulusan dalam hatinya. Tapi, aku sudah muak. Aku tak ingin mempercayai orang lain lagi. Hari ini, aku berniat memberikan surat balasan kepada orang yang mengirimi aku surat kemarin. Kira-kira seperti ini,
Tak ada lagi yang kubutuhkan
Aku tak butuh perhatian
Aku tak butuh kasih sayang
Aku tak butuh orang lain
Aku telah menutup hatiku
Sehingga tak ada yang bisa melukaiku lagi
Siapapun dirimu
Akupun tak membutuhkan dirimu
Aku tahu bahwa ini sangat menyakitkan. Tapi aku hanya tak ingin memberika harapan kosong seperti yang dilakukan Kak Ivan kepadaku. Padahal, dulu kak Ivan sangat baik padaku. Dia perhatian dan selalu melindungiku. Dia selalu ada disampingku. Dia selalu ada saat membutuhkanku. Tapi itu dulu. Sekarang ia tengah menjalani hari bahagia bersama Yakterina-san disaat aku terpuruk.
Aku penasaran dengan si pengirim surat, maka aku memutuskan bersembunyi menunggu si pengirim surat mengambil surat dariku. Yak lama kemudian terlihatlah seesosok orang menghampiri loker sepatuku dan membuka loker itu lalu mengambil surat yang kutulis. Karena sudah sore hari, cahaya remang-remang menerpa orang itu. Aku tak dapat melihat mukanya. Tapi aku dapat melihat bahwa dia anak yang tinggi dan dia adalah laki-laki. Karena aku sanagt penasaran, tanpa pikir panjang aku menghampiri orang itu.
"K... Kau?" aku kaget ketika melihat siapa si pengirim surat kemarin.
TBC~
Omake~
akhirnya selesai juga...
Tadinya cerita ini mau dibuat OS, tapi ternyata kepanjangan. Akhirnya bakal dibuat 2 Chapter. Doakan ya! ^o^v
Mohon ripiunya ya... ^^
For Better and Faster update~ *cuih! hanya janji manis!*
