Hi, guysss, Harusnya saat ini saya mengapdet fict lainnya yang masih in-progress. Tapi akhir-akhir ini saya terlalu banyak baca fict 'berat' yang bikin nyesek -belum lagi tadi malam Indonesia belum bisa meraih emas dari negara tetangga -_-. SO, saya sangat butuh hiburan; bacaan santai dan ringan. Maka terciptalah fict ini -fict yang sebetulnya udah jadi sejak dua minggu lalu. Baiklah, tanpa berlama-lama, saya persembahkan fict ini untuk kalian, wahai Savers dan Blossoms :*
Happy Reading~
title: Genie
disclaimer: Naruto and all related characters belong to Masashi Kishimoto.
genre(s): Fantasy/Supernatural/Friendship/Romance
theme: semicanon
Warning: Buat kamu yang baca fict ini, anggap saja kalau Sakura bukanlah bagian/anggota dari tim tujuh. Tapi tenang saja! Nggak ada kunoichi lain yang mengisi/menggantikan posisinya. Okehh? :*
[P. s]: perhaps twoshots. Fantasy is a new genre for me. So, please, be NICE :D
Genie
a SasuSaku fict—
Ucapkan tiga keinginanmu, dan aku akan mengabulkannya. Setelah itu, aku 'kan menghilang.
—by Lucine Fiorenza
Saat gerbang besar - pintu masuk Konoha telah terlihat mata, Uzumaki Naruto mendaratkan lengannya di atas pundak sahabat karibnya yang bernama Uchiha Sasuke. Sudah pasti sang sahabat bermata hitam pekat itu akan langsung menatapnya tajam, pertanda tak senang dengan kelakuannya. Namun Naruto tak akan takut, hal seperti itu sudah biasa baginya. Bukan hal yang mengerikan lagi untuknya mendapat tatapan kematian dari makhluk sedingin es kutub selatan itu. Karena mereka adalah sepasang sahabat, sahabat yang telah saling mengenal satu sama lainnya. Telah tahu sifat baik-buruk masing-masing. Karena mereka adalah sahabat, sahabat yang telah bertemu sejak lama —sejak sama-sama ditemukan dalam sebuah tim ninja, yaitu tim tujuh. Dan tak terasa, sepuluh tahun telah dilalui mereka bersama.
"Jauhkan tanganmu itu, Dobe," perintah Sasuke. Ia merasa sangat tak nyaman jika Naruto mulai melakukan hal-hal aneh seperti ini. Jika lelaki bermata biru safir itu ingin bertingkah bodoh di depan orang-orang, ia tak akan terlalu memusingkan hal tersebut. Tapi jika dia melakukan hal bodoh yang malah merugikan dirinya, Sasuke tak akan terima. Contohnya yang satu ini, saat Naruto dengan percaya dirinya mengistirahatkan lengan di bahunya. Bagi Naruto, hal itu biasa saja. Tapi bagi segerombolan penduduk Konoha di sana? Tentu saja sesuatu yang lumayan mencurigakan. Ehem.
"Hey, Teme! Kau kenapa sih?"
"Jangan terlalu dekat," komentar Sasuke. Ia lalu menepis lengan Naruto dari tubuhnya. Bahkan berusaha mengambil jarak cukup jauh dari jounin yang selalu bermimpi menjadi the next Hokage itu. "Aku benci saat orang membicarakan hal aneh dan mengelikan tentang kita."
Naruto, yang sedikit lamban dalam mengolah sesuatu hanya bisa menggaruk kepalanya sambil menatap Sasuke keheranan. "Apa maksudmu sih?"
Sasuke menghentikan langkahnya, padahal jarak ke gerbang hanya tinggal beberapa langkah lagi, ia sudah tak sabar untuk segera menuju menara hokage untuk memberi laporan misi, lalu pulang ke rumah untuk mandi dan setelah itu beristirahat sepuasnya. Namun sepertinya, makhluk idiot satu ini hanya akan mengulur-ulur waktunya. "Orang-orang mengira bahwa kau dan aku adalah sepasang kekasih."
Hening.
Naruto hanya bisa menatap Sasuke dengan pandangan 'lebih kebingungan'. "HAHAHAHA, KAU BERCANDA, TEME! KITA KAN LAKI-LAKI, MANA MUNGKIN-"
"-orang-orang mengira kita gay," interupsi Sasuke
Mendengar kalimat itu, Naruto hanya merasa mual di perutnya. Bahkan rasa merinding mulai menyusup ke tengkuk yang tersembunyi di balik rambut kuningnya.
"Hmm, aneh," komentar Naruto seraya menyeka aliran keringat dingin di keningnya.
Sasuke menatap makhluk bernama Naruto itu dengan tatapan kosong, "Semua ini karena kau." Hendak memberikan pembelaan, Naruto malah ditinggalkan Sasuke yang kini telah berpindah dari yang tadi berada di sebelahnya, kini telah berada seratus meter darinya.
"TEMEEE! TUNGGGUUU AAKKUU!"
.
...tell me the little dreams in your heart...
.
"Hmm," wanita dengan rambut kekuningan tengah memperhatikan seksama selembar kertas yang saat ini berada di tangannya, "kalian menyelesaikan misi dengan baik," komentarnya saat telah selesai meneliti kertas penting itu - laporan singkat mengenai misi yang telah dipenuhi oleh dua shinobi di depannya. "Uchiha Sasuke, Naruto Uzumaki, kalian boleh pulang sekarang. Beristirahatlah," wanita yang tampak muda dan cantik itu lalu menyandarkan punggungnya ke bangku yang didudukinya, "karena misi-misi lain pasti akan mendatangi kalian lagi."
"Aa, aku mengerti, Hokage-sama."
"AARGGGHHH! Kapan kami akan mendapat misi lagi, Kak Tsunade?"
Tsunade - sang hokage, menatap lekat-lekat lelaki yang terdengar tak sabaran itu. Dia, atau mereka berdua baru saja menyelesaikan misi (yang sepertinya tak begitu berat) yang telah memakan waktu hampir genap seminggu. Tidakkah dirinya merasa lelah? Letih? Atau Rindu pada desa? "Naruto," nama itu diucapkan dengan nada agak kesal, "kau baru saja pulang dari tempat yang jauh. LEBIH BAIK KAU BERISTIRAHAT SAJA DAN BERSABARLAH SEDIKIT!"
Refleks, Naruto menutup kedua telinganya dengan telapak tangan. Berbeda dengan lelaki yang berada di sebelahnya; terlihat begitu tenang. Seolah suara melengking dari sang hokage itu tak berdampak sedikitpun untuk indera pendengarannya. "Ba-baiklah, Kak Tsunade."
"Kalian boleh pergi sekarang." Terlihat Tsunade langsung meraih sebotol sake dari balik tumpukan kertas di mejanya.
.
...don't just keep them in your mind...
.
Sasuke melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu, ruangan sang hokage. Ruangan yang selalu dituju oleh para shinobi maupun kunoichi setelah menyelesaikan misi. Setelah dari sini, ia akan menuju rumahnya di sebuah komplek perumahan yang di dalamnya khusus ditempati oleh klan Uchiha. Komplek yang begitu asri, rapi dan juga... sunyi. Terlalu sunyi malah.
Karena komplek perumahan mewah yang luasnya lebih dari tiga hektare itu hanya ditempati oleh seseorang, yaitu; Uchiha Sasuke. Satu-satunya keturunan klan Uchiha yang masih hidup di bumi ini.
"Teme? Kau mau ikut aku makan ramen?" ajak Naruto
"Tidak."
Naruto hanya mendengus kesal, bosan dengan penolakan-penolakan yang dilakukan Sasuke. Jenuh dengan kata 'tidak' yang begitu mendominasi dalam kosa kata makhluk tampan itu.
"Oh ya," Naruto masih berusaha untuk mengajak sahabatnya ini dalam sebuah pembicaraan singkat menuju tikungan yang berada cukup jauh dari mereka saat ini, "apa buah tangan yang kau dapat dari kerajaan Kurosawa?"
Hampir saja Sasuke lupa, bahwa ia mendapat sebuah benda yang diberikan oleh Seichi Kurosawa, seorang raja yang memimpin kerajaan Kurosawa. Dia adalah klien dalam misi mereka yang baru diselesaikan ini. Misi untuk mengawal seorang putri untuk menuju ke sebuah desa yang baru dilanda bencana alam. "Sebuah teko aneh. Barang yang tak berguna."
Naruto menggelengkan kepalanya tanda tak setuju. "Tidak mungkin! Mereka itu kerajaan kaya raya, mana mungkin memberikanmu barang yang sembarangan!"
Sasuke hanya memutar bola matanya, malas untuk mendengar opini Naruto. Lagipula, teko yang diterimanya memang hanya sebuah teko. Teko biasa berukuran kecil. Untuk apa barang tersebut di rumah Sasuke, jika dirinya punya lebih dari selusin barang sejenis, dengan ukuran lebih besar dalam gudang di belakang rumahnya?
"Kau lihat, ini teko punyaku!" Naruto menunjukkan teko kecil yang tampak membuncit miliknya, yang juga diberikan oleh Raja Kurosawa sebagai hadiah. "Benda ini terbuat dari emas. EMAS!"
Memandangi benda itu dengan teliti, Sasuke mendapati perbedaan antara teko milik Naruto dan miliknya. Teko yang berada di tangan Naruto saat ini berwarna kuning mengkilat, sudah tak diragukan lagi jika benda itu terbuat, atau setidaknya dilapisi oleh logam mulia mahal yang disebut emas. Sedangkan teko miliknya? Bentuk dan ukurannya sama persis. Namun warnanya... sangat jauh berbeda. Teko miliknya berwarna abu-abu. Ya, Sasuke yakin betul jika teko yang diterimanya berwarna abu-abu, bukan kuning mengkilat seperti punya Naruto. Jika teko Naruto terbuat dari emas, lalu bagaimana dengan miliknya?
"Aa," respon singkat Sasuke. Dan lelaki ini langsung berbelok ke kanan, memasuki jalan yang akan terhubung langsung dengan komplek rumahnya. Ia tak lagi memperdulikan Naruto yang berteriak-teriak kesal di belakangnya.
.
...don't give up so easily...
.
Sesampainya di rumah, Sasuke langsung menjatuhkan tubuh lelahnya di kasur. Sedangkan ransel kecil yang dibawanya selama misi, diletakkan asal-asalan di atas meja yang berada di samping kiri kasurnya. Ia lalu menghela nafas perlahan, membuat dadanya yang masih mengenakan seragam jounin lengkap, terlihat naik-turun secara teratur. Rasa letih yang begitu terasa dan suasana yang sangat tenang membuat Sasuke hampir terlelap. Dirinya mungkin akan membiarkan rasa kantuk menguasainya, jika saja dia tak merasa gerah dan geli pada tubuhnya sendiri. Bau tak sedap yang ditimbulkan oleh keringat mengering di tubuhnya membuat Sasuke lekas melepaskan satu per satu pakaiannya dan segera menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Sebersih mungkin, karena Sasuke tak suka hal kotor.
Selesai membersihkan tubuhnya, Sasuke lalu keluar dari kamar mandi mungilnya hanya dengan menggunakan sehelai handuk putih saja, handuk putih yang melingkar rapi di pinggangnya. Sasuke kembali menjatuhkan tubuhnya ke kasur, tak peduli jika saat ini tubuhnya tak ditutupi pakaian apapun, kecuali sehelai handuk yang mengamankan daerah berharganya. Tentu saja ini hal yang wajar untuk seseorang yang baru selesai menjalankan perjalanan jauh. Misi mengawal seorang putri yang hendak berkunjung ke sebuah desa yang jauh, lalu mengawalnya kembali hingga selamat sampai istana; bukanlah hal mudah. Sudah pasti melelahkan, belum lagi ditambah banyaknya perampok yang hendak mencuri harta benda sang putri. Harta yang berupa; sejumlah uang, makanan, perhiasan dan perlengkapan rumah tangga, seperti gelas dan teko, yang sengaja dibawa untuk diberikan pada penduduk desa tersebut.
Teko...
Memikirkan kata itu membuat Sasuke teringat sesuatu. Atau sebuah benda; teko lebih tepatnya. Teko yang dihadiahkan padanya, teko yang dilihatnya sama seperti teko biasa lainnya.
Mendesah pelan, ia lalu meraih ransel yang tadi ditaruhnya di meja, membuka resletingnya, kemudian mengeluarkan benda itu dari sana. Teko itu kini telah berada di tangannya. Teko warna abu-abu dan kusam berdebu. Teko yang diyakini Sasuke terbuat dari alumunium, mengingat bobotnya yang terlalu ringan jika terbuat dari besi.
Sasuke meneliti setiap inci permukaan teko tersebut. Tak ada yang spesial, fikirnya, namun ia terus memperhatikan benda tersebut dengan serius. Hingga matanya menangkap sesuatu, goresan tertutup debu yang sepertinya sebuah tulisan.
Penasaran, Sasuke menggunakan bagian ujung handuknya untuk membersihkan tulisan misterius itu dari debu yang menutupinya. Sasuke sempat kesal saat debu tipis itu terasa sulit dihilangkannya. Ingin berhenti, namun rasanya sudah setengah jalan, sayang untuk dihentikan. Rasa penasaran juga terlanjur memenuhi Sasuke, hingga dia memutuskan untuk terus melanjutkan kegiatannya; membersihkan teko tersebut dari debu.
Setelah lima belas menit melakukan hal membosankan tesebut, akhirnya usaha Sasuke membuahkan hasil. Tulisan yang terdiri dari dua kata itu telah bebas dari debu, Sasuke kini bisa membaca jelas apa yang tergores di sana;
"Haruno Sakura," Sasuke membacanya. Apa itu 'Haruno Sakura'? Sebuah namakah? Nama desa? Nama tumbuhan? Atau, nama seseorang? Pertanyaan itu melayang-layang di fikirannya, karena tulisan 'Haruno Sakura' itu sangat asing di matanya. Bahkan dia juga tak pernah mendengar siapapun menyebut dua kata itu.
Malas untuk memikirkan hal itu, Sasuke memilih untuk meletakkan kembali teko tersebut ke atas meja, lalu mengistirahatkan tubuhnya lagi dengan berbaring di kasur. Tak sampai lima menit, Sasuke telah sampai di alam mimpinya.
.
...Just tell me what you need...
.
Entah telah memakan waktu berapa lama, Sasuke mulai terjaga dari tidurnya. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya yang masih dibanjiri rasa kantuk.
"Aneh," gumam Sasuke. Dirinya memang merasakan sesuatu yang aneh. Harusnya selama ia tertidur, dirinya akan merasa kedinginan karena dia tahu bahwa tubuhnya hanya mengenakan sehelai handuk. Seingatnya, ia juga tak menutupi tubuhnya dengan selimut. Tapi mengapa ia merasakan hangat yang begitu nyaman? Mengapa kini seluruh tubuhya - kecuali kepala - telah dibungkus oleh oleh selimut tebal berwarna coklat tua yang seharusnya terlipat rapi dalam lemarinya. Lalu kenapa bisa ada di atas tubuhnya?
'Mungkin aku telah mengeluarkannya semalam. Aku terlalu kelelahan hingga aku jadi lupa begini,' Sasuke membatin
Melirik jam beker di atas meja, ia mendapati bahwa saat ini waktu telah menunjukkan pukul sembilan pagi. Syukurlah hari ini tak ada kegiatan penting apapun yang harus dilaksanakannya, sehingga Sasuke tak perlu terburu-buru berlari ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya pagi ini.
Setelah merapikan kembali tempat tidurnya dan melakukan peregangan pada beberapa bagian tubuhnya, Sasuke menuju kamar mandinya lagi. Kembali melakukan hal yang telah dilakukannya sebelum tidur tadi.
Cahaya matahari yang masuk melalui jendela kamar Sasuke, membuat suasana ruangan itu tampak terang dan cerah. Namun hal yang indah itu diabaikan oleh sang pemilik kamar yang tengah sibuk memilih pakaian yang hendak dikenakannya hari ini. Tak berapa lama, pilihannya jatuh pada celana hitam panjang dan kaos biru tua dengan simbol marga Uchiha di bagian belakangnya. Memang kostum yang sangat sederhana, namun saat pakaian itu terpasang di tubuh Uchiha muda ini, semuanya tampak luar biasa. Sungguh menawan, bahkan untuk siapapun yang melihatnya pastilah langsung terhipnotis dengan penampilan lelaki berupa sempurna ini.
Setelah selesai, ia lalu berjalan keluar dari kamarnya. Berencana menuju ke dapur untuk mengisi perutnya yang sudah meronta sejak ia terbangun tadi.
.
...and tell me what you hope...
.
Mata Sasuke terbuka lebar, ekspresi yang menandakan bahwa dirinya tengah terkejut. Ralat, sangat-sangat terkejut. Uchiha Sasuke, makhluk sedingin es yang hampir tak memiliki ekspresi, tengah terkejut karena melihat sesuatu di depannya.
Atau lebih tepatnya, seseorang.
Seorang wanita.
Ya, wanita. Sasuke yakin betul jika makhluk yang ada di ruangan bersamanya itu adalah; wanita. Itu terlihat jelas dari kimono berwarna merah bermotif bunga-bunga putih yang membalut tubuhnya. Juga rambut merah mudanya yang digulung kebelakang, lalu ditusuk oleh sumpit dengan gantungan diujungnya; membuktikan bahwa makhluk misterius yang kini tengah sibuk menyusun makanan di atas meja makan ini adalah; wanita.
Sasuke terus memperhatikan wanita itu, tampaknya karena keasyikan menyiapkan makanan, dia tak menyadari bahwa sang tuan rumah tengah memperhatikan gerak-geriknya dengan tajam.
"Ehm," deheman Sasuke terdengar menggema di ruangan itu. Sontak wanita itu langsung mengangkat wajahnya yang tadi tertunduk.
Dan Sasuke tak bisa menghindar dari fakta bahwa dirinya begitu terpesona saat matanya bertemu langsung dengan mata hijau apel milik sang wanita asing. Kalau saja lelaki ini bukanlah Sasuke, mungkin ia telah jatuh pingsan dengan aliran saliva di sudut bibirnya karena melihat sosok yang begitu anggun ini. Tapi untunglah, ia adalah Sasuke, keturunan Uchiha, dan Uchiha tak akan pernah melakukan hal bodoh seperti itu. Iya 'kan?
Wanita itu tersenyum, lalu berjalan mendekat menuju Sasuke yang telah mengontrol fikirannya saat ini. "Umm, maaf aku melakukan ini tanpa izinmu," ucapnya dengan suaranya yang terdengar lembut, namun tidak manja, "tadinya aku mau bilang padamu dulu, tapi melihatmu tidur nyenyak begitu, aku tidak tega membangunkanmu," jelasnya. "Sekali lagi maafkan aku!" wanita itu lalu membungkukan tubuhnya berulang kali.
"Siapa kau?"
"Ah iya, namaku; Sakura," jawabnya. "Haruno Sakura."
Sasuke berusaha memfokuskan matanya agar hanya menatap pada simbol belah ketupat mungil berwarna ungu yang terlukis di antara alis mata Sakura, berusaha menghindari senyuman maut di wajahnya. "Bagaimana kau bisa menyusup masuk ke dalam rumahku?"
Lengkungan bibir Sakura yang tadinya membentuk senyuman manis, kini berubah mengerucut. "Aku tidak menyusup, kau yang membawaku ke sini, Tuan."
Eh?
"Kau bercanda, Heh? Tak ada gunanya membodohiku." Sasuke lalu menarik pergelangan tangan Sakura, menyeretnya untuk membawanya keluar dari rumah.
"He-hey! Tuan, apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!"
Sasuke tak mengacuhkannya, "Meski kau perempuan, kau tetap saja penyusup, penyusup yang tentu saja berniat mencuri di sini," ucap Sasuke, "dan aku tetap akan membawamu ke markas pusat anbu." Meski kau ini sangat cantik, tambahnya dalam hati.
"A-apa? Pencuri?" suara itu terdengar sangat terkejut. "HEY, AKU BUKAN PENCURI!"
"Katakan saat kau diinterogasi nanti."
Sakura terus berontak, berusaha melepaskan tangannya dari cengkeraman Sasuke. Namun usahanya selalu gagal hingga akhirnya dia menyerah. "Aku bukan pencuri," rintihnya pelan, "aku adalah jin yang kau bebaskan dari teko ajaib itu, Tuan."
Tap.
Seketika langkah Sasuke terhenti.
Teko ajaiba? Jin? Haruno Sakura?
"Kau bilang apa?"
.
...I promise, I'll give it for you...
.
First Chapter : Finished.
-_- so? Gimana menurut kalian soal fict ini? Ngebingungin kah? Anehkah? cukup menghiburkah? Atau udah lumayan, err, bagus?
Ini fict canon yang ada fantasy-nya, mungkin masih jarang di FFn... dan jujur, aku suka banget sama fic ini *yaiyalahfictsendiri* *plak*
Ini juga genre yang masih asing buatku, semoga kalian para senpai-senpai tercinta mau ngasih masukan ya, buat fict yang satu ini. Hehehe
Hhmmm, any feedback? Feedback is sooo appreciated! XD
(Btw, ada yang tau siapa aku? :P)
Terima Kasih banyak :)
Salam, Lucine Fiorenza
