Naruto © Masashi Kishimoto

Ooh! Naruto Nippon © ANIPLEX

SasuHina+slights/AU+FANON/OoC+IC

A Pair of Star


Chapter I : Beginning

Hinata mendengarkan sebuah siaran radio dari ponsel depannya dengan khidmat. Matanya terpejam dan segaris senyuman selalu terulas di bibirnya. Ia bahkan tak mendengar suara panggilan Neji yang menyuruhnya untuk menuju meja makan karena sudah tiba saatnya mereka makan malam. Gadis bersurai ikal indigo itu begitu menikmati saat-saat gendang telinganya menangkap suara dari acara yang disiarkan dua kali dalam seminggu itu.

"Selamat malam! Masih bersama Uchiha Sasuke di Ooh! Naruto Nippon, atau kita ganti saja menjadi Ooh! Sasuke Nippon karena Dobe itu sepertinya terjebak macet. Oh, hell. Sejak kapan di Konoha ada mobil?"

Hinata tertawa kecil. Wajahnya berbinar-binar dan menyemarakan antusiasme pada acara tersebut. Ia kembali memejamkan mata dan mendengarkan dengan seksama kelanjutannya.

"Baiklah, hari ini kita akan membahas tentang Audisi Pemeran Baru di serial Naruto."

Hinata membelalak. 'Audisi?'

Ia meraih sebuah bolpoin dan mencatat apa saja yang Sasuke sampaikan perihal audisi. Ini kesempatan bagus untuk Hinata agar bisa mengenal Sasuke secara langsung!

Acara Ooh! Naruto Nippon yang barusan Hinata dengar merupakan sebuah acara radio yang diselenggarakan untuk meramaikan euforia pemirsa setia penggemar serial drama Naruto di televisi. Drama tersebut utamanya diperankan oleh aktor bernama Uzumaki Naruto sebagai tokoh sentral protagonis dan Uchiha Sasuke sebagai tokoh sentral antagonis. Mengisahkan seputar persaingan antara keduanya dan persahabatan. Bertemakan dunia ninja yang masih cukup tradisional walaupun sudah ada wireless yang memberikan sedikit sentuhan teknologi modern. Tentunya para aktor itu menggunakan nama asli mereka di drama walau tidak semua demikian dan ya, Hinata menyukai Sasuke. Garis bawahi. Menyukai, bukan menggemari. Awalnya Hinata melihat Sasuke memerankan tokoh antagonis sebagai shinigami di sebuah serial yang mengisahkan butler dan Sasuke juga pernah memerankan tokoh yang menggunakan nama sebuah negara. Dari sanalah Hinata terkagum-kagum. Sasuke selalu maksimal ketika memerankan tokoh yang dibawakannya. Ia bisa terlihat menyeramkan, lucu, menyenangkan bahkan menyebalkan sesuai alur. Puncaknya, Hinata kembali melihat Sasuke berperan dalam serial Naruto. rasa kagum yang ia pendam selama tiga tahun itu mulai berubah jadi rasa cinta. Ini ia sadari ketika ia akhirnya menolak banyak pernyataan cinta dan merasa bahwa ia harus mengambil langkah agar bisa berkenalan dengan Sasuke secara langsung.

Akhirnya, setelah sekian lama, ia bisa menemukan kesempatan langka yang sudah barang tentu teramat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Bayangkan! Bila berhasil, ia dapat berada dalam serial yang sama dengan Sasuke, berbincang, dan ia bahkan berada di dunia yang sama dengan Sasuke, dunia akting! Hinata mematikan ponsel. Acara yang ia nanti-nanti telah usai dan membuat sang Hyuuga berkhayal.

"Hinata? Oi!" Sebuah tangan yang mengibas di depan wajah sang gadis sontak membuat gadis pemilik kelereng lavender itu tersentak ke belakang. Ia mendongak sedikit dan menemukan seseorang dengan wajah nyaris serupanya.

"Neji-nii? Apa yang Neji-nii lakukan di kamarku? Kenapa tidak mengetuk pintu dulu?" Hyuuga gadis tampak merengut sehingga bibirnya maju beberapa senti dan dahinya berkerut.

Pemuda bersurai pendek dengan poni menyamping berwarna coklat itu menepuk dahi. "Aku sudah mengetuk pintu kamarmu dan berteriak memanggilmu berkali-kali untuk mengajakmu makan malam. Tapi, jika sudah mendengar acara radio itu kau pasti langsung mengabaikan apa pun."

Wajah Hinata langsung menunjukkan air muka bersalah. Ia memang kerapkali lupa diri jika sudah berada di depan ponsel sembari mendengar suara aktor yang disukainya berkumandang.

"Gomen ne, Neji-nii!"

Sang sepupu mengangguk sekali dan segera menyuruh gadis yang usianya setahun lebih muda tersebut untuk segera turun ke lantai dasar.


Dua Hyuuga itu makan dengan tenang. Neji memang terampil memasak. Hampir setiap hari ia yang selalu memasakan makanan untuk Hinata. Mereka berdua seringkali ditinggal pergi orang tua mereka masing-masing yang merupakan pengusaha sehingga sangat jarang menemukan keluarga Hyuuga dapat menyantap panganan bersama dalam satu meja dan Neji pun tinggal bersama Hinata untuk alasan yang sama.

Hinata memandang sang sepupu yang tengah mengapit chicken katsu dengan sumpit. Ia teringat tentang audisi yang tadi disiarkan.

"N-Neji-nii! Eto, boleh aku berkata sesuatu …?"

Alis sang tampan terangkat. Ia meletakkan kembali sumpitnya di atas mangkuk nasi.

"Hn? Kenapa kau jadi gugup seperti itu, Hinata?"

Hyuuga Hinata mulai memainkan jemari. "A-ada casting drama Naruto Shippuden untuk mengisi beberapa peran. Pendaftaran melalui online sedangkan audisinya dilaksanakan lusa nanti."

Alis Neji masih terangkat. "Lalu?"

"Aku ingin ikut, Neji-nii. B-bisa Neji-nii antarkan aku besok? Besok, 'kan, hari Sabtu. Kita libur. Jika lulus audisi, k-katanya akan langsung syuting pada hari Minggu."

"Tidak bisa. Berbahaya sekali seorang gadis polos sepertimu merambah dunia hiburan yang gemerlap dengan banyak hal. Salah-salah kau bisa terperosok dalam keindahan duniawi, Hinata!"

"Tapi!" Hinata bersikukuh. "Aku ingin bersama dengan Sasuke-kun, Neji-nii! Neji-nii sendiri tahu bagaimana perasaanku padanya, bukan? Perasaan yang melebihi seorang penggemar."

Lavender Neji memandang lurus wajah Hinata yang ditekuk. Ia menghela napas. Ia tahu, sangat tahu malah. Hinata selalu berseri-seri setiap melihat wajah Sasuke di layar kaca. Ia selalu mengoleksi segala hal tentang Sasuke meski ia tidak pernah masuk menjadi anggota fansclub karena beralasan bahwa ia bukan penggemar, melainkan seorang gadis yang jatuh cinta pada pemuda.

Pemuda bersurai coklat pendek itu mengacak poni dan beranjak dari kursinya. Ia berjalan ke sisi Hinata.

"Aku akan ikut audisi juga. Aku akan menemanimu, Hinata. Jadi, tolong, jangan memasang raut wajah murung lagi," pinta Neji lembut.


Hinata mencengkeram jaket kelabu yang Neji kenakan. Ia benar-benar tak menyangka ia dan Neji dapat lulus casting yang diadakan dan bahkan memegang peranan yang cukup utama yakni sebagai gadis yang mengagumi tokoh utama sedang Neji mendapat peran seorang ninja jenius yang berharga diri tinggi. Seperti halnya yang lain, drama ini memang mengadaptasi kehidupan ninja dan masing-masing pemeran akan menggunakan nama asli mereka masing-masing. Tentu saja untuk marga tidak semuanya asli. Seperti contoh Uchiha Itachi. Marganya bukanlah Uchiha. Karena, Sasuke adalah anak tunggal. Itachi hanya mengadopsi nama marga Sasuke agar mereka terlihat dari keluarga atau klan yang sama dalam drama. Sekadar kebutuhan berakting.

Untuk hari ini, jantung Hinata berdebar kencang. Para staf telah menanti ia, Neji dan beberapa pemeran baru lainnya.

"Silahkan kemari kalian semua. Kita akan syuting di sebelah sini." Seorang staf menunjukkan arah pada para pemeran baru. ia harus berdehem beberapa kali ketika banyak dari para pemeran baru yang sibuk melihat ke segala arah sehingga mengabaikan instruksinya. "Silahkan kemari kalian semua!"

Seluruh pemeran yang sadar akan panggilan sang staf akhirnya menurut dan ikut mengekor di belakang langkahnya.

Seorang staf yang memegang lembaran dokumen perlahan maju. Ia menghirup napas dalam-dalam, sebelumnya. "Selamat pagi, semuanya. Pertama, aku mengucapkan terima kasih pada kalian semua yang telah bersedia memenuhi panggilan syuting dan selamat tentunya karena mulai sekarang kalian akan ikut bekerja sama bersama kami selama beberapa waktu ke depan. Ada beberapa hal yang perlu kusampaikan pada kalian."

Staf tersebut membalik lembar dokumennya. "Pertama, tolong jangan membuat keributan di sekitar lokasi syuting dan jangan berkeliling lokasi syuting jika tak ada kepentingan. Kalian masih pendatang baru di sini. Jadi, aku harap kalian menyadari status kalian. Kedua, mulai sekarang jika ada kontrak baru atau undangan acara untuk kalian, kalian harus mengkonfirmasikannya pada kami. Karena, kalian diorbitkan oleh kami dan berada di bawah naungan kami, dan yang terakhir …." Mata staf itu berkilat. Seluruh pemeran baru menenggak ludah.

"Berjuanglah!" Ekspresi serius di wajah sang staf sirna digantikan ekpresi ramah. "Kami mengharapkan kalian untuk dapat menaikkan rating drama ini."

Para pemeran tersenyum, apa yang dikatakan staf seperti sebuah tantangan yang memancing adrenalin mereka.

"BAIK!"


Hinata bersembunyi di belakang Neji. Pandangannya terarah pada salah seorang dari dua pemuda tampan yang tengah tertawa sembari berlatih membaca naskah. Siapa lagi? Pastilah Uchiha Sasuke. Pemuda raven yang merupakan pemeran antagonis di serialnya itu tengah menyikut punggung Itachi ketika sang kakak mengajaknya becanda.

'Itu Sasuke-kun yang asli. Astaga, t-tampan sekali!' Sang Hyuuga memekik senang.

"Hinata? Aku dipanggil ke meja rias. Kau duduklah di sana." Neji menunjuk sebuah kursi yang berjajar di seberang.

"Eeeh?"

Hinata merasa tidak rela, bagaimanapun ia belum berkenalan dengan siapa pun. Jadi, ia tidak mau jauh-jauh dari Neji.

"Ayolah, Hinata. Jika kau seperti ini terus, kau bisa dikeluarkan pihak produksi. Duduklah dengan tenang dan persiapkan dirimu untuk berakting."


Hinata membaca naskahnya dengan tenang di sebuah kursi seperti apa yang Neji perintahkan. Di adegan pertamanya, Hyuuga manis itu harus berakting sebagai seorang gadis pemalu dan gagap bila bertemu tokoh utama protagonis yakni Naruto. Scene yang harus dimainkannya adalah muncul di depan Naruto yang dikisahkan baru berlatih selama tiga tahun. Bukan peran yang terlalu sulit, ia cukup bertingkah gagap dan pingsan. Hinata jadi gugup. Ia takut ia lupa dialog atau melakukan kesalahan-kesalahan yang membuatnya tampil memalukan saat Sasuke berada di sana dan menontonnya.

Hinata melirik Sasuke dan tersihir untuk terus memandang sang pemuda yang kala itu tampak serius menekuri naskah di tangannya, Itachi tak tampak lagi menemani sang pemuda. Sesekali Hinata dapat melihat Sasuke melatih ekspresinya agar terlihat datar dan dingin meski sesungguhnya ia adalah seseorang yang sangat supel dan sangat suka bercanda. Kursi mereka sedikit berjauhan dan terhalang beberapa pemain. Oleh karena itu Hinata dapat memperhatikan Sasuke dengan leluasa. Gadis itu mengikuti sosok Sasuke yang bergerak menuju sebuah sungai. Sang pemuda raven tampak memakai sebuah lensa kontak merah dengan tiga simbol tomoe. Hinata tersenyum kecil ketika pemuda yang tengah berkutat dengan sepasang lensa kontak itu justru bermain air sungai sendirian.

"Oi! Sasuke? Kemari! Kita harus mulai dirias! Rambut ayammu belum diberi hairspray!"

Hinata nyaris tergelak ketika rambut Sasuke mendapat ejekan dari rekan mainnya yaitu Naruto. Lavender Hinata bergulir kembali ke area yang mana para pemain diberi polesan make-up sehingga penampilan mereka menjadi semakin prima dan meresap ke dalam peran. Dapat Hinata lihat pula sang sepupu tengah dipakaikan sebuah wig panjang berwarna sama seperti rambut aslinya dan beberapa perias tengah membuat sebuah simbol di dahinya. Hinata takjub melihat Neji terlihat jadi sangat berbeda. Apalagi, kostum yang sang pemuda kenakan itu benar-benar pas dengan imej Neji.

Kembali lagi pandangan sang gadis terantuk pada sosok Uchiha yang kini tengah tertawa bersama Naruto. Sepertinya mereka sedang menertawai riasan satu sama lain tatkala Naruto diberi hiasan seperti kumis di pipi sementara Sasuke dirias dengan make-up yang memberikan efek seperti luka-luka kecil.

Sang gadis Hyuuga nyaris tertawa jika saja tepukan di punggungnya tidak mengalihkan perhatiannya dari objek semula. Seorang gadis bersurai merah muda pendek dengan kostum acting merahnya telah berada di samping Hinata dan duduk di salah satu kursi yang ada. Hinata terkejut dan tersenyum. Ia disapa oleh salah seorang tokoh heroin dalam serial tersebut! Betapa senangnya ia.

"Haruno-san!"

"Hei! Kalau tidak salah namamu Hyuuga Hinata, ya? Salam kenal! Aku melihat naskah yang baru dan terkejut melihat peranmu. Rupanya kau memerankan tokoh protagonis yang mengagumi Naruto!"

Hyuuga Hinata mendadak merasa tidak enak seketika itu pula. Baru-baru ini ia melihat infotaimen dan melihat berita pertunangan Haruno Sakura dan Uzumaki Naruto yang memang terlibat cinta lokasi semasa memerankan peran mereka di serial ini.

"Gomen ne, Haruno-san."

Gadis bermata jamrud itu menyunggingkan sebuah cengiran. "Tidak apa. Ini sudah resiko jika punya tunangan seorang aktor. Lagipula peranku sendiri adalah seorang gadis yang menyukai Sasuke. Untunglah Naruto tidak pernah terbawa mood syuting saat kami kencan. Jadi, walau sebenarnya aku cemburu, aku juga harus bisa bersikap profesional."

Hinata mulai tersadar sesuatu dari perkataan Sakura tadi. Benar. Bagaimanapun yang menyukai Sasuke pasti tidak hanya dirinya. Di antara kru, pemain dan penonton pasti ada yang menyukai Sasuke. Hinata jadi membayangkan jika ia dan Sasuke terpisah setelah serial ini berakhir. Bagaimana jika di peran Sasuke yang selanjutnya, Sasuke terlibat cinta lokasi dengan lawan main? Gadis Hyuuga itu beruntung karena sejauh ini peran Sasuke selalu jauh dari kata romantis. Cenderung menyerempet shounen-ai malah. Tapi, bagaimana dengan ke depannya? Hinata pasti patah arang jika Sasuke sampai-sampai masuk infotaimen karena terlibat skandal asmara dengan gadis lain.

"Kenapa melamun?" Sakura membuyarkan lamunan Hinata.

Gadis indigo itu menelengkan kepala dengan cepat. "T-tidak apa-apa."

"Begitu? Ah, sebentar lagi giliranmu. Lihat! Kau sudah dipanggil ke tenda rias. Berusahalah! Ini akan jadi syuting pertamamu, bukan?"

"I-iya. Terima kasih, Haruno-san."

"Tidak masalah, Hyuuga-san."


Hinata duduk di kursi rias dengan gugup setelah sebelumnya berganti kostum dengan jaket dan celana layaknya kunoichi. Bagaimana tidak? Di sisinya ada Sasuke yang masih harus dirias dengan efek luka dan beberapa perias laki-laki yang melambai pun tampak melukis sebuah simbol joutai di tengkuknya. Jantung gadis itu berdegup kencang dan kian kencang ketika akhirnya mata mereka bertemu kontak.

"Ah! Kau pasti perempuan yang akan memerankan tokoh pengagum Naruto! Semangat, ya! Kau saudaranya Neji yang sedang berakting itu bukan?" Tangan Sasuke menunjuk sosok Neji yang tengah mengulang adegannya. Pemuda tampan yang kini bersurai panjang karena menggunakan wig itu terlihat canggung sehingga beberapa kali dialognya salah. "Wajah kalian benar-benar mirip! Yaaa~ aku dan Itachi bukan saudara tapi wajah kami mirip, sih."

Hinata merunduk, wajahnya memerah sementara perias di belakangnya tengah sibuk meluruskan rambut ikal sang gadis. Gadis itu tak memberikan tanggapan apa-apa pada Sasuke sehingga sang pemuda merundukkan kepalanya untuk melihat wajah Hinata.

"Hei? Kau tidak apa-apa? Aku, 'kan, sedang bicara padamu." Tanya Sasuke khawatir. Dilihatnya mata Hinata membulat dan wajahnya kian memerah saja.

"Sasuke! Jangan menggerakkan kepalamu! Kami masih merias wajamu, tahu!" Seorang perias protes dan membuat sang Uchiha kembali menoleh ke depan.

"Jangan cemas. Aku percaya kau pasti bisa."

Hyuuga Hinata terperangah. Gemetar yang tadi memenuhi sekujur tubuhnya lenyap dan ia kini mampu menengadah memandang wajah Sasuke yang melihat lurus ke depan.

"Berjuanglah, Hyuuga Hinata-san."

"Hinata!" Sang sutradara meneriakan nama sang gadis.

"Iya, aku akan ke sana!" Hinata beranjak. Tetapi, ia menyempatkan diri menoleh pada Sasuke. "Terima kasih, Sasuke-kun. K-kau juga berjuanglah!"


Hinata menghela napas. Ia benar-benar gugup. Ia berdiri di balik pepohonan dengan tegang. Menunggu aba-aba dari sang sutradara. Yang harus ia lakukan adalah menyapa Naruto dan ketika Naruto menghampirinya, ia harus berakting seolah-olah ia jatuh pingsan. Beberapa kru sudah menyiapkan sebuah alas empuk yang nantinya akan jadi tempat Hinata jatuh terbaring.

Hinata menggulirkan lavender-nya sejenak, melihat ke barisan pemain. Di sana ada Neji yang tengah mendapat pengarahan dari staf perkara dialognya yang masih belum lancar dan di kursi rias masih ada Sasuke. Mata berlensa kontak sharingan sang pemuda tengah memandangnya dengan sirat sejuk yang mau tak mau mempengaruhi Hinata sehingga merasa sangat salah tingkah. Tapi, di situlah poin terpentingnya! Hinata memang harus salah tingkah dalam perannya!

Akhirnya, Hinata dapat memainkan adegan pertamanya dengan baik. Tanpa pengulangan sekali pun. Ia kembali ke kursi usai adegan selesai dan kini giliran Sasuke. Beberapa staf mulai menebarkan kunai ke beberapa titik untuk menambah kesan pertarungan. Sasuke pun telah siap dengan sebuah kusanagi imitasi di tangannya. Ia berjalan dan duduk di atas perut seorang pemain pembantu yang bertubuh besar. Hinata menopang dagu, matanya berbinar. Sasuke melafalkan dialognya dengan sempurna. Dingin, datar dan tak beremosi. Padahal Hinata masih bisa mengingat jelas pandangan mata yang sejuk dari Sasuke. Ah, betapa Sasuke memang sempurna dalam berakting.

"Wah, wah. Sepertinya aku menemukan satu gadis yang mabuk kepayang karena Sasuke, nih."

Hinata memalingkan wajah pada sang sumber suara. Seorang pemuda pirang yang jadi lawan mainnya sesaat lalu. Uzumaki Naruto.

"Naruto-kun? Eto …."

Naruto tertawa. "Tenang, aku mendukungmu, kok. Lagipula Sasuke belum punya pacar. Biar aku yang jadi sumber informasimu mengenai segala hal yang berkaitan dengan Sasuke." Naruto menepuk dadanya dan bertingkah sok pahlawan.

"E-eh! T-terima kasih. Ano, Haruno-san ke mana? Tadi dia ada di sini?" Hinata mengalihkan pembicaraan. Bagaimanapun ia masih harus menyelesaikan beberaa adegan, ia tak mau pembicaraan mengenai Sasuke akan mempengaruhi mood-nya.

"Aaah~" Naruto menggaruk kepala. "Sakura-chan sedang berganti kostum di ruang ganti." Naruto duduk di kursi yang sesaat tadi diduduki tunangannya.

"Ne, Hinata. Tadi kau dan Sakura-chan mengobrol, 'kan? Sakura-chan bilang apa saja? Apa dia mengatakan bahwa dia cemburu dengan peranmu?"

"Iya! Sakura-chan bilang begitu. Naruto-kun benar-benar beruntung!"

Mata safir Naruto bersinar bahagia. Ia sedikit salah tingkah dan wajahnya memerah. Namun, ia bisa mengendalikan diri dengan cepat. Ia lantas menyunggingkan sebuah senyuman.

Usai Naruto pamit mencari sang tunangan, Hinata kembali melihat adegan Sasuke. Gadis Hyuuga itu mensyukuri hari ini. Ia mendapat pengalaman baru menyenangkan. Berada di antara orang-orang hebat yang berkilauan laksana permata.


"Aduh~"

Hinata terbangun dari tidurnya dengan rasa pegal di seluruh tubuh. Seharian kemarin energinya memang diperas. Ia baru tahu bahwa berakting tidak semudah menontonnya. Ada banyak sekali pengulangan hingga mendapatkan penampilan yang terbaik untuk disuguhkan pada pemirsa. Itu terbukti dari rutinitas yang dijalaninya kemarin. Ia harus menguras staminanya untuk mendapatkan hasil optimal demi satu episode! Ia bersyukur karena ia baru akan syuting lagi nanti.

Ini hari Senin, itu tandanya Hinata harus kembali berangkat sekolah. Gadis Hyuuga itu sesungguhnya sedikit enggan pergi ke sekolah karena tubuhnya berada dalam fase kelelahan.

Hinata mengangkat ponsel yang berdering nyaring di sisi telinganya. Rupanya sang sahabat yakni Karin yang meneleponnya. Ia dan Karin sama-sama menyukai serial drama Naruto dan keduanya gemar mendengarkan siaran Ooh! Naruto Nippon.

Gadis bersurai merah itu pasti baru membaca pesan yang Hinata kirimkan perihal keikutsertaannya dalam drama Naruto. Hinata yang masih mengantuk karena seharian tadi harus berakting tetap menerima telepon tersebut.

"HINATA! KENAPA KAU TIDAK BILANG BAHWA KAU IKUT AUDISI ITUUU!"

Hinata merasa kedua matanya berputar membentuk simbol Uzumaki. Astaga, kepalanya langsung berdenging mendengar teriakan Karin.

"Gomen, Karin-chan. Aku terlalu antusias sampai lupa mengabarkan."

"Aku juga ingin ikut. Tapi, minggu kemarin aku sibuk membantu ibu yang banjir pesanan makanan katering. Ada pesanan katering yang sangat banyak. Sialan. Padahal jika aku ikut aku bisa berakting bersamanya! KYAAA!" Karin kembali menjerit.

"Dia yang kau suka kemarin ada, lho! Ternyata aslinya kikuk." Hinata mengingat-ngingat kejadian kemarin saat ia melihat idola Karin yang tersandung batu dan bahkan mengikat mati ikat kepalanya.

"Be-benarkaaah?" Karin lagi-lagi menjerit.

Hinata tersenyum maklum. Ia ingin mengajak Karin ke lokasi syuting kapan-kapan mengingat para penonton sebelumnya dilarang memasuki area syuting. Tapi, kini ia pasti boleh mengajak Karin. Ya, setidaknya Karin harus menunggu sampai beberapa minggu. Karena, bagaimanapun Hinata adalah newbie di sana. Ia tidak mau berbuat yang macam-macam dulu. Sama sepertinya, Karin juga menyukai seorang aktor yang main di serial Naruto. Itulah mengapa, Hinata berpikir bahwa Karin pasti senang jika diajak ke sana nanti.

"B-benarkah dia sekikuk itu, Hinata?"

"Iya! Kakashi-san benar-benar kikuk. Saat sedang syuting, ia juga lupa mematikan ponsel dan ponselnya menghasilkan dering yang sangat kencang. Yang lucu, dering panggilan Kakashi-san adalah rekaman lagunya sendiri. Benar-benar pria kikuk yang narsis."

Hinata melupakan kantuknya. Obrolannya dengan Karin berkembang menjadi sebuah percakapan yang mengasyikkan. Sampai akhirnya mereka harus menyudahi untuk bertelepon karena waktu menunjukkan pukul enam pagi.


Hinata belum mendapatkan respon apa-apa dari rekan sekelasnya mengingat episode yang mana ia berperan belum ditayangkan. Hanya ada Karin yang beberapa kali nyaris keceplosan dan memberitahu ke semua anak sekelas yang membuat Hinata harus menutup mulut gadis bersurai merah itu cepat-cepat.

Sepanjang jam pelajaran, Hyuuga yang kini surainya menjadi lurus itu sering mendapat teguran dari sang guru karena sempat terkantuk-kantuk ketika guru tersebut menerangkan. Di jam istirahat, Hinata dikerubuti para pemuda dan gadis yang berlomba-lomba menyanjung gaya rambutnya yang berbeda dan dirasa lebih pas untuknya.


Hinata tak tahu ada apa dengannya. Ia sudah seharusnya memanfaatkan saat ini untuk beristirahat. Ia kelelahan dan memaksakan diri sekolah ketika Neji saja yang seorang ketua OSIS di sekolahnya (sekolah Hinata juga) memilih untuk izin tidak hadir. Tapi, Hinata tidak bisa menahan diri untuk melihat Sasuke pasca sekolah usai. Selama ia memiliki waktu, ia ingin berbincang lagi seperti kemarin.

Gadis Hyuuga itu bergegas menaiki bis dengan perasaan tak sabar. Tentu akan senang sekali jika ketika ia datang, Sasuke menyapanya. Ia melupakan rasa lelah yang menderanya. Lupa akan rasa kantuknya. Lupa bahwa ia belum menyantap apa pun sedari pagi karena Neji tidak membuatkan sarapan sementara di jam istirahat, Hinata dipanggil ke ruang guru untuk mendapat sedikit ceramah karena ulahnya yang sempat tertidur di dalam kelas.


DEG!

Sepasang lavender membola. Hinata kemudian menunduk. Tangannya mengepal dan perasaannya tercampur aduk ketika melihat Sasuke bercanda dengan seorang aktris bernama Temari. Mereka bahkan saling cubit di lokasi syuting. Berniat datang dan berharap mendapat sesuatu hal yang menyenangkan, Hinata justru mendapati sebuah pemandangan yang membuat dadanya sesak.

"Aku sebenarnya untuk apa, sih, datang kemari?" Gadis Hyuuga melirih kecewa.

Beberapa staf yang sadar akan kedatangan sang pemain baru, memberikan sapa dan mempersilahkannya duduk di kursi staf.

Hinata tak sanggup melihat ke arah kursi pemain. Ia tak sanggup melihat Sasuke berdekatan dengan gadis lain. Ini pula yang ia rasakan ketika melihat beberapa scene yang memperlihatkan adegan Sasuke bersama gadis lain. Tapi, itu akting dan ini kenyataan. Gadis lavender itu menoleh ke tenda agar ia tak perlu melihat pemandangan yang baginya menyakitkan dan matanya tertumbu pada seorang pemuda yang baru keluar dari tenda kostum atau biasa disebut ruang ganti darurat. Hinata mengenalinya sebagai Sabaku no Gaara, pemain antagonis yang kemudian berkembang menjadi protagonis. Sepertinya sang pemuda baru menyudahi bagiannya, terlihat dari pakaian kasual yang ia kenakan kini. Kemeja hitam dan jeans. Hinata tak tahu ia harus bersikap bagaimana ketika Gaara menghampirinya.

Ia tak pernah tahu bagaimana sikap Gaara di luar serial Naruto. Sejauh yang ia bayangkan, Gaara pasti dingin dan menyeramkan. Namun, memiliki karisma bahkan ketika ia sedang tidak berakting. Tapi, bisa jadi itu salah karena bagaimanapun prasangka tersebut muncul semata-mata karena Hinata terbawa peran Gaara dalam serial. Ia jarang melihat Gaara masuk infotaimen dan Hinata pun jarang menonton infotaimen terkecuali diajak Karin.

"HEI, ANAK SMA YANG MENGENAKAN SEIFUKU BIRU!" Gaara tersenyum lebar dan melambaikan tangan ke atas. "Aku lihat rekaman syutingmu kemarin. Ano, kalau tidak salah namamu Hyuuna Hi, err, Hi apa, ya?"

"Hyuuga Hinata, Gaara-san."

"Ah, itu dia! Kau hebat sekali, Hinata. Kata sutradara, kau satu-satunya pemain baru yang tidak diulang. Keren!" Gaara memberikan pujiannya dengan berapi-api. Membuat Hinata nyaris terhuyung ke depan karena prediksinya nol besar.

Gaara duduk di sisi Hinata, menanyakan banyak hal layaknya acara wawancara. Hinata tertawa sesekali melihat betapa konyolnya sang aktor bersurai merah bata itu. Jauh berbeda dari yang ia lihat di serial. Gaara memang belum pernah muncul di siaran radio Ooh! Naruto Nippon sehingga ia tidak pernah menduga sifat sang pemuda sama sekali.

"Hei! Jangan tertawa! Bagaimanapun ini imejku yang asli! Aku tidak sesuram dan tanpa ekspresi!"

Hinata masih tertawa. Ia bahkan sampai memegangi perutnya saking tergelitik. Ajaib, ia yang sesaat tadi dirundung kecewa bisa tertawa seperti ini.

"Berhenti tertawa, ah! Apa eyeliner-ku membuatku tampak menyeramkan?" Gaara mencoba menghapus eyeliner-nya. Namun, karena eyeliner tersebut waterproof, tentu saja usaha sang pemuda keren itu sia-sia.

"SABAKU KYUU!"

Gaara memberikan tonjokkan pelan di bahu Hinata yang bahkan tidak terasa. Satu hal yang sangat di luar prediksi adalah bahwa suara Gaara yang asli tidak seberat ketika ia berperan. Bahkan cenderung memakai falsetto di beberapa kata.

Keduanya akhirnya bicara riang, bahkan obrolan mereka menyambung karena keduanya sesama penyuka wisata kuliner.

"Aku tidak tahu bahwa Anda suka wisata kuliner dan aku pun tidak tahu perihal suara Anda yang berbeda saat berperan dan asli begini."

Gaara memberikan cubitan di hidung Hinata dan tertawa. "Aku sering pergi ke Kyoto, di sana banyak masakan tradisional Jepang yang dikemas begitu klasik! Kapan-kapan kuajak kau ke sana, dan suaraku memang begini! Aneh jika suara tokoh yang kuperankan melengking seperti ini makanya aku merendahkan nada suaraku ketika berakting."

Mereka berdua larut dalam suka cita obrolan mereka. Tak sadar bahwa sepasang mata oniks yang menyadari keberadaan Hinata dan mendapatinya mengobrol berdua dengan Gaara langsung berhenti menanggapi candaan Temari.

'Beruntung sekali, ya, Gaara. Hinata tertawa padanya tapi tidak demikian padaku.'


"Akh!"

Sebuah jeritan terdengar dari arah dalam tenda kostum setelah Naruto masuk ke sana. Lokasi syuting yang sebelumnya penuh konsentrasi untuk pengambilan gambar menjadi tak kondusif ketika Naruto meringis di sudut tenda sembari menutup matanya. Beberapa kru yang mendengar rintihan Naruto berlari begitupun dengan Sakura. Mereka tak dapat menyembunyikan kepanikan ketika melihat mata Naruto menjadi merah.

"Mataku! Ittai!" Pemuda bersurai pirang dan blasteran Jepang-Amerika itu menyentuh kedua matanya yang tak henti mengeluarkan air mata saking perihnya.

"Naruto!" Sakura menyentuh pundak sang tunangan. Ia melihat ke salah seorang kru dan meminta agar kru tersebut menelepon pihak rumah sakit.

Hinata, Gaara, Sasuke dan yang lain turut merasa panik. Proses syuting bahkan harus ditunda beberapa saat ketika Naruto akhirnya harus diboyong menuju rumah sakit untuk mendapat penanganan medis.

Tubuh Hinata gemetar. Kondisi sekitar lokasi syuting menjadi tegang. Mereka sama-sama mencemaskan keadaan Naruto dan ini membuat sang gadis Hyuuga menjadi terbius kalut. Sakura ikut naik ke ambulans untuk menemani Naruto, demikian dengan Gaara dan beberapa rekan sesama artis yang lain. Namun, tidak demikian halnya dengan Sasuke. Setelah ini ia akan menjadi tamu di acara Ooh! Naruto Nippon yang sebentar lagi disiarkan secara offline. Naruto sebagai host sudah jelas tak dapat hadir. Jadi, setidaknya Sasuke harus tetap hadir.

Hinata duduk lemas di sebuah kursi. Ia merasa sangat bersimpati pada pemuda pirang dan Sakura. Keduanya memberikan kesan baik bagi Hinata. Lavender Hinata dapat menangkap hilir-mudik para kru yang menelepon pihak manajemen Naruto dan pihak keluarganya. Itu membuat sang gadis semakin tidak tenang.

"Tenanglah."

Sebuah telapak tangan mendarat di atas kepala Hinata. Sang gadis menengadah untuk disambut oleh sebusur senyuman dari orang yang telah mendaratkan telapak tangannnya. Uchiha Sasuke.

"Naruto pernah mengalami hal yang sama saat ia harus memakai lensa kontak merah untuk pemotretan poster promosi di lokasi syuting. Dia memang ceroboh."

"Tapi …."

"Tenangkan dirimu. Nih, minumlah." Sasuke menyodorkan sekaleng kopi hangat yang ia dapat dari staf.

Hinata ragu-ragu menerima sodoran dari Sasuke. Ingatan Sasuke yang bercanda riang dengan Temari berkelebat kembali.

Baru saja ia ingin mengucapkan terima kasih, seorang kakek tua bertubuh kecil melambaikan tangan dari kejauhan.

"Sasuke dan Hinata, bisakah kalian kemari?" Produser Hinata yakni Ryuutenbin yang merangkap sebagai pemain berseru lantang dengan sebuah speaker.

Sasuke menepuk punggung Hinata. Mereka berdua berjalan menghampiri sang kakek.

"Seperti yang kita lihat, Naruto harus mendapat penanganan serius terkait matanya yang iritasi karena pemakaian lensa kontak. Padahal, malam ini ada acara Ooh! Naruto Nippon : Shippu Jinrai. Aku ingin kau dan Sasuke yang memandu acara. Bagaimana?"

DEG!

Sasuke dan Hinata saling pandang. Keduanya tak memberikan reaksi apa pun kecuali keterdiaman satu sama lain. Dalam hati Hinata, ia tak tahu harus menjawab apa. Ini adalah kesempatan yang ia impikan selama ini. Tapi, di sisi lain ia masih merasa sesak bila teringat bagaimana dekatnya Sasuke dan Temari. Inilah kehidupan awalnya di dunia akting. Langkah awal yang telah ia persiapkan untuk dititi sejak dahulu. Apakah ia akan menemui terjal hambatan? Ataukah, segalanya akan menjadi mulus dan lancar?

To Be Continued