Kami bertemu dan dipersatukan dalam ikatan suci. Kami dijodohkan, tapi kami saling mengenal. Aku mengenalnya sebagaimana ia mengenalku, dan begitupun sebaliknya. Kami menyimpan banyak hal, kami merahasiakan hati yang saling tertaut, jauh sebelum hubungan ini diresmikan atas nama pernikahan.
.
.
Gekkan Shoujo Nozaki-kun
©Izumi Tsubaki-sensei
.
.
.
[ Rahasia Hati ]
Chapter 1
by oishit
.
.
.
[Kashima Yuu]
Hari itu, hari dimana kenaikan kelasku tiba. Hari dimana perpisahan pun tiba. Hori-chan senpai, senior yang sangat sangat sangat aku sukai. Tegas, berbakat, juga penuh perhatian. Aku akan sangat rindu saat-saat ia akan menjemputku untuk menghadiri klub.
[Hori Masayuki]
Hari itu, hari dimana pelepasan kelas tiga, hari kelulusanku. Hari dimana perpisahan pun tiba. Kashima, pangeran sekolah yang sangat sialnya aku sukai. Pemangkir, bodoh, juga berbakat. Aku akan sangat rindu saat-saat ia bermain peran atau setidaknya kue dengan rum yang terlalu banyak itu, yah ataupun wajah tampannya. Sial.
[Rahasia Hati]
Special for HoriKashi shipper
and my self
"Kashima-kun!"
Perempuan bertubuh tinggi itu melambai penuh semangat. Netra hijaunya menyusuri setiap sudut gedung teater Takarazuka. Rambutnya yang masih sama seperti tiga tahun lalu bergerak mengikuti kepala.
"Terimakasih!" serunya begitu lantang. Ia bisa melihat dengan jelas seorang perempuan tengah bersorak gembira. Suaranya terendam oleh ratusan resonanse lainnya, namun Kashima Yuu dapat membaca bibir tipisnya dengan sangat jelas. Hebat, itu yang ia lafalkan. Kashima membalasnya, "terimakasih," ujarnya begitu pelan dan itu ditujukan langsung kepada perempuan itu, penggemarnya, penggemar nomer satu, Sakura Chiyo.
"Kashima-kun," sapa Sakura, "kali ini suaramu jauh lebih baik," bisiknya.
Kashima masih membersihkan sisa make-up di wajah tirusnya. Ia masih seputih dulu, dan wajahnya masih setampan saat gelar pangeran sekolah disandangkan padanya. Yah, sekarang pun masih. Tubuh tingginya membuat ia terpilih sebagai peran pria dalam grup teater takarazaku.
"Ha, Chiyo-chan. Apa kamu memujiku atau?" Ia berpaling dari cermin, masih ada sisa bedak di sudut kening kirinya.
"Aku memuji sungguh!" Sakura terkekeh. "Ah, ya... Yuzuki..."
"Tidak datang?" tanyanya dan Sakura hanya menjawab dengan anggukan, "iya, sensei sudah mengirimiku pesan satu jam sebelum pertunjukan dimulai."
"He... Begitu rupanya," Sakura mengeluh, "Yuzuki itu, seharusnya tidak perlu bilang maaf padaku juga, kan? ah, ya... ini darinya." Sebuket bunga mawar kuning dan putih berpindah pada lengan panjang Kashima.
"Nozaki-kun?" tanya Kashima memastikan, ia sudah menatap cermin dan hanya mengekor Sakura dari pantulannya. Kashima bisa melihat sipuan di wajah gadis mungil itu. Gadis itu akan selalu begitu dan seperti itu saat dipertanyakan tentang komikus yang masih setia menggantungkan hubungannya dalam asisten zone.
"Ah, ya... Kautahu, Kashima-kun? Nozaki-kun akan mengajakku ke gunung Fuji minggu depan. Dan, dan... dia ingin melakukan sesuatu disana. Sesuatu yang sangat besar dalam hidupnya, apa kaubisa menebaknya, Kashima-kun? Jangan-jangan dia akan melamarku... Aaaa!"
Kashima tertawa, lucu, baginya Sakura begitu lucu. Sangat blak-blakan tentang perasaannya, tapi sayang pria yang disukainya tak kunjung sadar tentang perasaan Sakura. Atau Nozaki hanya pura-pura tak memahaminya. Ah, Kashima tidak terlalu memikirkan. Bagaimana bisa ia berpikir tentang perasaan oranglain sementara dirinya pun serupa.
"Eh, kauyakin itu bukan sesuatu tentang mencari referensi ataupun sejenisnya?" goda Kashima. Ya, dia tahu. Awalnya tidak percaya, tapi seseorang mengatakannya dengan penuh keyakinan—walau biasa saja, seseorang yang sangat dipercayai Kashima Yuu.
"Kashima-kun, tidak kah kaumengizinkanku untuk bahagia, walau sesaat?" keluh Sakura dengan wajah sedih. Ia menghela napas, tapi memang benar. Ia sudah banyak, terlalu banyak, tidak, sangat banyak berharap pada boss-nya itu. Tidak ada salahnya berjaga-jaga, setidaknya ia sudah siap jika hatinya akan jatuh untuk kesekian kalinya. Mencintai Nozaki Umetarou itu begitu menyakitkan, sama menyakitkannya seperti mencintai Hori Masayuki.
.
.
.
Telinganya bisa mendengar suara tombol lampu yang baru saja ia tekan. Ia menghela napasnya, menatap apartemen sederhana yang ia sewa. Tidak besar, bahkan tidak lebih besar seperti milik Nozaki. Ia baru bergabung dengan kelompok Takarazuka, satu tahun bukanlah waktu yang lama. Terlebih ia sedikit terlambat untuk lulus dari kelas vokal, dan beralih ke penjurusan peran. Ia diberikan tenggat dua bulan dari target kelas vokal. Untunglah ia bisa lulus.
Ia meletakkan sekantung plastik di sisi meja tengahnya, membuka isinya, dan menyantap makan malam itu dalam keheningan. Sesekali ia akan membuka ponselnya, ber-chatting dengan Sakura ataupun Seo—yang lebih senang ia panggil sensei. Seo cukup berjasa dalam latihan vokalnya, meski ia tetap terlambat lulus dari kelas vokal. Entah, ia memang tak terlalu berbakat dalam hal musikal, tapi seseorang pernah berjuang terlalu gigih dalam memainkan perannya. Masih orang yang sama, orang yang selalu ia idolakan dalam seni peran, orang yang hanya dapat ia lihat dari foto berukuran 4R yang senantiasa tersenyum padanya.
"Hm, aku penasaran," gumamnya. Matanya tak lepas dari bingkai yang kini menatapnya, "Apa senpai bertambah tinggi sekarang?" ia terkekeh renyah. Kashima sangat ingat kelakuan konyolnya ketika SMA, ia selalu menyalah artikan semua maksud Hori. Entah Hori yang ingin memerankan seorang putri, ataukah tentang ia yang ingin sekali dipeluk oleh Hori saat pria itu mabuk oleh kue buatannya. Ia tertawa lagi. Ia rindu Hori-chan senpai miliknya, ia rindu pada pria yang bahkan tak pernah sekali pun memberikan kabar padanya, atau sekedar mampir ke sekolah, atau setidaknya ucapan selamat di hari kelulusan Kashima.
Kashima membuang napasnya lagi, ia tak selera makan. Tubuhnya masih kurus seperti dulu, dan tingginya bertambah beberapa sentimeter dari saat terakhir pertemuannya dengan Hori. Rambutnya pun sama, masih pendek ciri khas seorang pria. Bahkan, ia masih senang mengenakan pakaian laki-laki hingga tak ada satu pria pun yang menggoda dirinya melainkan para wanita.
Ia rindu Hori yang entah ada dimana.
... To be Continued]
A/n: Hi! Author datang dengan judul baru yang... ah, entah kenapa baru di publish. Draft sudah menjamur dalam handphone dan rasanya sayang jikalau akhirnya membusuk. well, yaaa maaf authornya seneng banget bawa-bawa pernikahan. Memang Chiyo dan nozaki aja yang mau nikah!
Ini pendek, yah? Baru mukhadimah belum masuk ceramah... Seperti yang udah-udah, perkenalan jangan terlalu berat, karena chapter selanjutnya mungkin author bisa bikin 4k++++ dalam satu chapter.
Kali ini pairingnya Hori dan Kashima, bukan berarti author bosen sama hubungan si asisten-mangaka zone, tapi memang suka sama pair kedua insan ini, dan selalu mau buat fiction mereka, tapi selalu mau ngerampungin yang belum selesai. Seenggaknya author jadi punya tanggungjawab menyelesaikan cerita, kalo di endepin (bahasanya tsah!) yang ada nggak akan pernah selesai. Mereka gak bisa diutak-atik, maaf yah, saklek nih authornya. Hori mau di pairing sama Chiyo silahkan saja, author juga sempet kepikiran *tuh kaya di Hanya Kamu* Hori mau dijadiin sama Chiyo, tapi yaaah balik lagi ke kashima. Maafkeun, yah...
Authornya kok nikah nikahan terus sih isinya? Mau tahu kenapa? Author mau ketawa soalnya konyol banget jawabannya, karena biar kalo ada adegan "ngapa-ngapainnya" author nggak merasa dosa soalnya udah nikahin mereka. Author ini punya side job sebagai penghulu, loh. Konyol, kan? nggak? ah, yasudahlah...
Jadi, selamat menikmati judul baru, fanfiksi baru yang akan menggetarkan hati dan perasaan kalian —Hoax!
Selamat harap-harap cemas dengan lanjutannya yang tak perlu dinantikan, cuma bikin sakit hati dan penyesalan batin karena tekan follow story, tapi email update-annya laaaaaaaaaaaaaaaaaaaama banget nongol. Terimakasih, semuanya!
