JANGOOO!

Ane kembali lagi membawakan Fiction kepada Minna-saan~ Tapi kali ini mungkin TwoShoot.

Ini Fic ceritanya Gaje, OOT,OOC,ancur, sok keren dan sejenisnya. Tapi tetep diharap RnR dari Minna-san. Yohohoho

Tanpa panjang lebar, Selamat membaca~

Desclaimer : Kemarin udah kubilang, Oda-sensei udah ngijinin aku buat ngobrak-abrik karyanya #BUGH *Ditonjok Om Oda (lagi)*

Prikitiew~

.

A Man Who Drifted Ashore

Debur ombak menghempas bebatuan di pinggiran pantai. Sinar bulan purnama menyinari pasir putih yang terbentang luas di sekeliling pulau. Similir angin malam menghembus rambut seorang wanita muda berambut raven yang sedang termenung menatap luasnya samudra di depan. Malam telah larut. Tiada seorangpun yang berkeliaran di pulau kecil itu. Tapi bagi wanita muda bernama Robin tersebut, malam seperti inilah saat tepat untuk keluar rumah. Ya… baginya keheningan malam adalah teman. Ia tidak suka keramaian. Dan Ia tidak suka pergaulan. Hal inilah yang membuatnya seperti sekarang. Tiada berteman. Sebatang kara. Dan….

….Kesepian…

Merasa sudah waktunya untuk pulang, Robin bangkit dari duduknya. Ia melangkah meninggalkan pantai. Tapi tiba-tiba syal rajutan yang ia kenakan terbang. Terbang ke arah bebatuan yang berhonggokan. Merasa syal itu adalah barang special dari almarhumah ibunya, Robinpun mengejar syal itu.

Syut~

Syal itu mendarat di atas bebatuan. Robin menghentikan langkahnya. Seketika, Matanya terbelalak. Bukan karena apa-apa. Melainkan karna seorang pria yang sedang terbaring kritis di depannya. Darah segar mengucur di dahi pria tersebut. Tampaknya ia dihempas ombak ke bebatuan, sehingga menimbulkan beberapa luka di sekujur tubuhnya. Warna kulitnya pucat pasi, tak beda dengan orang mati. Tapi Robin masih dapat memastikan, pria itu masih bernafas.

.

Ciit Ciit Ciit

Seorang pria yang sedang terbaring lemas di atas matras membuka matanya pelan. Samar-samar tampak sebuah bayangan menghampirinya.

TEK

Robin meletakkan secangkir teh di samping pria itu. Lalu menatap si pria dengan mata intens.

"Apa yang terjadi?" Desis pria itu balas menatap Robin yang sedang tersenyum ke arahnya.

"Kau terdampar di pulau ini. Aku menemukanmu di pinggir pantai."

"Aku…terdampar?" Tanya pria bermata sayu itu sembari bangkit dari tidurnya

Robin mengangguk, lalu mengambil teh yang tadi terletak di lantai, dan memberikannya ke pria itu.

"Terima kasih" Jawab si pria menerima teh itu dan menyeruputnya.

TEKK

Ia meletakkan cangkir itu ke lantai. Lalu kembali menatap Robin yang sedari tadi menatapnya.

"Kau… Apa kau yang menyelamatkanku?"

"Begitulah!"

"Lalu… dimana aku sekarang?"

"Kau di rumahku."

Pria itu terdiam. Ia menekurkan kepalanya. Berpikir cukup keras kenapa ia bisa terdampar di pulau itu.

"Siapa namamu?" Tanya Robin yang berhasil membuat pria itu mengangkat kepalanya

"Aku… namaku Law. Trafalgar Law. Dan kau?"

"Nico Robin. Kau bisa memanggilku Robin. Lalu, Apa kau ingat kenapa kau bisa terdampar ke pulau ini?"

Law kembali menekurkan kepalanya. Lalu teringatlah kejadian malam itu. Malam dimana ia sedang berlayar dengan teman-temannya. Namun, terjadi sebuah kecelakaan. Kapal yang ia tumpangi menabrak bongkahan karang besar di tengah laut. Dan selang detik kemudian, kapalnya tenggelam di lautan nan dingin.

"Sepertinya keadaanmu sudah cukup membaik. Tapi kusarankan untuk menetaplah beberapa hari lagi. Setelah fit, baru tinggalkan pulau ini"

Law mengangkat wajahnya. Lalu mengangguk.

"Ya, terimakasih"

.

PREEK

Robin mengibaskan pakaian basah yang baru saja ia cuci, lalu menjemurnya di tali jemuran. Sedangkan Law, ia mencoba untuk berdiri dan berjalan. Ia melangkah menuju daun pintu. Dan tampaklah Robin yang hendak masuk ke dalam rumah.

Menyadari Law yang sedang memeperhatikannya, Robin mendongak menatap pria yang sedang berdiri cukup tinggi darinya.

"Sepertinya kau sudah cukup kuat untuk berjalan." Kata Robin sembari meletakkan ember yang tadi ia bawa ke samping pintu.

"Sepertinya begitu" Jawab Law basa-basi

"Baiklah, kau jaga rumah sebentar. Aku pergi ke pasar dulu"

"Eh tunggu…"

"Kenapa?"

"Aku ingin ikut"

"Kau? Ikut ke pasar denganku?" Tanya Robin sedikit shock

Law menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Lalu ia mengangguk sembari mencibir.

"Begitulah. Aku ingin berkeliling di pulau ini sebentar"

"Baiklah. Kalau begitu pakai bajumu. Aku sudah menaruhnya di samping kasurmu."

"Eh? Tapi pakaianku kan sedang kau jemur. Dan ini.. err.. ini milik siapa?" Tanya Law sedikit ragu sembari menatap celana panjang yang sedang ia kenakan.

"Itu milik almarhum ayahku. Kau bisa memakainya untuk sementara waktu"

"ah, Maafkan aku. Aku tidak tahu kalau ayahmu sudah…meninggal" Kata Law yang merasa bersalah karena mengingatkan Robin kepada almarhum ayahnya

Robin tersenyum kecut.

"Bukan masalah. Ayo cepat pakai bajumu. Kita harus segera pergi ke pasar. Sebelum perutmu memberontak untuk makan"

"Baiklah"

.

Law & Robin berjalan menyusuri jalan kecil yang terbentang di pinggiran sungai dengan diam. Tiada yang memulai pembicaraan. Hanya langkah kaki yang terdengar. Sampai saat itu, beberapa orang berpapasan dengan mereka. Orang-orang itu mengerling mereka dan sesekali saling berbisik,

"Lihat, wanita itu bersama pria tidak dikenal."

"Dasar wanita jalang."

Law yang merasa tidak nyaman dengan perkataan orang-orang itu menghentikan langkahnya. Lalu ia berbalik ke hadapan orang-orang itu.

"Hei! Jaga omongan kalian" Kata Law dingin

"Eh? Apa? Kami kan tidak mengataimu" Elak salah satu dari orang-orang itu

"Memang buk…"

"Sudahlah Law. Jangan meladeni orang-orang tidak tahu sopan santun seperti mereka." Kata Robin memotong ucapan Law

Law membelalakkan matanya, menatap Robin yang berdiri memunggunginya. Sedangkan orang-orang tadi tampak kesal dan tidak terima.

"Dasar wanita sialan. Kau lah yang tidak ada sopan santun. Membawa seorang pria ke rumahmu, padahal kau tinggal sendirian. Dasar jalang"

"KAU.."

"Aku bilang ayo pergi" Kata Robin dingin memotong ucapan Law yang bersiap membalas orang-orang itu. Law terdiam. Walau berat, akhirnya iapun kembali melangkah mengikuti Robin yang berjalan di depan.

Terdengarlah gelak tawa orang-orang itu dari belakang. Mereka mengolok-olok Robin yang tampak lemah dan tidak berdaya. Law menggenggam erat tangannya. Rasa sakit hati membuat dirinya ingin menonjok orang-orang itu. Tapi mengingat ucapan Robin tadi, ia terpaksa menahan amarahnya.

"Mereka itu kenapa sih? Seperti memendam dendam padamu" Kata Law kesal

"Entahlah, aku tidak peduli" Kata Robin dingin

"Tapi Robin, mereka sangat keterlaluan. Sekali-sekali mereka harus diberi pelajaran"

"Sudahlah. Tidak ada gunanya kau melakukan itu. Kau membalas mereka, maka kau tidak ada bedanya dengan mereka"

"Ah.. baiklah. Aku terpaksa menuruti saranmu"

"…."

"Tapi.. ngomong-ngomong,… mm… pakaianku apa kau yang menggantinya?" Tanya Law ragu

Robin mengangguk,

"Ya."

Seketika wajah Law memerah.

"Memangnya kenapa?"

"Ah tidak. Lupakan saja" Elak Law malu

Robin tersenyum geli,

"Kau pasti berpikiran yang aneh-aneh. Ya kan?"

"Err… begitulah. Hehe"

"Kau tenang saja. Bukan aku yang mengganti pakaianmu kok."

"Lalu siapa?"

"Pamanku. Tapi ia telah kembali melaut"

"Oh, aku mengerti" Jawab Law malu

.

Beberapa hari telah berlalu. Law dan Robin juga semakin akrab. Mereka melewati hari-hari yang menyenangkan bersama. Mulai dari memasak, memetik buah, pergi ke pasar, mencuci kain dan sebagainya. Dan tanpa disadari, seiring dengan berjalannya hari, bibit cintapun tertanam di hati keduanya. Namun, karena kepekaan antara diri masing-masing yang tergolong lemah, mereka tidak menyadari dan tidak terlalu menggubris perasaan itu. Sampai saat itu,

TOK TOK TOK

Robin dan Law yang sedang mengobrol di dalam rumah menoleh ke pintu.

"Tumben ada orang yang kerumahmu" Kata Law heran melihat Robin yang terpaku menatap pintu

"Aku buka pintu dulu, mungkin itu paman" Ujar Robin sembari bangkit dan berjalan menghampiri pintu tersebut.

KREEK

Tampaklah paman Robin sedang berdiri di depannya. Namun, 2 orang tak dikenal ikut berdiri di belakang pamannya.

"Paman, siapa mereka?" Tanya Robin ragu

"Robin, mereka adalah….."

.

Law yang penasaran dengan kejadian di luar hanya celingukan menunggu kedatangan Robin. Cukup lama menanti, akhirnya Robin kembali dengan seorang pria paruh baya di sampingnya.

"Ah.. pamanmu ya Robin?" Tanya Law sembari berdiri menyambut kedatangan paman Robin

"Ya nak, saya pamannya Robin" Kata laki-laki bernama Ice Burg itu basa-basi

Robin duduk di depan Law, sedangkan paman Robin duduk disampingnya.

"Robin, kau kenapa?" Tanya Law heran melihat ekspresi dingin wajah Robin.

"Begini nak Law. Sebenarnya setelah menemukanmu 4 hari yang lalu, paman pergi melaut untuk mencari informasi tentang keluargamu. Dan tepat saja, paman menemukan orang yang sedang mencarimu. Lalu pamanpun membawa mereka kesini. Katanya mereka adalah utusan dari keluargamu. Sekarang mereka sedang memberitahu keluargamu yang sedang menunggu di pantai. Sebentar lagi, mereka akan kembali dengan keluargamu untuk menjemputmu"

"Me..menjemputku?" Desis Law membelalakkan matanya. Lalu menoleh menatap Robin yang hanya diam menatap pemandangan diluar jendela.

"Robin, apa aku harus pergi sekarang?" Batin Law ragu

TBC

Jiah.. GAJE baget ya? Ceritanya cepat berjalan, dan ancur kan?

Tapi tetep REVIEW, oke?

AYE AYE..