Harry Potter belongs to J.K. Rowling

I just borrow some characters and don't take any profit from this story.


Lily

Sebuah fanfiksi untuk meramaikan event Family Spring Event 2012


Petunia masih ingat jelas malam itu. Malam itu malam yang sunyi, seperti apa yang diharapkan dari sebuah jalan di kawasan terhormat, Privat Drive, Little Whinging, Surrey. Hanya ada seekor kucing hitam dengan sorot matanya yang berdireksi pada sebuah rumah di ujung jalan itu, Privat Drive nomor empat.

Suara tangisan bayi memecahkan keheningan malam. Petunia menatap penuh arti pada kedua bola mata berwarna hijau terang di hadapannya. Dia mengerucutkan bibirnya. "Kenapa kau begitu mirip dengannya?"


Sejak dulu Petunia selalu tahu Lily adalah yang utama. Lily yang baik, Lily yang ramah, Lily yang pintar, Lily yang periang, Lily yang punya banyak teman. Yeah! Semuanya selalu tentang Lily.

Kadang Petunia merasa hidupnya ada di bawah bayang-bayang Lily. Semua orang menyayangi Lily. Ayah dan ibunya selalu membanggakan Lily. Sekali lagi. Lily yang baik, Lily yang ramah, Lily yang pintar, Lily yang periang, Lily yang punya banyak teman. Yeah! Semuanya selalu tentang Lily.

Bahkan ketika aroma musim panas menyeruak ke permukaan, yang seharusnya menjadi saat-saat menyenangkan dalam hidup Petunia kecil, Lily selalu jadi yang utama. Snape, anak laki-laki dengan pakaian hitam kebesaran yang tinggal di Spinner's End, bilang bahwa Lily istimewa. Dia punya bakat khusus! Bakat yang katanya tidak Petunia miliki.

Bakat khusus itu adalah sihir, tidak, Petunia tidak mau menggunakan kata itu. Kerjaan orang-orang aneh, kata-kata itu yang dia anggap tepat. Namun dalam hati kecilnya, Petunia pun sebenarnya ingin memiliki bakat seperti Lily. Bakat yang bisa membuat kau meloncat tinggi dari ayunan, bahkan terbang dan melayang-layang, seperti pemain trapeze yang membelah udara, membuat bunga-bunga membuka dan menutup mahkotanya sendiri. Petunia ingin memiliki bakat itu.

Maka ketika Lily mendapat surat dari sekolah yang katanya menerima anak-anak dengan bakat khusus seperti Lily, Petunia menunggu seharian, siapa tahu surat untuknya juga akan datang. Kalau Lily mempunyai bakat khusus, kenapa dia tidak? Namun sayangnya, dia harus kecewa. Karena surat itu tidak akan pernah datang. Petunia mencoba menulis surat pada kepala sekolah Hogwarts, sekolah yang mengirimi Lily surat. Dia memohon agar dia diterima bersekolah di Hogwarts? Meski balasan dari Albus Dumbledore, kepala sekolah Hogwarts, menyuratkan penolakan yang sangat halus, Petunia tetap kecewa. Malamnya, tak pernah ada yang tahu jika Petunia menangis. Kenapa selalu harus Lily?

Kalau boleh jujur, Petunia cemburu. Kenapa Lily selalu menjadi pusat segalanya. Pusat perhatiaan orang banyak, pusat dari curahan kasih sayang orang-orang yang mengelilinginya, serta pusat kebanggaan kedua orang tua mereka. Bahkan kedua orang tua mereka semakin membanggakan Lily ketika Lily bersekolah di Hogwarts. Kadang dia ingin berteriak, 'hey! Lihat aku! Di sini bukan hanya ada Lily, tapi juga ada aku!' Tapi Petunia tahu, semua selalu tentang Lily.

Malam ini, sepasang mata hijau menatap balik kedua mata Petunia dengan tatapan yang sama dengan mata hijau gadis kecil yang sering menghabiskan waktu musim panas dengannya di sebuah taman bermain. Layaknya gadis kecil lainnya, mereka bermain ayunan bersama, berlarian menikmati sinar matahari di musim panas, menghabiskan waktu sebagai sepasang saudara dengan bahagia.

Malam itu, tidak ada yang tahu jika Petunia kembali menangis. Karena meski Lily selalu yang utama, itu tidak akan merubah status apa pun. Lily tetaplah adiknya. Dan Petunia mengasihinya.


Selesai

.

.

A/N: terima kasih sudah baca sampai selesai. Saya tahu fanfiksi ini mungkin cuma seuprit kalimat-kalimat sederhana membosankan tanpa dialog. ;_;

Semoga entrian saya untuk FSE 2012 ini dapat diterima dengan baik.