Author's Note: Ok gaes. Setelah sekian lama akhirnya saya balik lagi. Dan setelah baca 'Bosan itu, tidak buruk kan?' Berkali-kai, saya putuskan untuk buat lanjutannya. Dan lahirlah fanfic ini. Thanks buat 3 dan nana yang udah review OwO. Dan juga thanks yang udah baca, favorite dan follow. Oke tanpa basa-basi, langsung aja ke cerita. Enjoy.
Disclaimer: Elsword milik KoG.
Note: Seragam mereka disini itu costume Ice Burner Velder Knight Academy tanpa Accesory dan Glove (Glove dipakai pada saat bertarung).
Note(lagi): Setting kelasnya mirip Class 0 dari Final Fantasy Type-0 tapi lebih kecil. Bagi yang belum tahu, silahkan di cek.
Kurenai Hokori
Chapter 1: New Page
"Bawa mereka pergi! Biar ku tangani masalah disini!"
"Tolonglah lari dari sini! Untuk kami. Dan untuk kalian!"
"Hiduplah! Dan jadi lebih kuat!"
"Ele-nee! Ele-nee!"
"Ele-nee!"
"HUAAAAA! *Bugggh*", gadis berambut merah jatuh dari kasurnya.
"Uwaa... pasti sakit...", lelaki berambut ungu yang membangunkannya hanya bisa meringis melihat gadis didepannya kesakitan.
"Adududuh... Tidakkah ada cara yang lebih baik untuk membangunkan kakak mu yang satu ini?"
"Hal pertama yang tersirat di benakku hanya ini jadi..."
"Ah, sudahlah. Jam berapa sekarang?"
"7:30. Dan upacara penerimaan murid baru dimulai pukul 8:00..."
Hening sejenak...
Dan 10 menit kemudian mereka sudah berlari keluar rumah mereka dan berlari menuju sekolah.
"Dasar bodoh! Kenapa kau tidak membangunkanku, Shou?!"
"Aku sudah membangunkanmu dari jam 6 pagi tapi kau terus saja menendangku tahu?!"
"Arrgghh! Yang penting sekarang lari terus! Kita tidak boleh terlambat dihari pertama atau Elesis akan mengomeli kita lagi!"
"Entah mengapa, adegan ini klise sekali... seperti dalam novel!"
"Ini bukan waktunya untuk itu dasar bodoh!"
15 menit kemudian, mereka sampai ditempat tujuan mereka. Velder Akademia. Tempat dimana anak-anak muda berlatih untuk menjadi kuat dalam segala bidang yang mereka inginkan. Ahli pedang, penyihir, mekanis, bahkan yang ingin menjadi pedagang pun belajar disini.
"Haah... haah... kita selamat...", ucap gadis yang dipanggil Ele-nee di sela-sela nafasnya yang terengah-engah.
"5... menit.. haah...", Ucap Shou dan terduduk ditanah.
"Hey, kalian! Kalian murid baru? Apa kalian sudah mendapatkan Emblem kalian?"
"Ah, iya. Ini", mereka menunjukkan Emblem yang terpasang di gelang mereka pakai.
Lalu sebuah hologram muncul dengan data diri mereka masing-masing.
"Elena Sieghart. 16 tahun. Kelas B"
"Shou Sieghart. 14 tahun. Kelas B"
"Elena dan Shou, ya? Selamat datang di Velder Akademia. Dari sini kalian harus ke aula karena upacaranya akan segera dimulai"
"Terima kasih, Pak..?"
"Praus. Tidak perlu pakai 'Pak'. Aku jadi merasa sudah tua..."
"Ah, baiklah. Terima kasih, Praus"
"Sama-sama"
Lalu Elena dan Shou belari menuju aula.
"Mereka mirip sekali dengan kalian. Haahh... kuharap kalian bisa berada disini sekarang melihat mereka tumbuh dewasa", ucap Praus seraya menghadap langit.
Sementara itu Elena dan Shou baru sampai di aula yang Praus tunjukkan.
"Ini... Aula..?", tanya Elena tidak pada siapa-siapa.
"Aku tidak tahu kapan dan mengapa. Tapi kurasa standar sebuah aula sudah setara dengan stadion sepak bola...", Shou hanya bisa sweatdrop.
Dan benar saja. Tempat yang disebut sebagai 'Aula' ini besarnya memang sebesar stadion sepak bola.
"Hmm.. Ah, Ele-nee! Disana ada dua kursi yang masih kosong"
"Ah... kau lihat saja. Padahal gelap begini..."
Sesaat mereka duduk, penerangan menyala tepat di podium yang ada di tengah ruangan.
"Selamat pagi, prajurit muda!"
"Ah, itu Elesis", Shou menunjuk ke podium.
Disana berdiri wanita berumur kurang lebih 40 tahun. Dengan rambut merah membaranya. Orang-orang menjulukinya 'Grand Master'.
"Selamat karena kalian telah berhasil melewati tes dan diterima disini. Kuharapkan yang terbaik untuk kalian semua. Kejarlah impian kalian, dan jadilah yang terbaik!", sorak Elesis yang dibalas dengan teriakan antusias orang-orang yang ada di tempat itu.
"Uwahh... dia berbeda sekali saat sedang dirumah..."
"Shh..! Nanti dia dengar loh!"
"21 tahun telah berlalu sejak Elrios kembali damai. Bukan waktu singkat memang. Namun kita tetap harus waspada. Demon tidak akan tinggal diam. Mereka telah memulai kembali pertumpahan darah di tanah Elrios. Kalian adalah harapan kami. Karena itu ku mohon pinjamkan aku kekuatan kalian! Kita rebut kembali kedamaian Elrios!"
upacara pembukaan ditutup dengan sorakan antusias para murid baru. Setelah upacara selesai, seluruh murid pergi menuju kelas masing-masing.
"Sudah 9 tahun ya... Ele-nee?", Shou bertanya seraya mereka berjalan ke ruang kelas mereka. Namun ia tidak mendapat respon.
Elena yang tiba-tiba berhenti hanya memeluk adiknya dengan erat.
"Ele-nee..."
"Aku berjanji aku akan selalu melindungimu Shou. Aku tidak akan membiarkan hal buruk terjadi padamu"
"Hm. Aku tau Ele-nee. Tapi tidak usah khawatir! Aku ini kuat kok!", ucap Shou seraya mengeluarkan cengiran khas yang ayahnya turunkan kepadanya.
"Haha... dasar kau. Bikin gemas saja", Elena yang gemas dengan seringaian adiknya itu hanya mencubit pipi Shou dengan gemasnya.
"Adududuh! Entah mengapa semakin hari cubitanmu semakin mematikan, Ele-nee..."
"Hmm~? Itu hanya perasaan mu saja~"
"Ugh..."
Setelah sampai dikelas, mereka mencari tempat duduk masing-masing. Elena mengambil kursi paling depan di bagian tengah dan Shou mengambil kursi paling belakang di bagian kiri.
Shou POV
Aku memilih duduk di barisan paling belakang karena aku kurang suka keributan. Aku duduk dan mengeluarkan buku novel favoritku. Dan juga buku ini salah satu peninggalan ibuku. Entah kenapa aku tidak pernah bosan membacanya.
"Hey, kau membacanya juga?"
Merasa dipanggil, aku mendongakkan kepala ku ke sebelah kanan dan mendapati seorang gadis berambut pirang sebahu menatapku dengan mata biru lautnya.
"Buku itu. Kau dapat darimana? Tidak banyak yang mengetahuinya"
"Hm? Ah, ini. Buku ini peninggalan ibuku. Entah kenapa aku tidak pernah bosan membacanya"
"Tentu saja. Itukan buku karangan salah satu anggota Elgang"
"Eh? Benarkah? Di buku milikku tidak dituliskan pengarangnya jadi aku tidak tahu..."
"Eh? Serius? Coba sini kulihat"
Dia mengambil buku itu dari tanganku dan memperhatikan cover bagian depan dan belakangnya. Melihat wajah seriusnya yang imut itu membuatku ingin tertawa... tunggu... imut? Tidak-tidak! Aku tidak boleh berpikiran yang macam-macam...
"Ternyata benar tidak ada. Dan setelah dilihat-lihat, ternyata tulisan dibuku ini sepenuhnya adalah tulisan tangan. Buku ini adalah yang terlangka dari yang terlangka! Dimana kau mendapatkannya?!"
Entah kenapa wajahnya yang terus mendekat membuatku menjadi gugup.
"Err... sudah kubilangkan. Itu peninggalan dari ibuku..."
"Ibumu ya... memangnya sebenarnya siapa ibumu?"
"Ah, ibuku Aish-"
"Perhatian!"
Omonganku terpotong oleh suara tegas seseorang yang ada di depan kelas. Seisi kelas langsung kembali ke kursinya masing-masing. Gadis berambut pirang itu duduk disampingku.
"Selamat bagi kalian yang berhasil diterima di Velder Akademia ini. Namaku Raven. Mulai sekarang aku akan membimbing kalian di dalam kelas maupun saat sedang melakukan misi. Semua yang ada disini adalah teman. Kita adalah tim. Kerja sama adalah kunci keberhasilan dalam misi. Sekian. Semoga El memberkati kita"
"Uwaaa! Itu Raven! Salah satu dari Elgang! Pahlawan Elrios! Aku tidak percaya dia menjadi pembimbing kita!"
"Ku pikir dia masih memimpin Crow Mercenary. Apa dia sudah mengundurkan diri?", tanyaku pada gadis disebelah ku.
"Kurasa dia sudah memberikan jabatannya kepada bawahannya", dia menjawab.
"Hoo... jadi begitu. Ngomong-ngomong siapa namamu? Aku bingung saat ingin memanggilmu tadi"
"Ah! Maaf aku belum memperkenalkan diri. Namaku Yume. Yume Aida. Kau?"
"Shou. Shou Sieghart. Salam kenal"
"Baiklah, Shou. Karena kau teman pertamaku disini, mohon bantuannya!", ucap Yume sambil tersenyum.
Entah mengapa senyumnya menyegarkanku... Aaaaarghh! Lagi-lagi pikiran anehku!
"Ngomong-ngomong, namamu terdengar familiar. Sieghart... dimana aku pernah mendengarnya ya?"
"Ah, tadi aku ingin bilang kalau ibuku-"
"Hey, yang dibelakang! Mulai perkenalan diri kalian! Bermesraannya nanti saja!"
Lagi-lagi...
"M-maaf!"
"Karena ini hari pertama jadi masih ada toleransi. Untuk selanjutnya tak ada toleransi lagi. Mengerti?"
"Siap!"
"Mulai perkenalannya. Mulai dari kau, bocah anggur", Raven menunjukku.
"A-anggur?! Er... namaku Shou Sieghart. 14 tahun. Ini senjataku. Elx", aku mengeluarkan kartuku dan mengubahnya menjadi Hand Blade yang langsung terpasang ditanganku. Yume hanya terkekeh disebelahku.
"Yume Aida. 14 tahun. Senjata yang kugunakan adalah Katana", Ucap Yume sambil mengangkat Katananya. Motifnya seperti berasal dari timur. Kurasa dia berasal dari sana.
"Vent Crosshart. 14 tahun. Senjata Twin Dagger", Ucap laki-laki berambut putih dengan mata perak di depan ku. Sepertinya dia orang yang sulit didekati.
"Marianne Rosetta. Panggil saja Anne. 14 tahun. Aku menggunakan tongkat sihirku untuk memanggil Summoned Beast. Salam kenal semua~", Ucap perempuan berambut pink disebelah Vent. Kurasa dia tipikal orang yang hanya dengan melewati kerumunan saja akan langsung menarik perhatian semua orang disitu.
"Fang Edge. 15 tahun. Senjataku Long Rifle. Mohon kerjasamanya ya", ucap laki-laki berambut hijau yang di kuncir kuda. Kurasa ia orang yang humoris.
"A-anu... Na-namaku Cecilia Frostina. 14 tahun. D-dan ini familiar ku, Cloud", ucap perempuan berambut biru gelap dengan mata hitam. Di sampingnya seekor anjing husky dengan bulu putih salju sedang tertidur.
"Gard Gungnir, sang pembela keadilan! Ingatlah namaku! Hahaha!", ucap laki-laki tinggi berambut Hitam dan bermata coklat sambil melipat tangannya di dada.
"Risa Rutherford. 16 tahun. Senjataku Panah dan Busur. Maafkan kelakuan orang bodoh disampingku ini. Umurnya juga 16 tahun dan dia bertarung menggukan tinjunya", ucap perempuan berambut coklat sepunggung dengan mata hitam dan menjitak Gard.
"Ace Devine. 16 tahun. Senjataku Mech Scythe", ucap laki-laki berambut hitam dengan mata yang sama disebelah kakakku.
"Elena Sieghart. 16 tahun. Senjataku Rapier. Mohon bantuannya", ucap kakaklu di barisan paling depan.
"Baiklah. Shou, Yume, Vent, Marianne, Fang, Cecilia, Gard, Risa, Ace, dan Elena. Mulai sekarang kalian adalah sebuah tim. Kerjasama adalah kunci keberhasilan sebuah misi. Percayailah rekan tim mu sama seperti kau percaya pada dirimu sendiri. Untuk tiga tahun kedepan kalian berada di bimbinganku. Mengerti?"
"Siap!", kami semua menjawab serentak.
"Bagus. Sekarang, kelas dibubarkan. Kalian dapat berkeliling sekolah", ucap Raven sebelum keluar dari kelas.
"Huaah... akhirnya masa orientasi selesai...", ucap Yume sambil meregangkan tubuhnya yang kaku.
"Ya, dan kita mendapat waktu bebas"
Atau setidaknya itu yang kupikirkan...
Satu menit kemudian, alarm sekolah berbunyi...
To be continued
Author's Note: Oke. Untuk chapter 1 sekian dulu (dat cliffhanger tho). Btw untuk Hand Blade nya Shou itu mirip sama GN-Sword Exia. Cuma bedanya gagangnya warna merah dan bagian pedangnya putih (motif senjata basic Elsword). Oke itu aja. See you next time...
Devi Switch Reverse
