Find Babbo and Save England!
Xxxxxxxxx
Disclaimer: Anzai Nobuyuki (MÄR) and Yana Toboso (Kuroshitsuji)
Rated: T
Genre: Adventure/Action
Summary: Berawal dari acara jalan-jalan yang menyenangkan di Inggris berubah menjadi kepanikan seluruh anggota Team MÄR gara-gara Babbo hilang! Ayo temukan Babbo!
Warning: gaje, aneh, setting gak jelas
But, ENJOY IT!
Xxxxxxxxx
Part 1 –Where's Babbo?-
"Teman-teman! Teman-teman!" suara Dorothy menggema di sepanjang koridor Istana Ragenrave diikuti dengan suara derapan kakinya. Ginta dkk (termasuk Babbo lho!) yang sedang bersantai tampak terkejut dibuatnya.
"Ada apa, Dorothy-nee? Koq kamu kelihatan antusias begitu?" tanya Ginta bingung. Dengan semangat '45, Dorothy mulai mengeluarkan sebuah gambar.
"Ini! Kita bisa menikmati liburan di daerah ini! Tempatnya sangat bagus!" ujar Dorothy bersemangat sambil menunjuk-nunjuk gambar tersebut. Snow mengamati gambar itu.
"Ini daerah apa sih? Kurasa daerah ini bukan merupakan negara bagian sini," kata Snow sambil mengernyitkan dahi.
"Dari mana kau tahu kalau tempat itu bagus?" tanya Babbo pada si penyihir berambut pink itu.
"Aku sempat melihatnya saat terbang dengan Zephyrous Broom-ku," jawab Dorothy. Kemudian beralih ke Ginta. "Jadi, Gin-tan, kau berminat kesana?" Ginta berpikir sejenak. Beberapa detik kemudian...
"Oke! Kita kesana sekarang juga!" serunya, mengejutkan Snow.
"Eh! Tapi kita kesana naik apa?" ujar Snow bingung. Ginta membatu seketika. "Iya, yah..." kemudian ia berpikir sejenak.
"Aha! Gimana kalau kita pinjam karpet terbangnya Edward?" usulnya tiba-tiba.
"Boleh juga sih...tapi apa nggak masalah nih? Sekarang Edward sedang nggak ada disini," Snow tampak enggan. Menurutnya, sangat tidak sopan mengambil barang orang lain tanpa sepengetahuan pemiliknya.
"Hemm...tenang saja, Snow. Kita tinggalkan pesan saja untuknya kalau kita meminjam ärm-nya. Habis itu pergi, deh. Gampang 'kan?" kata Ginta enteng. "Ta-tapi... Ginta..." belum sempat Snow bicara, Ginta sudah pergi duluan ke kamar Edward. Ia mengendap-endap masuk dan melihat-lihat isi kamar itu dan membuka-buka laci yang ada disana. Akhirnya Ginta berhasil menemukannya. "Dapat!" serunya tertahan lalu mengambil ärm itu.
"Gi-Ginta! Bukannya ini nggak sopan?" bisik Snow ragu sambil celingak-celinguk.
"Hehehe...tenang sajalah..." kata Ginta sambil menggenggam ärm itu lalu memasukkannya ke kantong celananya. "Yuk, sekarang kita pergi!"
Xxxxxxxxx
"Ginta! Ayo cepat! Aku sudah nggak sabar!" seru Jack sambil loncat-loncat. Dia terlihat sangat senang. "Iya! Cepatlah, pelayan!" teriak Babbo.
"Iya, sabar dong, Jack, Kendama," kata si pemimpin tim lalu mengeluarkan ärm-nya (ketika Babbo mulai ngedumel nggak jelas karena Ginta memanggilnya Kendama). "Muncullah, Magic Carpet!" dilemparnya ärm itu dan muncullah selembar karpet dari sana.
"Ayo naik, teman-teman," Ginta langsung meloncat ke karpet itu, disusul oleh Snow lalu Jack dan Babbo. Eh? Alviss koq nggak naik?
"Alviss, kamu nggak mau ikut?" tanya Ginta pada si stoic blue itu.
"Ikut," jawab Alviss. "Tapi Nanashi belum muncul,"
"Hee~ternyata kau perhatian banget sama si playboy kelas kakap itu!" timpal Jack sambil tertawa kemudian langsung bungkam karena Alviss men-deathglare-nya.
"Hoi! Jangan berangkat dulu!" tiba-tiba terdengar suara Nanashi.
"Nanashi! Kemana saja kau? Kita sudah mau berangkat!" seru Dorothy di atas sapu terbangnya.
"Gomennasai, Dorothy-chan. Habisnya para gadis itu nggak suka nunggu, sih," alasan Nanashi. Dasar playboy!
"Ya sudah, Nanashi-san. Cepatlah naik. Alviss, ayo!" ujar Snow. Tanpa banyak bicara, Nanashi dan Alviss pun meloncat ke atas karpet.
"Baiklah, kita berangkat!" seru Dorothy lalu mulai melesat dengan sapu terbangnya disusul dengan yang lain dengan Magic Carpet.
Xxxxxxxxx
-2 jam kemudian-
"Lihat! Kita sudah sampai!" teriak Dorothy, membangunkan Ginta, Snow, dan Jack yang tertidur selama perjalanan.
"Benarkah?" seru Ginta antusias lalu melihat ke bawah. "Wah, bagusnya!" si pirang itu tampak kagum. 'Tapi pemandangan ini rasanya aku pernah lihat di buku sejarah...'
"Nuansanya terlihat klasik, ya!" Snow menimpali.
"Pasti banyak gadis cantik disini!" teriak Nanashi girang (dan Dorothy pun melempar Ring Dagger-nya ke Nanashi –kejamnya-).
"Sepertinya pakaian mereka berbeda dari kita. Aku rasa kita harus menyamakan baju kita dengan baju wilayah ini," kata Alviss.
"Benar juga, Alviss. Kalau kita jalan-jalan dengan pakaian seperti ini, kita bisa dicurigai!" ujar Ginta. Kemudian ia melihat ada jemuran baju yang tergantung di halaman sebuah rumah.
"Hei! Lihat! Ada jemuran! Kita ambil baju dari sana saja!" tunjuk Ginta.
"Wah! Bagus juga! Ayo turun disana!" seru Jack tak sabar. Maka saat itu juga mereka pun menukik kearah halaman rumah tersebut. Dan beruntungnya, jemuran itu tidak ada yang menjaga.
"Kesempatan!" ujar si penyihir. "Ayo, kita ambil baju yang kita suka!"
"Tapi...bukankah ini namanya mencuri?" Snow tampak ragu.
"Cuma ini satu-satunya cara agar orang-orang tidak mencurigai kita, Snow," ujar Ginta berusaha meyakinkan Snow. Gadis itu mengangguk tanda mengerti walau sebenarnya ia tidak mau melakukan ini.
"Hmm...aku suka gaun ini! Ah, aku ambil yang ini saja!" gumam Dorothy sambil meraih sebuah gaun berwarna magenta dengan hiasan pita merah tua di pinggang dan renda-renda putih di ujung-ujung gaun. Sedangkan Snow memilih sebuah gaun sederhana berwarna krem dengan mantel tipis pasangannya yang sederhana pula. Para kaum adam (Ginta, Jack, Nanashi, Alviss, coretBabbocoret) juga sudah memilih. Ginta memilih sebuah kemeja putih berlengan panjang dengan celana ¾ bersuspender (seperti suspender milik Conan). Jack memilih kaos berlengan panjang dengan rompi berwarna hijau dan celana ¾ dengan warna senada. Lalu Alviss memilih kemeja yang sama dengan Ginta dan sebuah jas berwarna gelap serta celana panjang dengan warna senada dan syal. Dan Nanashi, dia memilih baju dengan rompi coklat berkancing dan celana panjang hitam. Terakhir, mereka mengambil topi masing-masing yang tergantung disana (A/N: topi yang mereka ambil itu bentuknya seperti copola –topi khas Italia-).
Mereka pun mengganti pakaian mereka di dalam rumah tersebut (karena rumahnya tidak terkunci).
Xxxxxxxxx
"Yup! Penyamaran yang sempurna!" ujar Dorothy girang. "Kita sekarang sama dengan mereka!"
"Yeah, kau benar, Dorothy-nee," sahut Ginta sambil memakai topinya dan langsung mendapatkan pelukan istimewa dari si rambut pink (Dorothy:NYAAA! GIN-TAN KAWAII!).
"Huks...aku iri padamu..." tangis Jack –lebay-, begitu pula dengan Nanashi. Alviss sih biasa saja, namun Snow...terlihat ada api yang berkobar-kobar di sekelilingnya, pertanda dia cemburu.
"Huuhh...kalian enak bisa mengubah penampilan sesuka hati," keluh Babbo. Ya, hanya Babbo yang tidak mengubah penampilannya. Sekali ärm tetaplah ärm.
"Kamu 'kan bukan manusia, Babbo. Terima saja," ucap Ginta dengan sedikit nada mengejek, membuat Babbo geram.
"Ok, sekarang kita mulai saja perjalanannya. Babbo, kau masuk ke dalam Zipper saja," kata Dorothy.
"Tidak mau! Sebagai seorang (?) gentlement sejati aku tegaskan bahwa aku tidak mau masuk ke dalam ruangan sumpek itu!" ketus si ärm bicara. Dorothy menahan amarahnya.
"Baiklah, kalau begitu kau harus mau masuk ke dalam tas ini," gadis berambut pink itu pun mengambil sebuah tas slempang yang entah dari mana asalnya.
"Apa? Kau mau memasukkan seorang gentlement sejati ke dalam tas?" lagi-lagi Babbo menolak.
"BABBO! Itu satu-satunya cara agar kau bisa jalan-jalan bersama kami! Kalau kau tetap tidak mau, kami tinggalkan kau disini!" bentak Ginta dengan kedutan di pelipis. Akhirnya, Babbo mau dimasukkan ke dalam tas –dengan terpaksa-. "Baiklah, pelayan..."
Xxxxxxxxx
"Um?" seorang anak berambut abu-abu kebiruan, menatap kearah langit dengan perasaan curiga ketika sedang sibuk membaca setumpuk surat di hadapannya.
"Ada apa, Bocchama?" seorang butler yang berpakaian hitam seperti burung gagak, menghampiri anak itu.
"Aku merasa...ada seseorang terbang dengan sapu terbang dan karpet terbang di langit...Sebastian..." ujar seorang anak yang dikenal dengan nama Ciel Phantomhive itu.
"Mungkin itu hanya perasaan Anda saja," kata sang butler yang bernama Sebastian Michaelis itu, menenangkan tuannya.
"Iya, mungkin saja..."
Xxxxxxxxx
"Uwaaa! Hebat!" seru Jack kagum saat melihat sebuah jam menara yang besar, Big Ben. "benar-benar indah! Di MÄR Heaven nggak ada yang seperti ini!"
"Iya! Eh, sungai itu indah sekali!" tunjuk Snow kearah sungai beku yang sangat besar dari kejauhan, Sungai Thames.
"Dorothy-nee, kau membawakan kami tempat liburan yang benar-benar hebat," puji Ginta. Dorothy tampak tersipu. "Ah, Gin-tan...aku jadi malu, deh," katanya. Saat semuanya asyik mengagumi pemandangan, Nanashi malah asyik memperhatikan wanita-wanita yang lewat di depannya. Dan Alviss, dia malah berdiam diri saja. Bell sama sekali belum bangun dari tidurnya –diatas kepala Alviss-.
"Nah, ayo kita jalan-jalan ke tempat yang lain," ujar Ginta. Tiba-tiba ia teringat sesuatu. "Eh, perasaan Babbo nggak ngomong-ngomong ya?" ia membuka tasnya.
"!" mukanya pucat seketika, membuat rekan lainnya bertanya-tanya. "Ada apa, Ginta-kun?" tanya Snow. Ginta menoleh dengan muka horor kearah Snow.
"Ba-Babbo menghilang!"
TSUZUKU
Haiiii! Saia kembali lagi!*kissbye mode:On* ternyata sudah lebih dari 5 bulan saia hiatus dari FFn. Ada perasaan rindu juga sih... T.T
Fic ini saia buat berdasarkan imajinasi saia, jadi jangan heran kalau isinya sangat aneh. Entah akan jadi apa dunia Kuroshitsuji dicampur dengan dunia MÄR (_ _)". Buat yang nunggu "Flirt, Flirt!" dan "Welcome to MÄR Heaven" sabar aja ya, chap selanjutnya udah saia selesaikan koq.
Yah, tapi yang penting di-review aja, ya.
