disclaimer: donten ni warau © karakara kemuri
peringatan: ooc, hirari centric, nggak realistis, spoiler ahead
catatan: cacad pls i;m so sorry to filling donwar draft with this shitty fic, sekalian promosi, kalian udah tahu akun sukadukaauthor di twitter? :) cek deh, ada sesuatu yang menarik
hirari dan delusi
Perasaannya mungkin berhamburan; cahaya dunia meredup di depannya. Hanya ada matahari bernaung di depan semesta. Bibir lelaki itu terkatup memandangi kelopak mawar yang berserakan menghapus eksistensi cinta pertamanya.
Orochi membunuh segalanya, jika ia harus katakan sekali lagi. Orochi merusak dunianya.
Hirari, dengan lutut menekuk, di depan puing-puing ampas kuil yang dulu masih berdiri tegak—
—dengan Botan yang dulunya berdiri di sana.
Ah.
Melodi menabur duka, Hirari si masokis membiarkan lengannya tak terobati, tak apa rasa sakit ini terus menggerogotinya, toh sakit itu tidak begitu berarti jika Botan tidak berada di dekatnya. Duka di dalam dadanya masih bisa mengalahkannya.
Terlalu puitis? Iya. Hirari memang orang yang terlalu sering berandai-andai di dalam dunianya yang diisi keputus-asaan, kenapa dia harus mengharapkan cinta seorang shikigami? Kenapa dia harus jatuh cinta di kala hidupnya menyandang nama Abe?
Saat itu, ketika bintang melindungi kepalanya dari kegelapan, Hirari berusaha untuk tidak menangis.
Hirari memandangi kakinya dan berbisik.
"Suatu saat, aku akan bertemu dia lagi."
Permintaan terakhirnya.
...bukan permintaan. Pernyataan.
Muluk-muluk, tapi toh Hirari tidak berpikir Tuhan itu kejam. Ia percaya akan adanya reinkarnasi, sihir, mitos ataupun legenda bodoh. Bukankah karena itulah Orochi ada?
Jika Tuhan kejam, Tuhan tidak mungkin membiarkan Botan berada di dunia—
—dan membuat Hirari jatuh cinta padanya.
"..."
Bersamaan dengan itu, Hirari merasakan malaikat maut menggelitik pipinya.
