Disclaimer : Masashi Kishimoto

Warning : AU, Gaje, OOC, Don't like Don't Read!

Summary : Apa yang akan terjadi pada ketiga gadis yang bersahabat berpisah dengan kekasihnya. Namun di waktu bersamaan bertemu dengan ketiga pemuda yang nantinya akan menemani hari-hari mereka. Akankah ketiga gadis tersebut melupakan cinta pertamanya dan membuka hati mereka kepada ketiga pemuda itu? Pairing: SasoSaku,KibaHina,SaiIno / NaruSaku,SasuHina,GaaIno

~Yonde Kudasai~

Way to Love

Chapter 1

Perpisahan-Pertemuan

Bandara Internasional Tokyo

"Maafkan aku Sakura…"

"Ta-tapi…kita masih bisa berhubungan Saso-kun, walaupun kita jauh, aku akan setia menunggumu"

"Itu akan membuat kita tersiksa Sakura…aku tak ingin membuatmu menderita, memendam kerinduan kepadaku"

"Tapi Saso-kun, aku bisa menghubungimu, mengirimmu pesan dan juga aku bi-" Dua jari pemuda berambut merah itu menyentuh bibir kekasihnya.

"Husst…cukup Sakura, maafkan aku…inilah yang terbaik buat kita, aku tak ingin membebanimu, Dear."

Gadis berambut pink itu pun hanya mampu menahan buliran yang telah terbendung dipelupuk matanya. Tak ingin merelakan kekasihnya memutuskan hubungan, walaupun sang kekasih akan pergi jauh untuk melanjutkan kuliahnya.

Seeett

Pemuda itu mendekap erat sang gadis, tak kuasa menatap wajah kekasihnya yang begitu sendu. Sang gadis pun membalas, mengeratkan dan menenggelamkan wajahnya didada kekasihnya, menghirup aroma kekasih untuk terakhir kalinya, air yang berasal dari mata emeraldnya pun telah tumpah. Sang gadis tak bisa lagi menahan kesedihannya.

"Aku pastinya sangat amat teramat merindukanmu." Senyum getir terpatri diwajah pemuda itu mendengar penuturan gadisnya, yang beberapa menit lagi akan berhenti menjadi miliknya. Keduanya saling mendekap erat, tak tahu berapa lama waktu yang mereka gunakan, sehingga tak sedikit orang yang menyaksikan perpisahan sepasang kekasih itu.

Selang beberapa waktu, mereka melepaskan pelukan, pemuda itu memberi kecupan di dahinya, menghirup aroma mahkota yang senada dengan bunga di musim semi.

"Jaga diri baik-baik Sakura, selamat tinggal…" ucap pemuda itu dengan senyuman tipis namun guratan sedih terbingkai diwajahnya.

"Sayonara Saso-kun…"bisiknya.

Sang gadis hanya menatap kepergiannya, melihat punggungnya yang semakin lama makin menjauh.

"Ino, lupakan aku…"

"Tak akan bisa Sai-kun, aku bisa menunggumu sampai kau kembali!" Gadis berambut pirang dengan sigap memeluk pemuda berambut gelap yang berada dihadapannya. Matanya yang biru tak memancarkan kilauan seperti birunya samudera, hanya kristal kepiluan yang menghiasinya. Pemuda itu pun membalas perlakuan si gadis, menundukkan kepala, mengecup lehernya yang putih bak pualam, menghirup aroma yang menguar dari tubuh kekasihnya, merasakan kembali nuansa kehangatan yang nantinya tak akan disentuhnya lagi

"Aku tak bisa menepati janji Ino," ucap pemuda itu dengan menopang dagu di bahu kekasihnya. "Aku tak bisa memberimu kepastian, aku takut memberimu janji yang nantinya akan membuatmu terluka." Sang gadis hanya diam membisu tak menanggapi ucapan yang barusan didengarnya, pemuda itu yakin gadis yang dipeluknya sedang meluapkan kesedihannya, walaupun tak terdengar alunan isakannya, hanya merasakan tubuh gadisnya yang bergetar, dan merasakan kelembapan didadanya dikarenakan kristal dari sang kekasih.

"Lagipula…,"lanjutnya, "kita sama-sama baru mengawali masa depan kita Ino, aku tak ingin kuliahmu terganggu hanya karena kau selalu memikirkanku, menungguku, memberi waktu mengabariku, mengirimkan pesan atau menghubungiku, dan aku tak yakin bisa menanggapi itu semua… maafkan aku Ino."

"Ba-baiklah, Sai-kun…"Terdengar suara lirih dari gadisnya. Mereka masih saling berpelukan, meresapi perasaan yang membuncah, menikmati momen-momen yang berharga namun memilukan. Dentang waktu tak mereka hiraukan. Tak terasa terdengar pemberitahuan dari pengeras suara bahwa penerbangan dengan tujuan ke Paris tak akan lama lagi. Di saat itulah mereka melepaskan pelukan.

"Terima kasih, Ino…aku bahagia pernah memilikimu, kau…karyaNya yang terlukis dengan indah". Senyum tulus masih dia berikan, mendengar ucapan detik-detik terakhir dari sang kekasih walaupun tak dipungkiri jejak-jejak kesedihan masih melekat di wajahnya.

"Aku pun sangat bahagia pernah menjadi milikmu, Sai-kun." Pemuda yang bernama Sai menarik perlahan kepala gadisnya, mengecup dahinya, memegang erat jemarinya dan dikecupnya jua.

"Jaga dirimu baik-baik Sai-kun"

"Kau juga Ino, Sayonara…" ucapnya sembari melambaikan tangan.

Ino tak membalas, hanya menatap derap langkah yang semakin lama jauh dan menjauh darinya…


"Aku tak bohong hinata-chan…" ucap pemuda yang memiliki tato segitiga di kedua pipinya.

"Ta-tapi Kiba-kun, kita bisa melaluinya, hubungan jarak jauh tak akan menghalangi kita untuk bersama." Gadis bermata indigo itu menyentuh pelan pipi pemuda di depannya, mengusap dan membelainya. Menatap intens pemuda yang dipanggilnya dengan sebutan Kiba-kun. Tak ada keraguan singgah di matanya, yang dia perlihatkan hanya keyakinan untuk masih bisa bersama walaupun deretan benua, luasnya samudera jadi penghalangnya.

"Hinata…" desahnya. Kemudian mendekap erat kekasihnya, mencium puncak kepalanya sembari mengusapnya. Bagaimana pun juga pemuda ini juga tak rela untuk melepas gadisnya yang telah menemaninya selama hampir 2 tahun.

"Hubungan dengan jarak jauh itu sulit, Hinata…apakah kau tak pernah tahu hubungan seperti itu akhirnya akan putus di tengah jalan, aku tak ingin berpisah di saat seperti itu karena tak bisa melihat wajahmu"

"Mu-mungkin mereka berbeda dengan kita Kiba-kun" kilah Hinata

"Tak ada yang beda Hinata, kadang setiap ucapan belum tentu kita sanggup melakukannya"

Isakan tangis dari sang gadis terdengar sayup, pemuda itu pun mengeratkan pelukannya, semakin menenggelamkan kepala gadisnya, tak dipungkiri rasa lembab telah melekat di dadanya.

"Jaga dirimu baik-baik, Hinata-chan"

"Aku tak bisa baik-baik tanpamu, Kiba-kun" Pemuda ini hanya tersenyum miris, dikecupnya kembali pucuk kepalanya, aroma lavender yang dari dulu amat disukainya menyeruak dipenciumannya, menikmati saat-saat terakhir. Mereka melepaskan pelukan, tak ada suara di antara mereka, hanya ada suara dari pengeras, dan keramaian lalu-lalang yang diciptakan ribuan orang. Mereka masih terdiam, namun mata mereka saling menelanjangi, meneliti setiap inchi wajah yang dicintainya, menyimpannya di syaraf memori. Selang waktu akhirnya di antara mereka membuka suara.

"Jaga diri baik-baik juga, Kiba-kun…sayonara, aishiteru"

Kiba tak sempat menjawab ucapan Hinata, karena setelah mengucapkan kata perpisahan, gadisnya cepat berbalik dan meninggalkan Kiba yang tak sanggup untuk mengejarnya. Mungkin Hinata tak siap untuk di tinggalkan, tak sanggup melihat punggung yang sering dia gunakan untuk bersandar akan menjauhinya. Mungkin pikirnya dengan meninggalkannya seperti itu akan mengurangi sedikit sakit hatinya dibanding melihat kepergiannya.


Diantara jutaan orang yang memadati bandara tersibuk di Jepang sekaligus di Asia, terlihat sosok tiga pemuda yang cukup mampu membuat para gadis terhenti untuk melihatnya.

Di sisi kanan, pemuda berbadan tegap memiliki rambut merah bata serta iris mata yang sewarna dengan keselarasan alam yang indah dan menyejukkan dipadu dengan lingkaran hitam yang mengelilingi kelopak matanya. Tapi yang sangat menarik adalah tattoo 'Ai' kanji yang berada pada dahi kirinya. Pembawaannya begitu dingin dengan sorot mata yang tajam namun siapa tahu dia memiliki hati yang lembut.

Sedangkan di sisi kiri, pemuda ini memiliki rambut yang agak emo dengan warnanya yang gelap selaras dengan penglihatannya. Pembawaannya sama dengan pemuda sebelumnya namun sedikit angkuh.

Dan yang berada di tengah-tengah adalah pemuda yang bisa dikatakan ramah dan periang karena kadang-kadang cengiran lebarnya terhias di wajah pemuda ini ketika berbicara pada kedua sahabatnya atau pun membalas senyuman . Rambutnya yang pirang sama dengan warna Sang surya di saat terik. Ditambah matanya yang memiliki pesona yang sama indahnya dengan birunya langit.

"Wuaah…akhirnya kita sudah sampai, sudah lama ya kita meninggalkan Tokyo?" tanya pemuda berambut pirang itu sambil menoleh di sisi kiri dan kanannya

"Hn." Ucap pemuda berambut hitam dan merah bata bersamaan

"Huh..kalian sangat kompak."

"Semoga di sini kau bisa melupakannya, Dobe..." ucap pemuda onyx itu. Raut wajah pemuda berambut pirang itu yang awalnya terlihat ceria tergantikan guratan sedih, Namun pemuda di sebelah kanannya menghiburnya dengan menepuk dan mengusap pelan bahunya.

"Aku tak tahu, Teme.." kemudian menoleh ke kanan "Thanks Gaara," membalas tepukan bahunya dan menampilkan senyuman lebarnya. Sungguh pemuda bermata langit ini cepat sekali merubah mimiknya.

"Kalian tunggu aku di sini, aku mau ke toilet."

"Ok.. Teme, kami akan menunggumu disini, iya kan Gaara?"

"Hn". Jawab pemuda bertato ini, sambil menghempaskan dirinya di salah satu kursi yang dirangkai memanjang. Pemuda berambut pirang ini juga melakukan hal yang sama di sebelah sahabatnya yang dipanggilnya dengan Gaara.

"Gaar, kita keliling dulu, bosan menunggu seperti ini." Namun tak ada sahutan dari sebelahnya, sehingga pemuda itu menelengkan kepalanya dan melihat sahabatnya sedang menikmati musik dengan earphone yang terpasang di kedua telinganya, sambil memejamkan mata. Akhirnya pemuda pirang itu pergi, membiarkan sahabatnya sendiri, toh tak akan ada yang menculiknya kan.


Gadis berambut pirang dengan mata yang masih sembab berjalan tergesa-gesa, tak sedikit banyak bahu yang ditabraknya. Gadis ini sepertinya ingin cepat-cepat meninggalkan tempat ini . Namun apa daya, anggota tubuh yang digunakan untuk melangkah sangat lelah, butuh untuk menistirahatkan kedua kakinya. Sehingga gadis ini menuju deretan kursi dan mendudukan dirinya. Tak lama, dirinya terasa sangat letih, mungkinkah karena mata dan hatinya yang lelah karena menangis, sehingga tubuhnya dia sandarkan pada sandaran kursi dan mulai memejamkan matanya.

Plukk

Tak sadar gadis ini menyandarkan kepalanya di bahu seorang pemuda yang tenang mendengarkan musik, tepat berada disamping kirinya. Sedangkan pemuda itu hanya membuka sedikit matanya, menunduk, melihat sekilas dan menutupnya kembali, mengira itu pasti adalah sahabatnya karena yang dia lihat samar-samar warna yang sama dengan warna rambut sahabatnya. Kemudian pemuda itu pun menaruh pula kepalanya di atas kepala yang bersandar dibahunya. Pemuda ini sempat mengernyitkan alis, karena aroma dari rambut sahabatnya sepertinya berbeda. Namun tak dihiraukannya karena rasa kantuk mulai menguasainya.

Banyak yang menoleh dan menganggap mereka sepasang kekasih yang romantis, dikarenakan terlelap di tempat yang begitu ramai dengan pose yang cukup dikatakan dengan kata 'mesra'. Namun orang-orang tersebut tak akan sangka bahwa pasangan yang menarik perhatian mereka bukanlah sepasang kekasih, ataupun teman sedangkan saling mengenal pun tidak.


Pemuda yang memiliki rambut cerah disertai tiga goresan samar di kedua pipinya, menikmati pemandangan di balik kaca yang membatasi pandangannya keluar. Melihat burung raksasa berbadan mesin yang telah lepas landas menuju birunya bentangan angkasa dan menembus gumpalan kapas putih. Pandangannya tetap terpaku ke luar, namun wajahnya terlihat sendu, seakan merindukan seseorang yang sangat dicintainya. Berselang waktu, pemuda itu beranjak dari tempatnya namun…

Buugghh…

Pemuda itu menabrak seorang gadis, tepatnya gadis berambut pink tak sengaja menabrak dirinya. Sebuah kain yang tak jauh dari kakinya menarik perhatian pemuda itu. Dia menunduk, mengambil kain segiempat yang bercorak bunga di musim semi.

"Go-gomen-na-" ucapannya terpotong saat pemuda itu berbalik bertanya

"Is this your handkerchief, Miss?" Sontak wajah sedih gadis ini menjadi bingung, tak menyangka pemuda di depannya bukan asli sini.

"Ee…eeto..Anou..I'm so-" dengan cepat permuda didepannya memotong ucapannya lagi

"Daijoubu yo, utsukushi-san?" senyum manis terpatri di wajah berkulit tan itu, menyadari kebingungan yang telah menjalar di permukaan wajah gadis di depannya.

"Eeh…"


Buliran air mata masih menggenang di kedua mata indigonya. Langkahnya semakin dia percepat. Ingin ke suatu tempat untuk mengeluarkan semua isakan yang masih tertampung di dada. Gadis ini terburu-buru menuju suatu tempat yang dia anggap aman. Tak terasa ayunan langkahnya menemukan tempat tujuannya. Gadis berambut panjang sewarna lavender ini langsung masuk, dan suasana sepi menyambutnya. Dirinya sempat berhenti melangkah, heran karena tempatnya seperti tak biasa, namun tak dipikirkanya. Gadis ini langsung menuju kamar toilet yang di anggapnya kosong dan cepat membuka pintu.

Sontak mata berpupil indigo ini melebar tak kuasa menahan malu. Karena dihadapannya seorang pemuda sedang err…

"WHAT ARE YOU DO-"

Plukk.

Teriakan dari pemuda emo ini terhenti saat mendapati gadis yang tepatnya salah masuk,, pingsan jatuh mendarat di dada pemuda ini. Hey, gadis mana yang tidak shock jika salah masuk toilet dan mendapati seorang pemuda sedang menaikkan resleting celananya. Sedangkan pemuda ini masih bergeming di tempatnya, tak tau apa yang akan dilakukan pada gadis ini yang seenaknya saja menempelkan wajahnya didadanya.


Ketiga pemuda itu telah berada di bentangan yang luas nan biru, kapas-kapas tipis seperti menyambut kedatangan tiruan burung raksasa. Mereka mengintip ke jendela, memandang kebawah, memandangi gambaran kota yang penuh dengan kenangan, semakin kecil dan jauh dipandang. Yang beberapa jam lagi akan tiba di negara tujuan dimana menjadi awal untuk menempuh masa depan mereka. Wajah gadis mereka di saat terakhir masih terbayang dikepala mereka, namun secuil harapan terselip di hati mereka .

'Tunggu aku, Hime…' ucap mereka bersamaan sembari memandang ke bawah.

~Tsuzuku~

Waaah… apa msh ada typo gak nih?...

Yuki masih newbie disini, jd Yuki mohon bantuannya yah Senpai...*Ojigi 2x**nyengir lebar*bling-bling eyes*

Ide fict ni muncul saat Yuki keseringan dnger lgunya Miho Karasawa feat Soulja – Saigo no koi (Way to Love), wlupun agak RnB tp enak bgt ddnger,n critanya romance bgt, uda ada yg prna dnger?

Arigatou ne buat Kuromaki Shana…tanpa supportmu mungkin Yuki msh males buat ngpublish (Yuki malu soalx ni fict ancur bgt.,heh) anata wa shinsetsu desu...

Gomennasai jika fict ini masih kaku,lebay n bnyk typo.. yg pntng readers sempat mngrepiyu n mengkoreksi dmn kslahan Yuki, agar Yuki bs mmperbaiki dichap slnjutnya…

Hontouni Arigatou gozaimasu…

Jaa mata Ne the next Chapter!...Peace v(^_^)

Wasurenai, click the box ,….R E V I E W